SUKABUMIUPDATE.com - Meninggalnya Hendi (35 tahun) akibat kecelakaan di Jalan Suryakencana, tepatnya di depan Rumah Sakit Tiara Bunda Cibadak, Sabtu 27 April 2024 lalu, hingga kini belum bisa dilupakan istri dan kedua anaknya.
Diketahui, Hendi meninggalkan istrinya, Fitria (35 tahun), dan dua anak bernama Putra Firmansyah (9 tahun) dan Nurul Analisa (7 tahun). Mereka tinggal di rumah tak layak di Kampung Pangadegan RT 19/08 Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.
Hendri sendiri sebelumnya dilaporkan meninggal dunia usai terlindas mobil sekira pukul 13.00 WIB.
Menurut Fitria, istri almarhum, kecelakaan yang menewaskan suaminya itu terjadi saat almarhum sedang bekerja sebagai tukang ojek.
Ia menyebut, pada hari itu almarhum suaminya baru sekali menarik penumpang dan sedang dalam perjalanan kembali setelah mengantar penumpang ke Kampung Malinggut. Saat itu, motor yang digunakan Hendi adalah milik keponakannya.
"Meskipun motor rusak, tapi keponakan tidak menuntut ganti rugi, bahkan saya punya hutang juga dibebasin, karena menganggap itu musibah," ujar Fitria kepada sukabumiupdate.com, Jumat (17/5/2024).
Baca Juga: Terlindas Mobil, Kronologi Pemotor Tewas Kecelakaan di Cibadak Sukabumi
Fitria juga bercerita tentang perasaan dan reaksinya saat pertama kali mendengar kabar kecelakaan suaminya. Mulanya ia tidak percaya dengan kabar tersebut, karena saat itu Fitria berencana menjemput temannya untuk menginap di rumah mereka dan kemudian bekerja bersama almarhum suaminya pada malam harinya.
"Karena saya waktu itu mau jemput teman, untuk menginap di sini. Nanti malamnya saya mau pergi kerja bersama almarhum. Itu juga sudah janji sama almarhum nanti kita sama-sama kerja, dianterin sama teman saya," katanya.
Fitria menjelaskan, saat pergi menjemput temannya dengan angkutan kota (angkot), dia mendengar orang-orang mengeluh tentang kemacetan karena ada tabrakan. Namun, dia tidak menyangka bahwa yang terlibat kecelakaan itu adalah suaminya.
"Karena tidak berjumpa dengan teman, saya kembali pulang ke rumah. Alhasil, ketika turun dari angkot dan terus berjalan pulang, tiba-tiba ada tetangga yang menyangka saya pulang dari RSUD Sekarwangi," jelasnya.
Setibanya di rumah, sudah banyak orang berkumpul. Fitria pun segera masuk ke rumah keponakannya, di mana dia melihat pamannya sedang tidur. Dia mengira bahwa pamannya yang mengalami kecelakaan dan mulai menangis.
"Setelah saya menangis, ada yang memberitahu bahwa yang meninggal bukan mamang, tapi suami," ujar Fitria.
Mendengar kabar itu, Fitria langsung tidak sadarkan diri dan masih tidak menyangka karena suaminya dalam kondisi sehat saat berangkat kerja.
"Dari rumah berangkat kerja enggak ada pertikaian dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggal," ujarnya.
Fitria mengungkapkan, bahwa anak-anak mereka mengalami kesulitan besar dalam menerima kenyataan. Begitu menerima kabar sang ayah wafat, putra sulungnya bahkan tidak keluar dari kamar dan setiap hari selalu mengajak ke makam ayahnya.
"Anak cowo dekat, kalo bahasa Sunda mah ngalengkah oge langsung ceurik lamun teu diajakan. Bahkan kalau anak yang cowo mau makan, masih suka mengajak ayahnya makan, seolah ayahnya masih ada," pungkasnya.