SUKABUMIUPDATE.com - Perjalanan hidup Edi Sutedi (67 tahun) menarik untuk dibahas. Pria yang akrab disapa Edi Jabrig ini merupakan preman pensiun asal Kampung Pananggapan, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Namun kini, Edi memilih mencari rupiah dengan menjual gorengan keliling.
Masa kejayaan Edi tahun 1978-an dengan rambut gondrong dan tato di tubuhnya. Edi sempat bertualangan ke sejumlah kota besar. "Petualangan saat itu ke Lampung dan kota-kota di Sumatera hingga Jabodetabek. Di sana kerja serabutan, kadang parkir atau bangunan," kata dia kepada sukabumiupdate.com, Selasa (21/5/2024).
Kehidupan malam dijalani Edi dengan menghabiskan uang hasil kerjanya untuk berfoya-foya menikmati minuman keras (miras), seksual, dan judi. Perkelahian pun menjadi rutinitas yang dialaminya. Edi mengatakan saat itu belum memikirkan masa depan. Meski begitu, Edi mengaku tidak pernah melakukan pencurian atau maling.
Baca Juga: Positif Konsumsi Ganja, Epy Kusnandar 'Preman Pensiun' Ditangkap Saat Jualan di Warungnya
Edi tidak menjelaskan kapan mulai berumah tangga. Dia hanya menyebut istri pertamanya warga Surade. "Pertama nikah sama orang Surade. Setelah itu menikah lagi, sampai 10 kali menikah dan sempat tiga kali memadu. Dari pernikahan 10 kali, punya anak 10 orang, tapi tujuh meninggal dunia," ujarnya menjelaskan.
Kehidupan Edi mulai berubah 23 tahun lalu setelah pindah ke Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap. Edi bekerja dengan jual beli hasil bumi seperti pisang, mangga, dan kelapa, karena tidak memiliki keahlian. Kendala modal akhirnya membuat Edi memilih menjual gorengan berkeliling di wilayah Desa Cikangkung.
"Jualan gorengan seperti odading, goreng pisang, bala-bala, goreng tempe, leupeut, dan jala. Hampir 11 tahun berkeliling (jualan). Semuanya hasil olahan istri. Harganya per buah Rp 1.000. Kalau habis semua paling Rp 250 ribu," katanya.