SUKABUMIUPDATE.com - Khansa Tsurayyaa Amany, seorang Balita perempuan di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, meninggal dunia akibat gigitan ular yang diduga jenis ular welang (Bungarus fasciatus).
Peristiwa nahas itu terjadi pada Minggu 12 Mei 2024 sekira pukul 01:30 WIB dini hari, ketika balita bersama kedua orang tuanya tertidur lelap di kamarnya.
Meski sempat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan medis, namun nyawa balita manis itu tak tertolong. Khansa wafat pada pukul 03.23, atau satu jam setelah kejadian.
Petugas Animal Resque Pemadam Kebakaran Kota Sukabumi, Edi mengatakan korban diduga pada saat tidur secara tidak sadar mengulurkan kakinya ke sela kasur sehingga ular menggigit kakinya. Menurutnya, ular telah bersembunyi di dalam kamar lebih dari satu hari.
“(Ular) masuk ke dalam rumah itu di dekat kasur springbed, jadi tanpa alas nempel ke lantai langsung. Jadi posisi ada jeda jarak 10 cm si kaki bocah korban masuk ke sela itu, dia kena injek di jempol, kaki kiri yang kena," ujar Edi.
Baca Juga: Resahkan Warga, Polisi Amankan 30 Preman dan Jukir Liar di Kota Sukabumi
Menurut Edi, ular welang memiliki nama latin Bungarus Candidua yang tergolong memiliki bisa mematikan. Ular welang juga merupakan hewan nokturnal yang aktif di malam hari.
“Untuk warga jadi jangan dianggap sepele, kamper dan wangi wangian itu sebenernya wajib taruh di kamar mandi di gudang belakang lemari kalau gak di bawah kasur. Soalnya kalau ular itu takutnya sama wangi-wangian, bau-bauan, kalau sama garam itu mitos, garam itu hanya untuk binatang berlendir,” imbaunya.
“Kalau di luar ruangan kita pakai bekas lasan karbit kan itu bau belerang, bubuknya yang putih kaya apu (kapur), itu kan bau belerang jadi dia gak bakal lewat ke situ," pungkasnya.
Semnetara itu, melansir dari kumparan.com, Pakar Herpetologi dari Fakultas Biologi UGM, Donan Satria Yudha, mengatakan bahwa ular welang merupakan jenis ular dengan bisa tinggi atau mematikan.
Namun, kata Donan, meski berbisa mematikan, sebenarnya ular welang termasuk ular yang pendiam atau tidak agresif. Jika tidak terprovokasi atau tidak merasa terancam, dia akan menyembunyikan kepalanya di lingkaran tubuhnya.
Namun jika merasa terancam, misalnya terinjak, ular welang akan mematuk sebagai bentuk pertahanan diri. Namun pada patukan pertama, biasanya hanya berupa peringatan sehingga tidak mengeluarkan bisa.
Baca Juga: Optimalisasi Layanan, Perumdam TJM Parakansalak Sukabumi Pasang Alat Antisipasi Water Hammer
“Kalau tidak benar-benar tersakiti, dia tidak mengeluarkan bisa. Tapi kalau terinjak sampai kesakitan, dia pasti akan mematuk dengan bisa yang cukup banyak. Tapi kalau cuma terganggu, misal tersenggol begitu, biasaya cuman mematuk tapi hanya gigitan kering,” kata Donan.
Ular welang menurut Donan memiliki wilayah persebaran yang cukup luas. Ular welang bisa ditemukan di negara-negara Asia Tenggara dan negara Asia lain seperti India, China, Thailand, dan sebagainya. Di Indonesia, ular welang biasa ditemukan di Sumatera, Jawa, hingga Bali.
Daerah pinggiran kali, semak, dan tegalan sawah merupakan habitat kesukaannya, mereka biasa bersarang di lubang-lubang bawah tanah dan di celah-celah batu. Dia paling sering memangsa tikus, bahkan menjadikan sarang tikus yang dia mangsa sebagai sarangnya.
Ular welang memiliki bentuk dan motif yang sangat mirip dengan weling (Bungarus candidus), bedanya jika weling sepanjang perutnya berwarna putih, ular welang memiliki motif garis hitam yang melingkar dari punggung sampai perut. Tidak seperti weling yang memiliki motif garis hitam putih pada punggungnya saja.
“Untuk populasinya saat ini masih cukup banyak, masih lumayan sering ditemui,” ujarnya.
Yang Harus Dilakukan Jika Bertemu Welang
Jika bertemu dengan ular welang ini, Donan menyarankan supaya jangan panik, selama tidak mengganggu usahakan juga jangan dibunuh. Karena memiliki sifat pendiam, singkirkan saja ular ini dengan sapu atau kayu yang cukup panjang lalu memasukkannya ke dalam serok atau karung.
“Terus kita buang ke tengah hutan atau ke tempat yang jauh, dia cenderung diam tidak agresif seperti kobra,” ujarnya.
Baca Juga: Belasan Murid SD di Sukaraja Sukabumi Diduga Keracunan Jajanan, Ini Kronologinya
Kasus gigitan ular seperti ini menurut Donan menandakan bahwa habitat ular yang semakin berkuran, sehingga memaksa dia untuk masuk ke kawasan yang merupakan wilayah manusia. Seringkali ular, termasuk welang, masuk ke wilayah manusia tanpa sengaja. Misalnya dia sedang mengejar tikus, lalu tikus tersebut masuk ke rumah warga, maka otomatis ular tersebut juga akan mengejarnya sampai ikut masuk ke dalam rumah.
“Kalau tikusnya lari ke sarangnya di sawah atau ladang, itu dia akan ikut masuk ke sarang tikus itu dan malah menjadikan sarangnya,” kata dia.
Untuk meminimalkan konflik antara manusia dengan ular (juga satwa liar lainnya), menurut Donan memang dibutuhka kebesaran hati manusia untuk menyisakan lahan khusus untuk tempat hidup mereka. Jangan semua lahan dikonversi untuk kepentingan manusia, baik untuk perumahan, taman, lahan pertanian, dan sebagainya, namun sisakan sebagian supaya satwa-satwa liar tersebut bisa hidup dengan aman tanpa membahayakan manusia.
“Kita harus merelakan beberapa lahan juga untuk habitat mereka. Jangan semuanya kita ambil,” kata Donan.