SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah kehidupan perkotaan Sukabumi, terselip kisah pilu satu keluarga hidup di sebuah gubuk kecil di pinggir Jalan Pembangunan, Kelurahan Cibeureum Hilir, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.
Berdasarkan pantauan reporter sukabumiupdate.com di lokasi, terlihat gubuk berukuran 2x1 itu tepat di pinggir jalan serta berada di atas sungai. Gubuk tersebut juga tampak kumuh karena dibuat hanya dengan memanfaatkan bahan-bahan seadanya.
Kerangka bangunan terbuat dari bambu. Sementara dinding dan atapnya dibuat memanfaatkan baliho bekas kampanye. Bahan-bahan ini terpaksa digunakan sekadar untuk menghalangi gubuk dari terpaan angin, terik matahari, dan hujan saat ditempati.
Gubuk kecil itu merupakan milik Samud (51 tahun), seorang ayah dari Muhammad Abdul Azis (10 tahun) yang hanya bekerja mencari rongsokan. Setiap hari Samud tinggal berdua bersama anaknya di gubuk yang tidak memiliki aliran listrik ini.
Samud menyebut terpaksa tinggal di gubuk tersebut setelah diusir dari kontrakan karena tidak mampu membayar sejak dua bulan lalu. “Bangunan (gubuk) ini udah dua bulan ada. Dulunya kan ngontrak, tapi harganya naik terus, saya udah enggak mampu bayar,” kata dia, Sabtu (16/3/2024).
Baca Juga: Selalu Tidur Dekat Pintu, Cerita Wa Eroh Penghuni Rumah Reyot di Ciracap Sukabumi
Menurutnya, harga pangan dan kebutuhan hidup yang mulai meningkat, sedangkan kondisi ekonomi tidak membaik, membuatnya terpaksa tinggal di gubuk. Samud mengaku berasal dari Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, tetapi sudah 16 tahun hidup di Kota Sukabumi. Dia pun menyebut KTP-nya hilang.
“Ya gimana lagi, terpaksa (tinggal di gubuk), kan saya sehari-hari ngerongsok, paling dapet buat makan aja berdua sama anak saya, Rp 50 ribu ke bawah. Itu juga kalau lagi dapet, jadi enggak cukup buat ngontrak mah,” ujarnya.
“Dulu masih suka jadi kuli bangunan, tapi sekarang saya udah enggak kuat, sering sakit. Saya punya penyakit jantung. Jadi sebisanya aja nyari rongsokan dibantuin sama Azis,” kata Samud.
Di tengah keterbatasannya, Samud berharap kehidupannya segera membaik dan normal. “Ya harapan mah pengen normal aja, pengen kaya orang lain punya rumah layak, enggak kaya gini,” katanya.
Hingga berita ini tayang, belum diperoleh informasi lebih lengkap tentang latar belakang keluarga Samud.