SUKABUMIUPDATE.com - Warga bernama Cecep Koswara (44 tahun) divonis penyakit tumor pada kedua matanya. Saat ini dia hanya bisa berdiam diri di rumah ibunya di Jalan Genteng RT 03/01 Kelurahan Baros, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Cecep sekarang tinggal bersama sang ibu yang bernama Masitoh (83 tahun). Cecep diketahui sudah memiliki istri dan tiga anak yang saat ini tinggal bersama mertuanya di wilayah Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Cecep mengatakan penyakitnya berawal saat dia bekerja di perusahaan finir (bahan baku tripleks) di Kecamatan Cikembar. Ketika itu Cecep mengalami kelilipan saat sedang bekerja sehingga berobat ke mantri dan disebutkan ada kotoran masuk ke matanya.
"Jadi waktu itu saya kerja di kabupaten di pabrik finir. Di situ saya kena iritasi mata terus berobat ke mantri. Katanya ada kotoran masuk ke mata. Saat itu saya diberi obat dalam dan obat tetes," kata dia kepada sukabumiupdate.com pada Sabtu (30/3/2024).
Baca Juga: Bakal Dibawa Berobat, Buruh Tani di Sukabumi Pengidap Tumor dengan Perut Membesar
Cecep dulunya memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Namun kini ber-KTP bersama ibunya di Kecamatan Baros, Kota Sukabumi.
Cecep sudah berjuang melawan penyakitnya selama sekitar delapan bulan. “Saat itu saya minta maaf kepada ibu, ceritakan semuanya, keadaan saya lagi sakit, izin berobat di sini. Tapi sampai sekarang sudah berobat ke sana ke sini belum ada hasilnya,” kata dia.
Menurut dia, kondisi matanya semakin memburuk setibanya di rumah sang ibu pada usia penyakitnya tiga bulan. Kedua bola matanya membengkak dan tidak bisa melihat total. “Dari situ saya tidak bisa lihat, gelap semuanya. Sampai di sini (rumah ibu) langsung drastis keadaan saya total tidak bisa lihat,” ucapnya.
Upaya berobat sudah dilakukan Cecep, namun belum ada kesembuhan. “Pertama berobat ke RS Kartika, katanya saya sakit tiroid. Lalu dirujuk ke Bunut (RSUD R Syamsudin SH), lima hari dirawat dan divonis tumor. Di situ dirujuk lagi ke RS Cicendo Bandung, tiga hari dirawat tapi belum ada hasil juga,” tambah dia.
Pengobatannya terpaksa berhenti karena terkendala biaya dan hanya mengandalkan obat pereda nyeri yang didapatnya dari puskesmas. “Alhamdulillah BPJS ada, tapi kan tetap kalau berobat perlu biaya hidup. Apalagi berobat ke Bandung, ongkos dan segala macamnya tidak ada,” katanya.
Cecep berharap kondisinya semakin membaik dan normal seperti sebelumnya. Kemudian mengingat pengobatannya yang terpaksa berhenti karena kendala pembiayaan, Cecep berharap pemerintah setempat dapat membantu proses pengobatan dirinya.
“Pasti ada harapan saya ingin sembuh kembali normal seperti biasa. Kalau untuk pemerintah harapannya ada bantuan aja buat berobat selama pengobatan saya,” kata dia.