SUKABUMIUPDATE.com - Kisah tragis dialami Inas (43 tahun), warga Kampung Cilandak RT 15/04 Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi. Inas tewas di tangan anak kandungnya, Rahmat alias Herang (25 tahun). Pembunuhan sadis yang dialami Inas membuka fakta menyedihkan lain tentang keluarga ini.
Pembunuhan Inas terjadi Senin sore, 13 Mei 2024. Namun peristiwa ini diketahui pada Selasa subuh, 14 Mei 2024, setelah Rahmat memberi tahu pamannya, Pahrudin (31 tahun) dan Isra (66 tahun). Rahmat menyodorkan uang Rp 330 ribu kepada kedua pamannya, lalu meminta dibunuh setelah mengaku sudah membunuh ibunya sendiri.
"Dari keterangan saksi pertama (Pahrudin), sekira pukul 04.00 WIB, pelaku datang ke rumahnya, menyodorkan uang recehan Rp 330 ribu sambil berkata "Mang tolong bunuh saya karena saya sudah membunuh ibu saya". Ketika itu saksi pertama tidak mengindahkan omongan pelaku," kata Kepala Desa Sekarsari Awan Kurniawan.
Awan menyebut Rahmat kemudian mendatangi pemannya yang lain atau saksi kedua, Isra (66 tahun). Hal serupa dilakukannya yakni menyodorkan uang Rp 330 ribu dengan permintaan yang sama yaitu membunuhnya. Entah apa yang ada di pikiran Rahmat, namun pemuda ini memang diduga mengalami gangguan jiwa sejak kecil.
Baca Juga: Bukan Soal Motor? Polisi Dalami Motif Rahmat Bunuh Ibunya di Kalibunder Sukabumi
Meski begitu, Rahmat belum pernah berkonsultasi atau berobat ke puskesmas setempat terkait kejiwaannya. Ini karena kondisi Rahmat yang tidak ada keluhan dan terkadang dia sibuk bekerja menjahit di sebuah konveksi (usaha produksi pakaian).
"Saksi pertama dan kedua penasaran sehingga mendatangi rumah korban untuk memastikan keadaan. Setelah tiba di lokasi, saksi menemukan korban (Inas) dalam posisi telentang di dalam kamar dengan kondisi bersimbah darah sudah meninggal akibat luka tusukan benda tajam (garpu) pada dada, leher, dan wajah," ujarnya.
Hingga kini belum diketahui secara pasti apa motif Rahmat nekat membunuh ibunya. Awan mengatakan Rahmat dan Inas tinggal berdua di rumah panggung ukuran 4,5x9 meter, setelah ayahnya atau suami Inas meninggal tahun 1999 akibat dituduh dukun santet. Ketika itu Rahmat yang merupakan anak satu-satunya masih berusia balita.
"Almarhumah Bu Inas membesarkan dan menafkahi anaknya, Rahmat atau Herang, seorang diri. Saat Rahmat berusia dua tahun (atau kurang), bapaknya, Acem, dituduh dukun santet atau memiliki ilmu teluh sehingga dihabisi oleh orang tidak dikenal di Desa Cimahpar, tetangga Desa Sekarsari, pada tahun 1999," ujar Awan.
Menurut Awan, rumah Inas berjarak sekitar 200 meter dari rumah saudaranya yang terdekat. "Ada juga (rumah) saudaranya yang jaraknya 800 meter," kata dia.
Sempat beredar narasi yang menyebut Rahmat nekat menusuk ibunya hingga tewas menggunakan garpu sawah karena ingin dibelikan sepeda motor. Polisi pun membenarkan soal keinginan Rahmat memiliki sepeda motor, namun itu sudah lama dan belum dapat dipastikan apakah menjadi motif utama pembunuhannya.
"Itu enggak ada (kesal tidak dibelikan sepeda motor). Itu semua pengakuan lama. Kita sudah tanya ke warga sekitar, tidak ada (motif soal motor). Pelaku kita tanya, ya marah aja sama ibunya. Kita masih dalami apa penyebab kemarahannya. Kalau pengakuan masalah motor tidak ada," kata Kasat Reskrim Polres Sukabumi AKP Ali Jupri, Selasa.
Polisi berencana akan memanggil psikolog untuk memeriksa kondisi kejiwaan Rahmat. Terlebih Rahmat hanya terdiam saat ditanya apakah menyesal setelah menghabisi nyawa sang ibu. Rahmat juga langsung tertidur di kamarnya dengan kondisi berlumuran darah setelah melakukan pembunuhan tersebut.
Pembunuhan terhadap Inas dilakukan Rahmat menggunakan garpu sawah atau tanah. Berdasarkan hasil autopsi tim dokter forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, korban mengalami lebih dari 10 luka tusuk (kepala desa menyebut sekitar 20 tusuk) pada bagian wajah, dada, bahu, tangan, dan leher. Dokter menyimpulkan Inas meninggal akibat luka tusuk di leher sedalam 5-6 sentimeter yang merusak saluran batang napas dan terdapat pembuluh darah yang terpotong.