SUKABUMIUPDATE.com - Para petani di Wilayah Pajampangan, Kabupaten Sukabumi, pasrah dengan tanaman padinya yang mulai kekeringan akibat belum turun hujan selama hampir dua bulan.
Semenjak dimulainya tanam padi kedua tahun 2024, pada bulan April, hingga bulan Mei, tanaman padi usia satu bulan sudah terlihat tanahnya pada retak.
Dari pantauan Sukabumiupdate.com, sejumlah pesawahan yang ada di Kecamatan Ciracap, Jampangkulon, Surade, Ciemas, Waluran, Kalibunder, Cimanggu, Tegalbuleud, serta Cibitung, sebagian lahan pesawahan sudah pada retak, petani juga berusaha dengan menyedot air menggunakan mesin pompa, terutama mereka yang dekat dengan sungai.
"Hujan terakhir cukup besar itu, pada akhir bulan Maret, dan hingga saat ini belum turun, memang ada pada minggu kemarin, cuma sebatas gerimis," kata seorang petani warga Ciracap, Adin (59 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Kamis 30/5/2024.
"Sebagian lahan pesawahan sudah pada retak, namun untuk tanaman padi masih terlihat hijau, belum kering. Kalau tidak turun hujan dalam minggu minggu ini, tanaman padi terancam kering, dan gagal panen," ungkapnya.
Baca Juga: Hingga September, BMKG Ingatkan Potensi Kekeringan saat Musim Kemarau
Sementara Kepala UPTD Pertanian Wilayah Jampangkulon, Yaya Kuswaya menuturkan untuk tanam kedua ini, usia padi mayoritas sudah 1 bulan lebih.
"Memang dari pengecekan kelapangan ada sebagian yang sawahnya sudah kering, namun tanaman padi masih hidup, belum kering," ucap Yaya.
"Upaya yang dilakukan oleh petani dengan pompanisasi, menyedot air dari sungai, selokan atau sumber air lainnya," jelasnya.
Adapun data terancam kekeringan baru Kecamatan Kalibunder, dan Kecamatan Cimanggu, sementara kecamatan lainnya, sedang dalam pendataan.
"Kecamatan Kalibunder, yang terancam kekeringan ada 235 hektar, dan dilakukan penanganan melalui pompanisasi seluas 82 hektar. Kecamatan Cimanggu terancam seluas 130 hektar, dan 60 hektar pengairan dengan bantuan pompanisasi," imbuhnya.