SUKABUMIUPDATE.com - Cerita tentang penemuan Buaya di Sungai Cikaso ternyata bukan hanya terjadi pada tahun-tahun sekarang ini. Bahkan, jauh sebelum masa kemerdekaan RI.
Diketahui, warga sekitar sungai Cikaso sering menemukan penampakan Buaya di aliran Sungai Cikaso, sebuah sungai memisahkan antara Kecamatan Cibitung dengan Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Menurut tokoh Pajampangan, Ki Kamaludin (72 tahun) keberadaan Buaya di Sungai Cikaso diketahui sejak adanya pembukaan perkebunan Cijaksi atau Pasir Salam pada tahun 1917. Namun saat itu, tidak ramai, warga diam saja, kebetulan saat itu sedang dibangun tempat dan alat penyebrangan berupa pongton, dari Kampung Pasir Salam Tegalbuleud ke Kampung Ciniti Cibitung.
Lalu pada tahun 1960, lanjut Ki Kamal, Buaya ditemukan di Muara Cebek atau sekarang Cibeureum, saat pembukaan perkampungan bagi urbanisasi dari Brebes dan Banyumas, kini bernama Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud.
"Kejadiannya saat itu warga sedang bercocok padi di ladang (huma), mereka melihat buaya, dan langsung berlarian hingga ke Kampung Rancaerang Desa Buniasih, Kecamatan Tegalbuleud," ungkapnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat 8/3/2024.
Baca Juga: Pemilu 2024: 1 Kursi Demokrat dan Nasdem Hilang di Dapil 1 DPRD Kota Sukabumi
Kata Ki Kamal, pada tahun 1964, Buaya juga menampakan dirinya di Ciroyom dan Talanca, sekarang Muara Cikaso, Tegalbuleud, dan pada tahun 1970, Buaya mulai bergerak ke Ciniti Cibitung. Bahkan ada Buaya ditangkap oleh tokoh disana, yakni Deden, ia anaknya dari seorang polisi Belanda bernama pak Mihlar, meninggal tahun 1998.
"Penampakan seekor buaya di Sungai Cikaso terjadi saat banjir, seekor buaya ditepi Sungai Cikaso, ditemukan sama warga yang akan menyebrang ke Kampung Ciloma Cibitung," ujar Ki Kamal.
Pada tahun 1971, Buaya Sungai Cikaso belum dikasih nama sama warga, baru sekarang-sekarang ini ada panggilan dengan nama Nyai dan Euis.
Selain di Sungai Cikaso, penampakan Buaya sebelum kemerdekaan RI juga diketahui muncul di Sungai Cikarang, sungai yang memisahkan antara Kecamatan Surade dengan Kecamatan Ciracap.
Dari cerita Apih Jini sesepuh Cikaso dan sesepuh Cikarang, Buaya pada tahun 1960 memiliki panjang sekitar 5 meter, lebar badannya 60 sentimeter. Saat itu diketahui saat seekor Buaya manjat perahu hingga perahunya terbalik. Namun ukuran buaya Sungai Cikaso dengan Sungai Cikarang lebih besar buaya Sungai Cikaso, mungkin karena disepanjang tepi sungai Cikaso merupakan hutan rimba dengan pepohonan yang besar (Leuweung Geledegan) Kadudahung, beda dengan Sungai Cikarang.
Ki Kamal mengatakan bahwa dari cerita Apih Jini Buaya di Sungai Cikaso dan Sungai Cikarang tidak pernah ada cerita memangsa manusia, bahkan binatang peliharaan.