SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah pedagang dan warga mengeluhkan pengolahan sampah di sekitar Terminal Sagaranten Kabupaten Sukabumi. Sampah dibiarkan menumpuk hingga berminggu-minggu dan banyak berceceran memenuhi bahu jalan di sekitar lokasi.
Dampaknya selain mengganggu kenyamanan, juga mengeluarkan bau menyengat. Padahal mereka mengaku sudah membayar retribusi sampah.
"Tumpukan sampah sudah mulai terlihat sejak bulan puasa lalu, dan sebagian merupakan sisa lebaran. Diperkirakan sudah ada tiga minggu belum diangkut juga," kata salah seorang warga Sagaranten Arif Hidayat (46 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Kamis (18/4/2024).
Kata Arif, kondisi tersebut sedikit banyak mengganggu kenyamanan warga, apalagi berada dekat pusat perkotaan dan pertokoan Sagaranten.
Sementara salah seorang pedagang yang tidak ingin disebut namanya, mengaku selama ini sejumlah pedagang yang berjualan di sekitar bundaran simpang tiga terminal Sagaranten dikenai iuran Rp 25.000 per bulannya. Akan tetapi, pedagang di sekitar pertigaan terminal tersebut disibukkan membuang sampah sendiri.
Baca Juga: Anggota DPRD Beri Apresiasi Libur Lebaran 2024 di Sukabumi Nihil Korban Jiwa
Baca Juga: Pengunjung Membludak Namun PAD Wisata Belum Maksimal, Ini Respons Bapenda Sukabumi
"Bayar retribusi bulanan seolah-olah tidak ada manfaatnya bagi warga, hal itulah yang selama ini dikeluhkan," ujarnya.
Ia, mengaku sangat menyayangkan adanya retribusi bulanan di lingkungannya terkait pengelolaan sampah. Alasannya, meski setiap bulan ditarik iuran, akan tetapi warga masih disibukkan membuang sampah.
Seperti sekarang ini, sampah sudah menumpuk bahkan berceceran ke badan jalan, memang selalu ada truk pengangkut sampah seminggu sekali, namun tidak terangkut semuanya, jadi banyak sisa sampah, dan akhirnya kami harus mengangkutnya dan membersihkan sendiri.
“Kami juga memohon diberi fasilitas (TPS), seperti tong sampah di depan tempat kami berjualan atau disekitar jalan Sagaranten,” imbuhnya.