SUKABUMIUPDATE.com - Keluhan terkait pelayanan di RSUD Sagaranten Kabupaten Sukabumi viral di media sosial Facebook.
Keluarga pasien menyampaikan keluhannya terkait penanganan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD tersebut.
Dalam unggahan di akun Facebook Shina Permana, keluarga pasien menyebut pelayanan dan kinerja petugas RSUD Sagaranten tidak cepat tanggap dan dianggap sangat buruk.
Unggahan itu dibuat Sabtu 23 Maret 2024. Namun setelah viral, pemilik akun menghapus unggahannya. Meski begitu, banyak netizen yang mengunggah ulang dan membagikannya di beberapa grup media sosial Facebook.
"Gak rekomen!!!
Pelayanan buruk tidak cepat tanggap.
Bibi saya dibawa ke RSUD sagaranten pdhl kondisi terlihat sudah parah, bukannya lgsg di tangani dulu malah cuma di usap2 sambil nanya ini BPJS apa umum??? Sama sekali gak dikasih bantuan alat atau obat apapun, saking lamanya nunggu sampe keluar busa dari mulut dan ngorok jadi keburu pecah pembuluh darahnya dan setruk.
Pihak RS nyuruh di bawa ke Sukabumi, kita minta ambulan malah jawab pake mobil pribadi aja.
Bagi yang membaca ini, tolong dibantu untuk report kualitas pelayanan dan kinerja petugas RSUD Sagaranten supaya segalanya diperbaiki agar tidak semakin banyak korban.
Kalo liat review dan denger2 pengalaman orang katanya memang RSUD Sagaranten pelayanannya sangat buruk.
Gimana ini? Gak bisa didiemin.
Harus ada yg bergerak. Tolong dibantu A," tulis akun tersebut dikutip sukabumiupdate.com, Minggu (24/3/2024).
Direktur RSUD Sagaranten Hikmat Gumelar kemudian angkat bicara untuk mengklarifikasi unggahan tersebut. Ia mengatakan, bahwa peristiwa itu terjadi pada Jumat 22 Maret 2024 petang. Saat itu menurutnya pasien sempat ditangani tim medis di UGD.
"Pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan yang memang sudah repot. Diperiksa dokter jaga UGD, (pasien) terdiagnosa ke arah stroke, karena Rumah Sakit Sagaranten belum punya dokter saraf, spesialis Neurologi, jadi dokter UGD menyarankan harus dirujuk ke RS di kota, yang ada dokter Neurologinya," jelas Hikmat kepada sukabumiupdate.com, Minggu (24/3/2024).
Baca Juga: Hasil Uji DNA oleh BRIN: Rambut yang Ditemukan di Sukabumi Milik Harimau Jawa
Terkait ambulans, Hikmat mengatakan di rumah sakitnya hanya ada satu unit. Saat pasien tersebut datang dan mendapat rujukan, ambulans itu menurutnya tengah membawa pasien lain.
"Ambulans RSUD Sagaranten cuma satu, itupun lagi dipakai membawa pasien ke kota. Sama perawat mungkin (saat itu) daripada kalau menunggu lama, kalau berkenan keluarga pasien bisa pakai mobil pribadi saja, daripada menunggu lama, kasian sama pasiennya. Cuma mungkin tanggapan keluarga lagi panik atau apa, yang buat postingan juga keluarganya yang di Bandung, lagi enggak ada di UGD," jelasnya.
Hikmat juga menjelaskan soal narasi unggahan viral terkait petugas yang menanyakan status administrasi BPJS dan umum. Menurutnya itu adalah prosedur yang biasa dilakukan di rumah sakit. Meski begitu ia memastikan saat itu pasien sudah dalam penanganan dokter.
"Itu prosedur diawal daftar seperti itu, ditanya mau BPJS atau umum, biasanya seperti itu, kalau pelayanan sama tidak dibeda-beda. Pasien masuk dibawa ke ruangan pemeriksaan, biasanya keluarga pasien mendaftarkan ke kasir ke pendaftaran, pasti ditanya mau pakai umum atau BPJS kalau pendaftaran. kalau pasien ditangani sama dokternya di UGD di ruang tindakan," ujarnya.
Lebih lanjut Hikmat memastikan bahwa permasalahan ini sudah dikomunikasikan dengan pihak keluarga pasien.
"Pihak RS Sagaranten sudah komunikasi sama keluarga pasien, bahkan postingan sudah dihapus," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Febian (29 tahun), keponakan pasien menjelaskan, postingan viral yang ditulisnya itu diunggah ulang oleh adiknya di Facebook.
Febian mengatakan bahwa bibinya bernama Dewi (48 tahun) diketahui memiliki riwayat hipertensi. Saat itu dibawa ke RSUD Sagaranten karena tiba-tiba jatuh pingsan ketika tengah masak untuk berbuka puasa pada Jumat 22 Maret sekitar pukul 18.00 WIB.
"Kronologisnya, saat sedang masak untuk buka puasa, tiba-tiba bibi pingsan terjatuh dan langsung dibawa oleh keluarga ke RSUD Sagaranten. Dan pada pukul 18.30 WIB, langsung dirujuk ke RS Asyifa Kota Sukabumi, menggunakan ambulan Desa Cibaregbeg," kata Febian kepada sukabumiupdate.com via WhatsApp.
Usai mendapatkan penanganan medis di RS Asyifa, nyawa bibinya tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu 23 Maret 2024.
"Bibi meninggal dunia pada Sabtu (23/3) sekitar pukul 17.15 WIB, di RS Asyifa Kota Sukabumi," kata Febian.
Lebih lanjut Febian menjelaskan, bahwa sebenarnya pihak keluarga tidak mempermasalahkan atau menyalahkan keadaan yang sudah terjadi, namun lebih memberatkan ke titik di mana ingin ada perhatian besar dari RSUD Sagaranten dan pihak-pihak terkait, perihal pelayanan kepada masyarakat.
"Intinya ingin ada perubahan dan perbaikan, lebih ke situ. Setelah ini bisa ke 'Up' ingin ada tindakan tegas kepada petugas petugas yang bekerja di rumah sakit," tegasnya.