SUKABUMIUPDATE.com - Kabar duka menyelimuti keluarga besar seniman Sukabumi, pendongeng carita Sunda, Mang Deddy Mulyadinata meninggal dunia pada Kamis, 22 Februari 2023, sekitar pukul 03.00 WIB, dini hari. Almarhum dimakamkan di TPU Taman Bahagia.
Mang Deddy merupakan seorang pendongeng carita Sunda yang familiar bagi warga Sukabumi, ia sudah mengudara sejak tahun 1973. Selain sebagai pendongeng, ia juga aktif dalam kesenian yang dipimpinnya, Reog Supados, Calung Triyasa dan Sanggar Seni.
Mang Deddy yang merupakan asli Waluran-Jampang Kulon itu meninggal dunia di usia 73 tahun (23 Juni 1951 - 22 Februari 2024), Ia meninggalkan 5 anak dan satu istri.
Sang Istri, Srikit Zubaedah (63 tahun) mengungkap detik-detik sebelum suaminya menutup usia. Menurutnya, almarhum sempat mendapat perawatan medis di salah satu rumah sakit di Kota Sukabumi.
"Tidak ada firasat khusus, cuma beliau memang sudah tidak mau makan selama tiga hari, wajahnya sudah terlihat pucat, mengalami demam tinggi sebelum akhirnya meninggal di rumah sakit, menurut dokter penyebabnya sakit jantung dan gagal ginjal," kata Zubaedah kepada sukabumiupdate.com, di kediamannya, di Tegallaya, Lembursitu, Jum'at (23/2/2024).
Baca Juga: BPR Cikembar Sukabumi Catat Laba Fantastik di Tahun 2023, Ini Rahasianya
Menurut Zubaedah, almarhum merupakan sosok suami penyayang terhadap keluarga dan sangat berdedikasi terhadap pekerjaannya sebagai seniman, selain itu ia juga sangat menyukai binatang peliharaan.
"Bapak orangnya sangat mencintai budaya sunda, profesional dan disiplin. Bahkan 2 hari sebelum meninggal (Selasa, 20/2/2024) dalam kondisi yang sudah merasakan sakit, ia masih siaran di radio," ujarnya.
Salah seorang putranya, Dede Rendy Mulyadinata (38 tahun), menimpali sang Ibu, Rendy menyebut ayahnya merupakan sosok yang sangat bersemangat dan teliti dalam menjalani aktivitasnya sebagai seniman Sunda.
"Bapak sempat berpesan agar saya (Rendy) belajar, dan meneruskan ngamumule (melestarikan, memuliakan) budaya sunda, ya sekitar enam bulan sebelum meninggal bilang begitu," ucap Rendy.
Rendy mengaku, ayahnya tidak mengajarkan secara khusus bagaimana ia harus menjadi pendongeng carita Sunda di kemudian hari. Namun, sebagai anak bungsu, Rendy lah yang sering terlibat ketika ada perekaman siaran tau panggilan pentas Calung Triyasa milik ayahnya itu.
Baca Juga: Sidak DPRD Sukabumi, PT ADJ Belum Penuhi Jaminan Kesejahteraan Karyawan
"Sebagai pendongeng, bapak belajar otodidak, mempelajari karakter dan berlatih, hingga bapak menguasai setidaknya 40 karakter suara dalam carita dongeng sunda. Dan itu yang sulit dipelajari untuk bisa meneruskan jejak Bapak," jelas Rendy.
Contohnya, kata Rendy, untuk karakter kakek-kakek itu ada 4 karakter, nenek-nenek 4 karakter, anak-anak 4 karakter, wanita 4 karakter, dan juga yang lainnya. Semua itu, bagi bapak sudah mendarah daging hingga dalam percakapan satu karakter dengan karakter lainnya tidak memerlukan jeda, mengalir seperti percakapan biasa.
"Bahkan untuk karakter Buta Ijo dan karakter anak kecil bernama Eloy, bapak membutuhkan waktu tahunan sampai menemukan karakter yang pas," tutur Rendy.
Tokoh karakter lainnya, kata Rendy, seperti Si Toleng, Si bohek, Surajaya, dan Aki Onyon. Menjadi ciri khas karakter yang familiar Mang Deddy Mulyadinata.
Salah seorang putri almarhum, Novi (40 tahun), menyebut almarhum benar-benar sangat berdedikasi sebagai penyiar cerita Sunda. Sepengetahuannya, ayahnya sudah menjadi pendongeng sejak tahun 1973. "Tiga radio yang pernah menjadi persinggahannya, Menara, Airlangga dan SMS,"
Menurutnya, setidaknya sudah 120 judul cerita dongeng yang sudah dibawakannya di beberapa radio tersebut.
Dari penelusuran sukabumiupdate.com di kanal Youtube yang dikelola Mang Deddy Mulyadinata, berikut diantaranya:
- Batara Karang
- Si Rebing
- Talaga Getih
- Jaka Rana
- Pahlawan Samudra
- Muhit Kencit
- Getih
- Jaka Sinting
- Wasiat Bapa
- Pedang Wasiat (Si Kancil)
- Jawara Ti Kuburan
- Raden Raksa Jagat
- Ngadu Teluh
- Dedemit Gunung Warangas
- Jawara 5