Kisah Guru Honorer di Sukabumi: Nyambi Jadi Pemulung demi Penuhi Kebutuhan Harian

Minggu 24 Maret 2024, 19:04 WIB
Sosok Alvi Noviardi (56 tahun), seorang guru honorer di Sukabumi, menyambi sebagai pemulung barang bekas untuk penuhi kebutuhan harian. (Sumber : SU/Ibnu/Istimewa)

Sosok Alvi Noviardi (56 tahun), seorang guru honorer di Sukabumi, menyambi sebagai pemulung barang bekas untuk penuhi kebutuhan harian. (Sumber : SU/Ibnu/Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Kisah guru honorer asal Sukabumi, Alvi Noviardi (56 tahun), ini bisa menjadi inspirasi perjuangan seorang guru yang mengabdi tanpa balasan.

Warga Kampung Bantar Muncang RT 03/07 Desa Sekarwangi, Kabupaten Sukabumi itu setiap harinya terpaksa menyambi sebagai pemulung barang bekas selepas mengajar.

Pekerjaan itu ia lakukan lantaran penghasilannya sebagai guru honorer tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan membiayai kedua anaknya. Upahnya sebagai guru honorer hanya Rp 10 ribu per jam atau Rp 120 ribu per bulan.

Alvi merupakan seorang guru honorer di MA Riyadlul Jannah dan MTSS Hidayatul Islamiyah, Kota Sukabumi. Dia mengabdikan diri pada dunia pendidikan sudah 36 tahun sebagai guru mata pelajaran IPS dan sejarah.

"Karena syarat untuk mendapatkan sertifikasi tunjangan dari Kemenag mengharuskan mengajar di dua sekolah. Dalam sebulan diberikan insentif Rp 1,5 juta," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Minggu (24/3/2024).

Alvi selalu berangkat lebih awal setiap hari lantaran jarak dari tempat tinggal ke sekolahnya mengajar membutuhkan waktu sekitar satu jam. Dia harus naik turun angkutan kota tiga kali.

"Seminggu 12 jam, ongkosnya kurang lebih Rp 900 ribu ke satu sekolah itu dalam sebulannya. Kalau dua sekolah udah Rp 1.8 juta perbulannya, melebihi dari gaji honor," kata pria paruh baya lulusan STKIP PGRI Sukabumi tahun 1995 itu.

"Untuk membagi waktunya, Senin dan Rabu di sekolah MA Riyadlul Jannah, dua hari yaitu Kamis dan Jumat di MTSS Hidayatul Islamiyah, sisanya dua hari juga saya di rumah," tambahnya.

Alvi saat mengajar. (Sumber Foto: be.sharinghappiness.org)Alvi saat mengajar. (Sumber Foto: be.sharinghappiness.org)

Usai memberikan pelajaran terhadap murid-muridnya, Alvi biasanya mengeluarkan sebuah karung yang ada di dalam tasnya, lalu dia berjalan kaki sambil mencari barang bekas yang ada di pinggiran jalan mau pun tempat-tempat sampah.

Karung tersebut ia gunakan sebagai tempat menyimpan barang bekas seperti botol plastik, kardus, dan barang lainnya yang nanti ia jual.

"Saya kumpulin dulu selama seninggu, nanti dijual, hasil dari menjual rongsok seminggu Rp 50 ribu. Itu udah pendapatan paling besar," paparnya.

Baca Juga: Cerita Guru Honorer Sukabumi Berusia 58 Tahun Berjuang untuk Kejelasan Nasib

Menurut dia, menjalani dua profesi yang berbeda ini terpaksa ia lakukan. Sebab, penghasilan dari seorang guru honorer tidak cukup untuk membiaya kedua anaknya yang salah satunya masih sekolah.

Alvi diketahui menikah pada tahun 2001, istrinya dulu sama-sama seorang pendidik, namun telah meninggal dunia sekira 3 tahun yang lalu, lantaran mengidap kanker payudara.

"Kalau mulung itu hak setiap orang, saat saya mulai inisiatif mencari sampingan, saat saya mulai mulung itu karena kebutuhan ekonomi. Sampai saya pernah pinjam uang, yang sampai hari ini belum lunas," ujarnya.

Sebetulnya Alvi menginginkan buka lapak barang rongsok, hanya saja Alvi terkendala pada modal. Ia menyatakan, untuk membuka lapak tersebut membutuhkan dana yang cukup besar.

"Saya inginnya sebagai penerima rongsok dijual ke yang lebih gede lagi, sambil memberdayakan tenaga para remaja di sini yang masih menganggur. Tujuannya ke sana, dapur akan saya jadikan gudang, harus punya sekira Rp 10 juta," beber Alvi.

Meskipun banyak yang mencibir, Alvi tak menghiraukan orang lain, menurutnya, pekerjaan sebagai seorang pemulung sangatlah mulia, maka dari itu dia tetap melakukannya dengan rasa semangat demi menyukseskan kedua anaknya kelak.

"Saya anggap ambil yang positifnya saja, karena pekerjaaan mulung dan mengajar adalah pekerjaan mulia, buat apa malu asal jangan mencuri, selama ini dukungan keluarga, khususnya anak memberi semangat," ungkapnya.

Dia berpesan kepada anak-anak muda atau generasi sekarang agar terus berjuang, kejarlah cita-cita setinggi langit, karena negara sangat membutuhkan kalian.

"Jangan diam berdiri dan pantang menyerah. Bagi anak-anak terus aja berjuang karena negara sangat membutuhkan generasi seperti kalian," pungkasnya.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Life30 Oktober 2024, 13:30 WIB

6 Mitos Gedung Sate Bandung: Cerita Neng Siti Hingga Lorong Bawah Tanah

Gedung Sate sendiri adalah salah satu bangunan kolonial yang paling ikonik di Bandung dan sekarang berfungsi sebagai kantor gubernur Jawa Barat serta museum.
Gedung Sate Bandung yang Menyimpan Banyak Kisah Misteri. Foto: IG/@gedungsate
Sukabumi Memilih30 Oktober 2024, 13:09 WIB

PHK, Pengangguran dan Kemiskinan: Tantangan Calon Pemimpin Baru di Sukabumi

Calon pemimpin wilayah terluas se Jawa Bali yang saat ini tengah berkompetisi di pilkada 2024, wajib punya program kerja mumpuni untuk mengatasi tiga masalah sosial dan ekonomi ini.
Ilustrasi antrian pencari kerja. PHK pengangguran dan kemiskinan (Sumber: istimewa)
Food & Travel30 Oktober 2024, 13:00 WIB

Pulau Peucang Pandeglang, Wisata Alam Eksotis di Ujung Kulon Banten

Pulau Peucang menjadi surga bagi para pecinta alam, penyelam, dan wisatawan yang mencari ketenangan dan keindahan alam yang autentik.
Pulau Peucang, sebuah pulau kecil yang terletak di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. (Sumber : tnujungkulon.menlhk.go.id).
Internasional30 Oktober 2024, 12:30 WIB

Wabah Menari Frau Troffea 1518: 400 Orang Joget Kejang Diduga Keracunan Jamur

Wabah Menari 1518 adalah salah satu peristiwa misterius dalam sejarah yang mengundang banyak teori dan interpretasi.
Ilustrasi. Wabah Menari Frau Troffea 1518: 400 Orang Joget Kejang Diduga Keracunan Jamur. (Sumber : Ist)
Sukabumi30 Oktober 2024, 12:08 WIB

Operasi Lodaya 2024: Mobil Wara-wiri Disita Polres Sukabumi, Alasannya Berubah Bentuk dan Keamanan

Wara-wiri adalah kendaraan pribadi yang dimodifikasi untuk menarik minat wisatawan.
Mobil wara-wiri yang dirazia dan disita Satlantas Polres Sukabumi. | Foto: SU/Ilyas Supendi
Bola30 Oktober 2024, 12:00 WIB

Persib Bandung vs Semen Padang Tanpa Penonton, Dedi Kusnandar Incar 3 Poin!

Persib Bandung bertekad pertahankan catatan tak terkalahkan saat menjamu Semen Padang di Liga 1 pekan ke-10.
Dua pemain Persib, Tryronne Del Pino dan Dimas Drajad dibayangi pemain Persija di Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung, Senin, 23 September 2024. (Sumber : PERSIB.co.id/Sutanto Nurhadi Permana)
Sukabumi Memilih30 Oktober 2024, 11:46 WIB

Hanya Tampilkan C1, Perubahan Sirekap di Pilkada Sulitkan Publik Awasi Kecurangan

Perubahan tampilan ini berbeda dengan Pemilu 2024.
(Foto Ilustrasi) KPU RI mengubah portal Sirekap untuk Pilkada 2024. | Foto: Istimewa
Entertainment30 Oktober 2024, 11:45 WIB

Kasusnya Masih Berlanjut, Pratiwi Noviyanthi Tegaskan Uang Donasi Agus Salim Masih Utuh

Konflik antara Pratiwi Noviyanthi dengan Agus Salim perihal uang donasi senilai Rp. 1,5 miliar yang diduga digunakan untuk melunasi hutang Agus masih berlanjut.
Kasusnya Masih Berlanjut, Pratiwi Noviyanthi Tegaskan Uang Donasi Agus Salim Masih Utuh (Sumber : Youtube | Denny Sumargo)
Life30 Oktober 2024, 11:08 WIB

SENAPADMA 2024: Pentingkah Sex Education di Sekolah Dasar?

Diskusi ilmiah yang digagas Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Nusa Putra University melalui Nusa Putra Global (NUTRAL).
Dr Fikriyah MA narasumber dalam Seminar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah atau SENAPADMA 2024 (Sumber: dok nusa putra)
Life30 Oktober 2024, 11:00 WIB

7 Cara Menghindari Ghibah, Hindari Topik Pembicaraan Tentang Keburukan Orang Lain!

Saat satu orang mulai masuk ke topik ghibah, yang lain bisa mengingatkan dengan baik agar percakapan tidak berlanjut ke arah negatif.
Ilustrasi. Cara Menghindari Ghibah, Hindari Topik Pembicaraan Tentang Keburukan Orang Lain (Sumber : Pexels/Kaboompics.com)