SUKABUMIUPDATE.com - Rumah tua yang dihuni kakak beradik di Gang Rawasalak, Rt 02/07, Kelurahan Sriwidari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, alami kerusakan usai ambruk karena diguyur hujan dengan intensitas yang tinggi pada Senin dinihari 18 Maret 2024 lalu.
Akibatnya, kedua penghuni yang diketahui bernama Muhammad Syarul Pane (22 tahun) dan Muhammad Taufikurohman Pane (15 tahun) sepekan ini terpaksa harus mengungsi.
Pantauan sukabumiupdate.com di lokasi pada Senin 25 Maret 2024, nampak atap bagian dalam rumah tersebut ambruk hingga sejumlah puingnya berada di lantai rumah seutuhnya. Kemudian kerusakan juga terjadi di bagian kusen pintu dan jendela ruang tamu.
“Yang punya rumah ini ibu mereka, sudah meninggal. Jadi mereka anak piatu dan ayahnya pun enggak ada di sini kan memang sudah tinggal di medan. Terus di sini emang yang ada itu mereka. Abangnya (Syarul) yang kerja, sama adiknya (Taufik) masih SMA,” ujar Yusdianti (45 tahun), kerabat penghuni rumah di lokasi.
Yusdianti mengungkapkan, ambruknya rumah itu akibat lapuk dimakan usia, dan tak kunjung mendapat bantuan perbaikan.
Baca Juga: Rumah Tua di Gunungpuyuh Sukabumi Ambruk, Penghuni Menunggu Bantuan
Padahal menurut dia, pihaknya bersama Syarul sudah mengajukan program rehabilitasi rumah tidak layak huni (rutilahu) sejak dua tahun yang lalu, namun hingga ambruk tak kunjung terealisasi dengan alasan terkendala masalah administrasi.
“Kami juga sudah pernah mengajukan (Rutilahu) beberapa tahun lalu, cuman katanya ini kendalanya di sertifikat tanahnya bukan atas nama penghuni, karena kan emang sertifikatnya milik keluarga dan belum dipecah atau dibagi-bagi,“ kata dia.
Menurutnya, pengajuan program rutilahu ini telah sering dilakukan mengingat kondisi bangunan yang memang sudah lapuk dan tak nyaman untuk dihuni.
“Secara syarat itu layak yah dia (Syarul) dapet bantuan, terus piatu juga dan kondisi perekonomian yang emang bener-bener rendah,“ ucapnya.
“Makanya saya sering mengajukan terus saya denger banyak orang lain yang sudah dapat, tapi ini belum juga. Sampe sekarang ya emang enggak ada realisasinya, kalau untuk pengecekan itu sering difoto-foto tapi enggak ada follow upnya,” sambungnya.
Dengan adanya kejadian ini, Yusdianti berharap agar ada upaya bantuan perbaikan secepatnya dari pemerintah.
“Kalau harapan saya si semoga dari Dinas atau dari Pemerintahan yang lain gitu yah ada bantuan secepatnya. Semoga diupayakan untuk dibantu untuk pembangunan, tidak harus bagus tapi layak dihuni aja dan aman,” harapnya.
Yusdianti mengatakan, Taufik saat ini tinggal sementara di rumahnya, sedangkan Syarul memutuskan untuk tinggal di kontrakan.
“Sedangkan untuk ngontrak itu butuh anggaran juga dengan gaji dia yang seadanya,” tandasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Sukabumi Sony Hermanto mengaku pihaknya baru menerima tembusan pengajuan program rutilahu terkait rumah tersebut pada pekan lalu atau tepatnya setelah rumah ambruk.
“Surat tembusan kita terima baru pekan lalu dan langsung dilakukan survei oleh tim perumahan pada pekan lalu juga,” ujar Sony.
Terlebih, berdasarkan database DPUTR Kota Sukabumi, data rumah yang dimaksud baru masuk setelah pihaknya melakukan survei kala itu.
“Informasinya belum pernah (mengajukan), baru masuk database (DPUTR) setelah disurvei kemarin (Senin 18/3), setelah ambruk,” ungkap dia.
Adapun terkait kendala administrasi atau status hak milik tanah pada sertifikat yang bersangkutan, Sony menyebut memang harus melalui proses yang cukup panjang dan memakan waktu.
Kendati demikian pihaknya akan mendorong untuk dialihkan pada program lain yang lebih memungkinkan untuk diberikan secepatnya bantuan perbaikan terhadap rumah kakak beradik itu.
“Kendala status hak milik harus dibetulkan dulu, agak berproses memang kalau menggunakan program rutilahu, jadi baiknya kita dorong ke program lain,” pungkasnya.