SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah warung yang berjualan di pinggir jalan nasional Sukabumi-Bogor atau tepatnya di seberang Gerbang Tol Parungkuda, Kampung Pangadegan, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, merasakan dampak yang cukup besar akibat longsor yang terjadi pada Rabu, 3 April 2024, lalu.
Tak berselang waktu lama pasca kejadian tersebut, sepi pembeli dan omzet turun drastis menjadi ancaman bagi para pedagang yang bergantung pada aktivitas lalu lintas.
Longsor yang terjadi pada badan jalan Tol Bocimi Seksi 2, tepat di KM 64, telah mengakibatkan sejumlah pedagang yang berjualan di sekitar lokasi tersebut merana.
Baca Juga: Melihat Progres Pembangunan Exit Tol Bocimi Seksi 3 di Cisaat Sukabumi
Pasalnya setelah sempat dibuka secara fungsional untuk arus libur Lebaran, Tol Bocimi seksi 2 pada Senin 15 April 2024 malam kembali ditutup total. Oleh karena itu, aktivitas lalu lintas yang mengalami penurunan signifikan membuat jumlah pembeli yang datang berkurang drastis.
"Akhir pekan yang biasa ramai juga sama aja sepi, biasanya kue dan kerupuk semua baru setiap hari, sekarang banyak kue titipan yang enggak laku, masih banyak sisa, tapi kalau enggak diterima juga kasian," ujar Hartono (72 tahun), salah seorang pedagang di lokasi tersebut, Selasa (7/5/2024).
Tidak hanya jumlah pembeli yang menurun, omzet pun turut merosot tajam. Hartono yang sebelumnya mampu mendapatkan keuntungan yang cukup lumayan dari aktivitas dagang, kini harus merelakan penurunan omzet hingga mencapai puluhan persen.
"Kalau buat usaha jauh drastis, sehari semalam bisa mendapatkan Rp 1,5 juta, sekarang paling Rp 200 ribu, mobil-mobil kan enggak pada berhenti," kata dia.
Ia mengaku bahwa situasi ini sangat mengkhawatirkan terhadap warungnya. Beberapa diantaranya, sambung Hartono, bisa tutup lebih dulu tidak seperti biasanya.
"Bahkan warung-warung sekitar yang biasanya tutup pada larut malam hingga pagi, kini tutup lebih awal karena sepinya pembeli," kata Hartono.
Pedagang lainnya, seperti Meli (33 tahun) membenarkan, bahwa warungnya tidak lagi buka hingga larut malam karena minimnya kunjungan pembeli.
"Biasanya buka sampai pagi malahan, jadi sepi, sekarang paling malam jam 8 aja udah tutup, karena sepi kurangnya pemasukan," kata Meli.
Selain itu, omzet pun mengalami penurunan drastis. Jika sebelumnya Meli bisa meraup omset hingga Rp 400 ribu per hari, kini hanya sekitar Rp 100 ribu.
"Kadang-kadang sepi enggak ada yang jajan sama sekali, kan kalau tol buka, ada penumpang bus yang turun dan jajan di sini, sekarang mah enggak ada," ungkap Meli.
Meli pun berharap agar perbaikan jalan Tol Bocimi seksi 2 pada KM 64 dapat segera diselesaikan. "Agar aktivitas lalu lintas kembali normal dan tentunya para pedagang di sini bisa ramai lagi pembeli," pungkasnya.