SUKABUMIUPDATE.com - Perjalanan panjang tim nasional (timnas) Indonesia U-23 selama Piala Asia U-23 2024 hingga play-off Olimpiade Paris 2024 melawan Guinea U-23 menjadi babak baru sepak bola Indonesia. Skuad asuhan Shin Tae-yong ini telah menuliskan sejarah untuk prestasi Garuda Muda di level dunia. Nah, berbicara tentang sepak bola dan Paris, Sukabumi memiliki catatan menarik. Keluarga Gustaf C.F.W. Mundt menjadi tokoh di baliknya.
Kisah ini berawal pada 1883 saat Gustaf C.F.W. Mundt menggantikan Adriaan Walfaare Holle sebagai administrator perkebunan teh Parakansalak, Kabupaten Sukabumi, dan membawa rombongan Gamelan Sari Oneng ke pameran di Amsterdam, Belanda. Gamelan ini membuat perkebunan Parakansalak menjadi sangat terkenal. Bahkan keterkenalannya melebihi Hindia Belanda. Sari Oneng sukses menjelajahi dunia untuk mempromosikan budaya nusantara.
Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan sebenarnya gamelan ini proyek bersama perkebunan Parakansalak dan Sinagar. Namun tak sedikit yang menganggap gamelan tersebut sebagai Sari Oneng Parakansalak. Meski anggota dan penyandang dana proyek berasal dari kedua perkebunan itu.
Dalam pameran di Belanda, panitia pameran meminta Gustaf C.F.W. Mundt untuk meminjamkan gamelan ini yang diatur sedemikian rupa sehingga bisa memainkan lagu-lagu langgam diatonik berdasarkan tujuh nada. Atas permintaan itu, Gustaf C.F.W. Mundt mengkonstruksikan gamelan Sunda yang berlaras pelog dengan ukiran yang lebih bergaya Eropa ketimbang bergaya Sunda.
Baca Juga: Ketika Gamelan Sari Oneng Parakansalak Sukabumi Tampil di Peresmian Menara Eiffel
Ketenaran gamelan Sari Oneng memuncak ketika peresmian menara Eiffel di Paris dan peringatan 100 tahun revolusi Prancis yang digelar pada 31 Maret 1889. Sebelum peresmian ini, Belanda memang berniat memperlihatkan kejayaannya melalui tanah koloni yang mereka kuasai. Belanda pun merencanakan untuk membuat stan pameran di peresmian menara Eiffel.
Sejalan dengan rencana Belanda, Javaasche Bank yang diketuai Van den Berg akhirnya bekerja sama dengan keluarga Eduard Julius Kerkhoven (dari perkebunan Sinagar) dan Gustaf C.F.W. Mundt. Dia ditemani ahli filantropis dan sekretaris Englisch Indische Company (semacam VOC-nya Inggris), HP Cowan.
Mereka terpesona dengan perkebunan Parakansalak dan Sinagar sehingga selain membawa budayanya ke Paris, mereka juga setuju untuk membawa wayang dan gamelan Sari Oneng yang sebelumnya pernah tampil di Amsterdam. Parakansalak dan Sinagar juga ternyata memiliki kios atau warung teh yang bagus untuk diduplikasi.
Irman mengatakan dari delegasi kampung Jawa dan Sari Oneng yang dikirim ke Paris pada 1889 selama enam bulan, ada 22 laki-laki asal Parakansalak serta Sinagar dan lima penari wanita Parakansalak. Jumlah ini menjadi bagian dari total 75 orang yang diberangkatkan. Pameran yang memadukan rumah-rumah nusantara dengan iringan gamelan dan penari itu berjalan sukses dengan pengunjung membludak. Bertajuk "Exposition Universelle", pameran ini sukses mendatangkan dua gamelan Sunda.
Satu perangkat gamelan diberikan pemerintah Belanda kepada Conservatoire Muse de I'Homme-Paris sebagai hadiah. Sementara seperangkat lainnya yang berasal dari Parakansalak, dikirim oleh Gustaf C.F.W. Mundt untuk promosi teh dan beberapa produk lainnya. Komponis Prancis Achille-Claude Debussy sangat mengagumi langgam gamelan Sari Oneng sehingga memengaruhi beberapa hasil karyanya.
Baca Juga: Miel Mundt dan Van Gogh, Kisah Pesepak Bola Eropa-Belanda Kelahiran Sukabumi
Di cerita yang lain, prestasi timnas Indonesia U-23 menembus empat besar Piala Asia U-23 2024, meski gagal lolos Olimpiade Paris 2024 setelah kalah oleh Guinea U-23 di babak play-off, tidak dapat dilepaskan dari peran pesepak bola keturunan yang dinaturalisasi. Nathan Tjoe-A-On menjadi salah satu pemain Garuda Muda kelahiran Belanda yang disebut tampil bersinar di ajang ini.
Fenomena pemain sepak bola asing, baik keturunan maupun kelahiran Indonesia, sudah ada sejak dulu. Bahkan satu orang pesepak bola Eropa, tepanya Belanda, adalah berasal dari Sukabumi. Dia bernama lengkap Emil Gustav “Miel” Mundt atau disebut Miel Mundt, lahir di wilayah Parakansalak, pada 30 Mei 1880.
Miel Mundt adalah anak Gustaf C.F.W. Mundt, tokoh gamelan Sari Oneng Parakansalak. Miel Mundt tumbuh di lingkungan perkebunan Parakansalak dan foto kecilnya saat naik gajah pernah berbedar. Miel Mundt dipotret sedang naik gajah pada usia kurang lebih delapan tahun.
“Mundt menunggang gajah paling depan bersama adiknya. Gajah yang dibawa dari Sumatera tersebut adalah salah satu gajah yang ada di Sukabumi. Ketika itu gajah lainnya bernama Si Toekoe (Tengku) berada di Sinagar Cibadak,” kata Irman, Senin, 6 Mei 2024.
Selama di Parakansalak, kesukaan Mundt adalah bermain bola kulit. Tempat bermainnya di depan landhuis atau gedung patamon. Tak jelas Mundt sekolah di mana, namun tercatat dia kuliah di Belanda dan kurang berminat dengan dunia perkebunan. Mundt lebih suka menendang bola dan akhirnya tumbuh menjadi pemain yang berposisi gelandang.
“Sejak kuliah di Belanda dia ikut klub sepak bola dan mendaftar di Haagse Voetbal Vereniging. Mundt memulai debut profesionalnya pada usia 19 tahun. Bermain dalam 320 pertandingan antara 1899–1916 dan enam kali menjadi juara Belanda. Mundt juga turut dalam Olimpiade Musim Panas 1908 yang diselenggarakan di London,” ujarnya.
Selain Mundt, pemain lain yang diikutsertakan ke olimpiade adalah Reinier Bertus Beeuwkes, Johannes Jacobus van den Berg, Frans de Bruijn Kops, Victor Albert Gonsalves, Johannes Cornelis Heijning, Karel Heijting, Johan Adolph Frederik Kok, Johannes Marius de Korver, Lo La Chapelle, Louis Otten, Jops Reeman, Toine van Renterghem, Edu Snethlage, Johan Wilhelm Eduard Sol, Johannes Thomée, dan Caius Welcker.
Belanda tidak ikut babak penyisihan, tetapi dalam pertandingan pertama masuk semifinal melawan Inggris. Dalam pertandingan tersebut Belanda kalah 0–4, kemudian menang melawan Swedia 2–0 dalam laga memperebutkan medali perunggu. Pada 1908 dan 1909, Mundt bermain empat kali untuk timnas Belanda dan menjadi kapten.
Pada akhir 1920-an dan awal 1930, Mundt duduk di komisi pemilihan Nationaal Voetbal Bond (NVB) bersama Henk Herberts dan Karel Lotsy. Mundt lalu meninggal dunia di Rotterdam, Belanda, pada 17 Juli 1949 atau berusia 69 tahun sebagai tokoh sepak bola yang dihormati.