SUKABUMIUPDATE.com - Hernawan (62 tahun), pria paruh baya ditemukan meninggal dunia tergeletak di depan rumahnya di Kampung Rancabungur, Desa Karangjaya, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi. Diduga pria tersebut meninggal dunia karena sakit.
Kapolsek Gegerbitung Iptu Bayu Sunarti mengatakan, jasad Hernawan pertama kali ditemukan oleh tetangga korban, Rabu (13/3/2024) sekitar pukul 13.00 WIB.
"Saat itu saksi sedang berada di dalam rumahnya melihat lampu depan rumah korban menyala, kemudian setelah melihat dari jendela kaca ke arah rumah korban, melihat di depan rumah ada seseorang tergeletak," kata Bayu dalam keterangannya yang diterima sukabumiupdate.com.
Kemudian, lanjut Bayu, saksi memanggil warga sekitar untuk bersama sama mengecek ke rumah korban, dan ditemukan korban dalam keadaan telungkup dan mengeluarkan darah di bagian kepala.
Baca Juga: Kesaksian Nenek Bocah 7 Tahun asal Sukabumi yang Ditemukan Meninggal di Kebun Warga
Korban saat itu menggunakan kaos warna hijau, kemeja batik, jaket hitam garis pink, mengunakan celana panjang warna hijau dan sendal jepit.
"Kami setelah mendapat laporan bersama anggota piket jaga langsung mendatangi lokasi penemuan jasad korban tersebut dan berkoordinasi dengan petugas medis Puskesmas Gegerbitung," ujar Bayu,
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tubuh korban, Bayu menyebut tidak ditemukan bekas-bekas penganiayaan.
"Dan hasil pemeriksaan medis kondisi mayat kaku pada seluruh badannya, dan terdapat luka robekan akibat benda tumpul di kepala, pendarahan masih aktif di kepala dan terlihat lidah menjulur keluar serta di perkirakan korban meninggal kurang dari 12 jam," jelasnya.
Kemudian menurut keterangan keluarga, kata Bayu, bahwa korban memiliki riwayat penyakit vertigo atau sering pusing dan sering berobat ke Puskesmas.
"Hasil keterangan adik kandungnya, korban memang memiliki penyakit vertigo atau sering merasa pusing dan terakhir berobat, Senin, (18/3) di Puskesmas Gegerbitung," tuturnya.
"Jadi korban ini tinggal di rumahnya sendirian dan sudah bercerai dengan istrinya dan memiliki dua orang anak yang saat ini berada di luar kota dan jarang berkomunikasi dengan keluarga," tambahnya.
Bayu menuturkan, keluarga korban menolak untuk dilakukannya autopsi terhadap jasad korban dan memutuskan untuk dilakukan pengurusan serta pemakaman di tempat pemakaman umum setempat di kampung Rancabungur.
"Intinya korban itu punya riwayat sakit kepala dan dua hari yang lalu berobat, kemungkinan terpeleset jatuh membentur batu saat akan memasuki rumah, keluarga menerima sebagai takdir dan menolak untuk dilakukan autopsi," tandasnya.