SUKABUMIUPDATE.com - Ratusan warga yang tergabung dalam Gerakan Bojongraharja Memanggil (GBM) melakukan demonstrasi di depan PT Glostar Indonesia (GSI) di Jalan Pelabuhan II, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Kamis (25/4/2024).
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun sukabumiupdate.com, massa aksi yang berjumlah kurang lebih 500 orang ini merupakan warga Desa Bojongraharja, Kecamatan Cikembar. Artinya mereka adalah penduduk di sekitar lokasi pabrik pembuatan sepatu itu.
Faisal Wahyudi (34 tahun), salah satu peserta aksi mengatakan demonstrasi ini dilakukan karena kekecewaan warga terhadap PT GSI yang diduga tidak mengakomodasi warga Desa Bojongraharja untuk bekerja, termasuk masalah dugaan pungutan liar (pungli).
“Demo ini ketidakpuasan warga terhadap sistem yang dipakai PT GSI atau aparat pemerintah dalam mengakomodir warga Bojongraharja agar bisa bekerja," kata dia di lokasi.
Baca Juga: DPRD Sukabumi Respon Ide Pembentukan Satgas Pungli Tenaga Kerja, Dorong Korban Buka Suara
Menurut Faisal, banyak warga di sekitar pabrik yang belum dapat bekerja saat perekrutan karyawan gencar dilakukan PT GSI. "Kami ingin menyuarakan karena perekrutan itu banyak, tapi kenapa kenyataannya masih banyak warga yang belum bekerja,” ujar dia.
Faisal mengungkapkan PT GSI dianggap banyak mengakomodasi warga yang justru bertempat tinggal jauh dari lokasi pabrik. Sementara penduduk sekitar, kata dia, ada yang pernah mendaftar bekerja sampai tujuh kali pun belum mendapat panggilan.
“Pengalaman saya waktu ngelamar ke sini dulu, pernah diakomodir desa sebanyak 200 warga. Di situ kita tes secara umum, tapi untuk hasilnya tidak ada informasi, selalu sama. Katanya nanti akan ada panggilan lagi, tapi sampai sekarang belum ada panggilan juga,” ucapnya.
Peserta aksi lainnya, Muhamad Rafi (21 tahun), warga Kampung Dano RT 03/08 Desa Bojongraharja, mengaku pernah tujuh kali mendaftar ke PT GSI, namun tidak pernah diterima.
“Saya ngelamar dari 2021 sampai sekarang ditotalin sudah tujuh kali, tapi belum ada kepastian dan belum ada jawaban juga sudah tujuh kali daftar,” ujar Rafi.
Rafi juga mengaku pernah ditawari berkerja di PT GSI, namun harus membayar sejumlah uang (pungli). Alhasil, karena keterbatasan ekonomi, Rafi menolak tawaran itu.
“Ada banyak yang nawarin (pungli), untuk harganya Rp 17.500.000 untuk laki-laki. Enggak jadi soalnya ya enggak punya uang juga,” katanya.
Rafi mengatakan dirinya memiliki teman yang sudah bekerja di PT GSI melalui jalur pungli, namun tidak berani berbicara. “Ada temen saya yang masuk melalui jalur itu (pungli), tapi enggak ada yang ngejelasin gimana-gimananya, enggak berani ngomong,” kata dia.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak perusahaan atau PT GSI belum bisa dimintai keterangan.