SUKABUMIUPDATE.com - Joko Kristiyanto, seorang konsultan psikologi, memberikan pandangannya atas kasus pembunuhan dan sodomi di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Dalam perkara ini, siswa kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) berinisial S (14 tahun) nekat menghabisi nyawa tetangganya, MA (7 tahun), bocah laki-laki yang masih kelas I sekolah dasar (SD). Selain membunuh, S juga diduga melakukan sodomi terhadap korban.
Joko mengungkapkan ada banyak motif yang mendorong terduga pelaku melakukan aksinya. Melihat usianya yang baru 14 tahun, Joko menilai S ada dalam kondisi pubertas yang tinggi. Diketahui, tindakan sadis ini terbongkar saat MA ditemukan tewas di kebun pala milik warga pada 17 Maret 2024. Lokasi tersebut tidak jauh dari rumah terduga pelaku dan korban. Setelah diselidiki oleh kepolisian, ditemukan fakta, sehari sebelumnya MA menjadi korban sodomi dan pembunuhan oleh S.
"Kasus sodomi yang berakhir pembunuhan itu banyak motif. Apakah ini kategorinya sudah masuk parafilia, yakni perubahan perilaku menyimpang seksual, atau hanya salah satu bentuk eksistensi mengekspresikan seksual. Dilihat dari usianya, tampaknya ini akumulasi dari apa yang dia (terduga pelaku) lakukan. Bisa jadi pelaku tidak murni parafilia, tapi juga dari tontonan, tayangan, melihat sesuatu, kemudian mengambil langkah yang paling aman. Karena kalau misalkan dengan perempuan, bisa menghasilkan kehamilan (pikiran terduga pelaku)," kata Joko kepada sukabumiupdate.com, Senin, 6 Mei 2024.
Baca Juga: Dua Kasus Beda Cerita, Psikolog Soroti Pembunuhan Berlatar Belakang Sodomi di Sukabumi
Alasan Joko tidak meyakini kasus ini sebagai parafilia murni adalah karena terduga pelaku masih dalam kondisi pubertas dan korbannya anak kecil. Berbeda dengan pedofilia yang seharusnya dilakukan orang dewasa terhadap anak yang pra-pubertas. Joko menduga dalam perkara tersebut terdapat hubungan relasi kuasa karena kemungkinan melawan dari korban sangat rendah.
"Bicaranya relasi kuasa, makanya saya tidak terlalu yakin ini parafilia murni. Artinya, usia 14 tahun, laki-laki, sedang top-topnya masa pubertas. Jika dia sering menonton, melihat, mendengar, apakah dari tayangan atau apa pun, bisa menjadi sebuah inspirasi. Atau apakah dia pernah pacaran atau tidak. Itu memengaruhi cara berpikir tindakannya," ujar Joko yang pernah menempuh pendidikan psikologi di Universitas Indonesia, Universitas Erasmus Rotterdam Belanda, dan Universitas Auckland Selandia Baru.
"Lalu mengapa sampai dibunuh dan kembali melakukan aktivitas itu, berarti ada satu dorongan yang sudah sangat lama bahwa melakukan aktivitas seksual adalah sesuatu yang sangat puas. Bisa jadi ini aktivitas yang sangat didambakan. Makanya ketika korban sudah meninggal pun masih dilakukan. Berarti ada bentuk ingin mencapai tingkat kepuasan sehingga nafsu seksualnya dilakukan," tambahnya.
Joko mengungkapkan pihak terkait harus benar-benar mempelajari kondisi kejiwaan terduga pelaku untuk mengetahui apa yang ada di pikirannya. "Atau pelaku juga pernah menjadi korban sehingga ada sakit hati dan dendam yang ingin dilakukan tapi tidak tahu dilakukan ke siapa. Bisa juga dia menjadi korban bullying. Artinya potensi-potensi itu bisa terjadi kepada pelaku dan mencari siapa yang bisa (dijadikan objek) untuk melampiaskan kemarahannya. Kembali ini ada soal relasi kuasa," kata dia.
Kronologi
Pada hari kejadian, sekira pukul 07.00 WIB, korban pergi ke rumah temannya berinisial H untuk menonton televisi, bersama temannya yang lain, termasuk terduga pelaku. Namun sekira pukul 08.30 WIB, korban pamit untuk mengambil buah pala ke kebun. Terduga pelaku lalu mengikutinya dan diduga telah menargetkan MA.
Ketika situasi sepi, polisi menyebut terduga pelaku langsung melorotkan celana korban dari arah belakang. Celana yang dilorotkan itu digunakan terduga pelaku untuk melilit atau mencekik korban. Alhasil, korban berusaha melawan dan berlari dalam keadaan sudah lemas. Ketika situasi inilah terduga pelaku melakukan aksi sodominya.
Setelah aksi sodomi pertama, terduga pelaku meninggalkan korban. Namun tak lama, sekira pukul 11.00 WIB, dia kembali ke lokasi untuk memastikan korban meninggal. Terduga pelaku lalu mencekik korban menggunakan tangan hingga dipastikan tewas. Setelah korban meninggal, terduga pelaku melakukan aksi sodomi yang kedua.
Terduga pelaku mengaku pernah menjadi korban tindakan serupa. Tetapi polisi akan mendalaminya dengan memeriksa secara medis kejiwaan S dan lubang anusnya.