SUKABUMIUDPATE.com - Alvi Noviardi (56 tahun) telah mengabdikan dirinya sebagai guru honorer selama 36 tahun, memulai perjalanan pengabdiannya di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahussalam, Desa Warnajati, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, pada tahun 1988.
"Waktu itu mengajar sambil kuliah di STKIP PGRI Sukabumi, tanpa melihat bayaran selama kurang lebih 6 tahun, tapi tetap bertekad untuk memberikan yang terbaik," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (27/3/2024).
Setelah itu, Alvi pindah ke mengajar di sekolah yang ada di daerah Karangtengah selama 18 tahun, sebelum kemudian melanjutkan pengabdiannya di MTs di Cipoho, Cikondang, Kota Sukabumi.
Namun, perjalanan pengabdian tidak selalu mulus. Alvi dan rekan guru lainnya pernah ditunggak gaji selama satu tahun oleh pihak sekolah, yang menyebabkan banyak guru pindah.
"Saya pindah lagi ke daerah Balandongan, namun menghadapi situasi serupa tanpa pembayaran. Meskipun demikian, tunjangan dari Kemenag berupa insentif bulanan tetap diterimanya dengan lancar," kata dia.
Kemudian, ketika Alvi pertama kali mengajar sambil kuliah, pada akhirnya memutuskan nyambi untuk mencari barang bekas, lantaran kedua orang tuanya sudah tiada.
Baca Juga: Manajemen Gula Darah Jadi Lebih Baik, Ini 5 Manfaat Cuka Sari Apel Jika Diminum Setiap Hari
Baca Juga: Ketua Apdesi Deden Deni Wahyudin Didaulat Maju Pilkada Sukabumi
"Kebetulan ada lapak di Bojong, Cibadak, saya kumpulin dulu selama seminggu, nanti dijual ke sana, dulu menjual rongsok bisa mendapatkan Rp 70 ribu dalam seminggu, itu buat ongkos kuliah," tuturnya
"Kalau sekarang turun, hasil dari menjual rongsok seminggu Rp50 ribu. Itu udah pendapatan paling besar," tambahnya.
Sebetulnya Alvi menginginkan buka lapak barang rongsok, hanya saja Alvi terkendala pada modal. Ia menyatakan, untuk membuka lapak tersebut membutuhkan dana yang cukup besar.
"Saya inginnya sebagai penerima rongsok dijual ke yang lebih gede lagi, sambil memberdayakan tenaga para remaja di sini yang masih menganggur. Tujuannya ke sana, dapur akan saya jadikan gudang, harus punya sekira Rp10 juta," beber Alvi.
Meskipun banyak yang mencibir, Alvi tak menghiraukan orang lain, menurutnya, pekerjaan sebagai seorang pemulung sangatlah mulia, maka dari itu dia tetap melakukannya dengan rasa semangat demi menyukseskan kedua anaknya kelak.
"Saya anggap ambil yang positifnya saja, karena pekerjaaan mulung dan mengajar adalah pekerjaan mulia, buat apa malu, asal jangan mencuri. Selama ini dukungan keluarga, khususnya anak memberi semangat," ungkapnya.