Dikenal Sejak Zaman Belanda, Membaca Sejarah Mudik Lebaran di Sukabumi

Sabtu 06 April 2024, 16:42 WIB
(Foto Ilustrasi) Membaca sejarah mudik lebaran di Sukabumi. | Foto: Motorplus

(Foto Ilustrasi) Membaca sejarah mudik lebaran di Sukabumi. | Foto: Motorplus

SUKABUMIUPDATE.com - Aktivitas mudik mulai terjadi di berbagai daerah di Indonesia menjelang Idulfitri 1445 Hijriah atau tahun 2024. Mudik bukan hal baru bagi Sukabumi. Kegiatan ini bahkan sudah ada dan dikenal sejak zaman Belanda.

Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan, sejak dulu, Sukabumi memiliki penduduk yang relatif banyak di luar kota, provinsi, bahkan luar negeri. Situasi ini mengakibatkan mudik menjadi fenomena sosio-kultural sekaligus semacam ritual atau tradisi wajib bagi warga Sukabumi di perantauan saat menjelang lebaran.

Irman mengatakan pada masa kolonial, ada ungkapan berbahasa Belanda yang berbunyi "Wees voor zichtig met Soekaboemi, Wnt An Klaene A Komtvan Soekaboemi, wordt angrote A in Bandoeng". Artinya, kata Irman, hati-hati dengan Sukabumi, sebab A kecil yang datang dari Sukabumi bisa menjadi A besar di Bandung.

"Ungkapan orang-orang Belanda itu menunjukkan orang Sukabumi yang merantau ke kota besar seperti Bandung, Batavia, dan lain-lain, rata-rata berhasil dan harus diwaspadai," kata Irman yang juga penulis buku "Soekaboemi the Untold Story" kepada sukabumiupdate.com, beberapa waktu lalu.

Irman yang juga Ketua Yayasan Dapuran Kipahare menuturkan orang-orang Belanda menyebut Sukabumi sebagai Nizza Van Java, dikonotasikan dengan salah satu kota di Prancis yang terkenal dengan produksi anggurnya. "Seolah Sukabumi memabukkan dan bikin mabuk kepayang, sehingga orang senang kembali ke Sukabumi," ujarnya. "Kota Sukabumi juga sering disebut kota pensiunan atau kota tempat kembali di masa tua."

Baca Juga: Tinjau Longsor, Menteri Basuki Targetkan Tol Bocimi Seksi 2 Dibuka untuk Mudik 2024

Fenomena mudik semakin marak pada 1970-an. Ini disebabkan gencarnya pembangunan di wilayah perkotaan pada masa awal pemerintahan orde baru. Pembangunan tersebut memunculkan industri padat karya yang memerlukan karyawan dalam jumlah banyak.

Irman berujar saat itu orang-orang desa banyak yang bekerja di kota. Sementara warga kota juga banyak yang mengadu nasib di kota yang lebih besar, bahkan hingga ke ibu kota. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya warga yang merantau ke kota lain seperti Bandung dan Jakarta.

"Sementara sebagian yang bekerja di sektor formal juga terkadang ditempatkan di luar provinsi. Mereka ada yang mengontrak rumah atau indekos, bahkan ada yang kemudian tinggal dan menikah di perantauan," katanya.

Situasi seperti itu sering menimbulkan suasana rindu kampung halaman dan memicu hasrat untuk pulang kampung. Waktu yang tepat untuk pulang kampung atau mudik adalah saat hari raya keagamaan seperti Idulfitri. Ini seolah menjadi waktu wajib untuk pulang kampung. Warga perantauan bisa melepas rindu dengan keluarga.

"Bahkan tak jarang menjadi ajang memamerkan kesuksesannya di perantauan. Kebiasaan unik saat hari raya di lembur adalah nguyang, yaitu kebiasaan memberikan sesuatu (biasanya palawija) dengan ungkapan basa-basi hatur lumayan," ujar Irman. "Sebagai balasan, penerima juga memberikan sesuatu yang nilainya lebih besar. Kebiasaan saling berkirim ini masih dilanjutkan di beberapa tempat di Sukabumi."

Irman mengatakan kebiasaan tersebut sedikit berbeda dengan fenomena mudik di masa kerajaan Padjadjaran, misalnya. Sebab, ketika perayaan hari keagamaan saat itu, orang-orang Sukabumi justru yang berbondong-bondong ke Pakuan (Bogor) untuk mengikuti ritual hari raya keagamaan.

Menurut keterangan beberapa penduduk di Cibadak dan Ubrug, Cicatih adalah jalur para peziarah dari Muara Ratu (Palabuhanratu) ke Pakuan. Mereka ngabugbrug (berkumpul) di sekitar Ubrug sekarang, sebagai jalur transit untuk melanjutkan perjalanan ke Pakuan. "Sesudah mengikuti kegiatan ritual di Pakuan, para peziarah itu pulang kampung ke desa-desa di Sukabumi," ujarnya.

Ada istilah "bengkung ngariung bengkok ngaronyok" yang menunjukkan kekeluargaan yang kuat pada masyarakat Sunda, termasuk Sukabumi. Ini merepresentasikan keterikatan yang kuat dengan tanah kelahirannya, tanah tumpah darahnya.

"Maka tak heran ke mana pun mencari nafkah, orang Sunda tetap mempunyai keinginan untuk dikuburkan di tanah sendiri. Ibarat filosofi hidup, di mana suatu saat pasti akan mencari jalan pulang untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa," kata Irman.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Sehat22 November 2024, 08:00 WIB

13 Manfaat Petai untuk Kesehatan: Kunci Jantung Sehat dan Tubuh Bugar

Meski sering dikeluhkan karena baunya yang menyengat, petai ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Apa saja manfaatnya? Yuk, simak penjelasannya!
Ilustrasi manfaat petai untuk kesehatan (Sumber : pexels.com/@STUDIO LIMA)
Food & Travel22 November 2024, 08:00 WIB

Resep Scrambled Egg Toast, Roti Panggang Telur Creamy yang Simpel Dibuat

Scrambled Egg Toast sangat populer sebagai menu sarapan karena praktis, lezat, dan kaya protein.
Ilustrasi. Scramble Egg Toast. (Sumber : Freepik/Timolina)
Sukabumi22 November 2024, 07:56 WIB

Sekda Ade Suryaman Hadiri Rapat Banggar DPRD Sukabumi

Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, menghadiri Rapat Kerja Gabungan Badan Anggaran (Banggar) DPRD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Sukabumi
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman dan Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Budi Azhar Mutawali | Foto : Dokpim
Sukabumi Memilih22 November 2024, 06:55 WIB

Adu Kekayaan Pasangan Cabup Cawabup Sukabumi, Siapa Paling Kaya?

Pilkada 2024 di Kabupaten Sukabumi akan diikuti oleh dua pasangan calon, mereka adalah Iyos Somantri - Zainul yang diusulkan oleh koalisi 11 partai politik dan Asep Japar - Andreas yang diusulkan oleh koalisi 5 partai politik.
Pasangan calon Pilkada Kabupaten Sukabumi: Iyos Somantri-Zainul dan Asep Japar-Andreas | Foto : sukabumiupdate
Science22 November 2024, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 22 November 2024, Siang Hari Turun Hujan

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024.
Ilustrasi Hujan. Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024. (Sumber : Pixabay)
Sukabumi Memilih21 November 2024, 22:29 WIB

Dukungan Istri, Dibalik Optimisme Asep Japar Menjemput Kemenangan Pilkada Sukabumi

Asep Japar, calon bupati Sukabumi nomor urut 2, melangkah dengan penuh semangat dalam menghadapi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Sukabumi
Asep Japar dan istri | Foto : Sukabumiupdate
Sehat21 November 2024, 21:00 WIB

7 Penyebab Gagal Jantung Sisi Kiri : Simak Diagnosis dan Cara Penanganannya

Gagal jantung sisi kiri terjadi ketika ventrikel kiri jantung tidak bisa memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
Ilustrasi gagal jantung sebelah kiri (Sumber : Freepik/@wayhomestudio)
Jawa Barat21 November 2024, 20:40 WIB

Gempa Beruntun Guncang Cianjur, Sejumlah Gedung Sekolah Dilaporkan Rusak

Gempa tektonik terjadi secara beruntun, Kamis 21 November 2024. Warga yang merasakan getaran gempa itu pun terbatas wilayahnya yaitu Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gempabumi Cianjur, Kamis (21/11/2024) | Foto : Pixabay
Sukabumi21 November 2024, 20:18 WIB

Sempat Tertutup Longsor, Akses Ke Pondok Halimun dan Goalpara Sukabumi Kembali Normal

Dua bencana longsor terjadi dampak hujan deras di Kabupaten Sukabumi. Longsor dan pohon bambu tumbang di jalan menuju wisata Pondok Halimun di Kecamatan Sukabumi, dan longsor di jalan Cisarua - Goalpara, Kecamatan Sukaraja.
Longsor di Jalan Pondok Halimun, Kecamatan Sukabumi | Foto : Istimewa
Food & Travel21 November 2024, 20:00 WIB

Wisata Populer di Banten, Kamu Harus Kunjungi 5 Tempat Ini Saat Liburan!

Dengan beragam pilihan destinasi, mulai dari pantai yang eksotis hingga peninggalan sejarah yang kaya, Banten mampu memanjakan setiap wisatawan.
Pulau Peucang, Banten memang menyimpan segudang pesona wisata yang sayang untuk dilewatkan, terutama saat liburan. (Sumber : tnujungkulon.menlhk.go.id)