SUKABUNIUPDATE.com - Kisah tauladan seorang guru madrasah, Popon, warga Kampung Cimanggis RT 07/02 Desa Mangunjaya, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, setiap hari berjibaku dengan urusan kemasyarakatan, dalam kondisi kehidupan pribadinya sangat memprihatinkan.
Perjuangan Popon ini diceritakan oleh sepupunya, Dede Komarudin. Menurutnya, Uwa Popon yang saat ini berusia sekitar 56 tahun merupakan seorang pengajar honorer disebuah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Cikarang, Desa Mangunjaya, Kecamatan Waluran.
Selain mengajar, kata Dede, Uwa Popon tercatat sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Mangunjaya. Ia juga merupakan seorang petani.
"Uwa popon bersama istri dan dua anaknya menempati rumah panggung berukuran kurang lebih 5 x 6 meter, atap sudah banyak bocor, kayu kayunya pun sudah lapuk dimakan rayap, sudah tidak layak huni," kata Dede (31 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Selasa (16/4/2024).
Uwa Popon, sambuung Dede, memiliki 4 orang anak, yaitu tiga orang perempuan, dan satu laki laki. Dari ketiga anak perempuannya, dua diantaranya sudah berkeluarga. Sedangkan yang satunya lagi masih mondok di pesantren, Adapun anak keempat, laki laki masih duduk di kelas 2 sekolah tingkat memengah (Madrasah Aliyah).
Baca Juga: Hari Pertama Masuk Kerja usai Lebaran, Distan Sukabumi Gelar Halal Bihalal
Baca Juga: Donny Sulifan Mundur, Pj Wali Kota Sukabumi Tunjuk Kadinkes Jadi Plt Dirut RS Bunut
Menurut Dede, Uwa Popon dalam menjalani aktivitasnya sebagai tenaga pengajar honorer, Ia harus menempuh selama 1 jam perjalanan dengan berjalan kaki setiap hari. Hal itu dilakukannya karena akses menuju tempatnya mengajar harus melintasi sungai dan perbukitan. Selain itu ia sendiri tidak memiliki kendaraan bermotor, sehingga jalan kaki merupakan satu-satunya pilihan.
"Sudah mengabdi selama kurang lebih 20 tahun, untuk sampai ketempat mengajarnya harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer, perjalanan kurang lebih 1 jam setengah," ungkapnya.
Sementara itu, terkait dengan kondisi rumahnya yang tidak layak huni. Sekdes Mangunjaya Mulfi Yogaswara mengatakan rumah guru Popon sudah pernah akan mendapat bantuan melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari PUPR, namun tidak jadi karena program BSPS hanya sekedar menambah. "Yang bersangkutan tidak sanggup untuk menyediakan kekurangan pembiayaannya," kata Mulfi.
Ia menyebut guru Popon baru mendapat bantuan MCK. "Terus di tahun sekarang direncanakan mendapat bantuan Rutilahu, tinggal menunggu waktu saja," ucapnya singkat.