SUKABUMIUPDATE.com - Tim nasional (timnas) Indonesia akan melawan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024, Senin, 29 April 2024. Garuda Muda berpeluang besar lolos ke Olimpiade Paris 2024 apabila berhasil memenangkan laga penting menuju final tersebut.
Seperti diketahui, Piala Asia U-23 2024 menjadi fase kualifikasi untuk mengirim wakil benua kuning ke pesta olahraga dunia di Paris tahun ini. Juara, runner-up, dan peringkat tiga turnamen berhak lolos langsung. Sementara peringkat empat akan menjalani playoff melawan Guinea.
Membahas sepak bola dan olimpiade, Sukabumi menyimpan sejarah menarik. Wasit berlisensi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pertama di tanah air, Kosasih Kartadiredja, pernah memimpin laga olimpiade junior di Jepang yang diikuti Diego Armando Maradona dari Argentina.
Kosasih adalah warga asli Gang Purwa, Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Dia lahir 13 Agustus 1934 dan meninggal 23 Maret 2022 di Kelurahan Subangjaya, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Wafatnya Kosasih menjadi duka bagi dunia sepak bola.
Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah pernah menceritakan sepak terjang almarhum Kosasih semasa aktif menjadi pengadil di lapangan hijau. Menurut Irman, Kosasih memulai karier sebagai pesepak bola bersama klub Pertiwi, lalu bergabung Young Man Association atau YMA dan Sinar Harapan, berposisi gelandang. Hingga pada 1960 (sumber lain menyebut 1955), dia memperkuat Perssi Kota Sukabumi.
Baca Juga: Analisis Reaksi Pasca Indonesia Tekuk Korsel; Netizen Antusias dengan Capaian Timnas U-23
Kegiatan Kosasih selain bermain sepak bola adalah menjadi wasit. Pembantu Komda PSSI Jawa Barat, Kesheshian, kemudian menawari Kosasih menjadi wasit dan mengikuti kursus wasit C3 di Sukabumi dan memimpin berbagai turnamen. Dia selanjutnya mengikuti kursus C2 tingkat Jawa Barat dan memimpin pertandingan perserikatan Jawa Barat.
Pada 1965, karier Kosasih semakin cemerlang karena menjadi wasit C1 (nasional) setelah mengikuti kursus wasit PSSI dan memimpin pertandingan perserikatan tingkat nasional di seluruh Indonesia.
"Kosasih dikenal tegas meski pemain saat itu galak. Dia berani mengeluarkan kartu merah untuk pemain sekelas Rusdi Balawan dari Persebaya dan Simson Rumapasal dari Persija sehingga dia dijuluki budak leutik paling berani," kata Irman yang juga Ketua Yayasan Dapuran Kipahare.
PSSI lalu merekomendasikan Kosasih menjadi wasit FIFA dan lolos pada 1972. Sejak itu, Kosasih memimpin pertandingan internasional seperti Piala Raja di Bangkok 1972, turnamen sepak bola di Vietnam pada 1974. Kemudian di Korea Selatan dan Arab Saudi pada 1975. Di Asia, dia dijuluki wasit King Cobra karena gerakannya yang lincah berlari ke segala arah.
Kata Irman, pada 1979, Kosasih memimpin pertandingan olimpiade junior di Jepang yang diikuti Diego Armando Maradona dari Argentina. Dia juga dikenal tegas menolak suap. Ini pernah terungkap saat menjadi wasit Sea Games tahun 1981 dan ditawari 10.000 dolar (USD) untuk memenangkan Malaysia.
"Dia menolak mentah-mentah dan kemudian dicatat dalam koran The Strait Times."
"Di Indonesia juga dia memimpin pertandingan persahabatan antara Timnas melawan Benfica (Portugal), Ajax Amsterdam (Belanda), Cosmos (AS), dan Manchester United, yang sempat dikenai kartu kuning olehnya," kata Irman.
Dalam sumber lain disebutkan olimpiade junior di Jepang yang dimaksud Irman adalah Kejuaraan Dunia Remaja FIFA 1979. Ini adalah edisi kedua turnamen sepak bola Kejuaraan Dunia Remaja FIFA. Turnamen ini diselenggarakan di Jepang sejak 25 Agustus hingga 7 September 1979. Sebanyak 16 tim berpartisipasi pada putaran final. Pertandingan dilaksanakan di empat stadion di empat kota.
Argentina U-20 menjuarai turnamen ini untuk pertama kalinya setelah menang atas Uni Soviet U-20 dengan skor 3–1 pada pertandingan final di Stadion Nasional, Tokyo. Uruguay U-20 berada pada peringkat ketiga setelah mengalahkan Polandia U-20 dengan skor 5–3 dalam adu penalti setelah bermain imbang 1–1 hingga perpanjangan waktu dalam pertandingan perebutan tempat ketiga di tempat yang sama.
Pemain Argentina U-20 Diego Maradona menjadi pemain terbaik sepanjang turnamen, sedangkan pemain Argentina U-20 lainnya Ramón Díaz menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang putaran final dengan 8 gol.
Setelah pensiun dari dunia wasit pada 1995, Kosasih ditugaskan menjadi inspektur wasit di komisi wasit PSSI. Ketika itu dia mendapatkan banyak tawaran suap dari para pihak. Tetapi, Kosasih dengan tegas menolak semua tawaran tersebut, bahkan tidak segan memberikan sanksi kepada wasit yang terlibat dengan suap dan pengaturan skor.