SUKABUMIUPDATE.com - Sesudah tiga tahun mengalami penurunan omzet, Toserba Tiara Sukabumi resmi ditutup. Toserba Tiara ini berdiri di bekas lokasi Hotel Merdeka yang cukup lama beroperasi di Sukabumi. Pada awalnya sekitar tahun 1884 lokasi ini merupakan kompleks rumah penghulu distrik Gunung Parang yang bersebelahan di sebelah baratnya adalah rumah wedana distrik Gunung Parang Tisna Koesoema.
Sejak tahun 1900 mulai banyak orang Eropa dan Tionghoa yang berdatangan ke Sukabumi baik untuk bekerja maupun berbisnis, maka kota mulai ramai, kunjungan wisata dan Kesehatan juga mulai rutin berdatangan. tempat ibadah seperti gereja dan klenteng didirikan.
Rumah penghulu yang mulai lapuk tersebut kemudian berpindah tangan kepada orang eropa. Karena lokasinya yang cukup strategis, hanya 3 menit dari alun-alun dan 10 menit dari stasiun, maka pada awal tahun 1912 dibangunlah penginapan yang disebut Pension Tjipellang.
Baca Juga: 29 Januari 2024, Toserba Tiara Sukabumi Resmi Tutup Permanen
Pension Tjipellang merupakan jenis penginapan kecil yang juga menawarkan kamar bersama sehingga seringkali tamu tinggal dalam waktu lama. Penjelasan ini diungkapkan pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah kepada sukabumiupdate.com beberapa waktu lalu.
Irman yang sekarang juga sebagai Ketua Yayasan Dapuran Kipahare mengungkapkan, harganya hanya 3,5 gulden per malam jika menginap di favilyun, sementar kamar single hanya dikenai 1,5 gulden per malam. Kamarnya cukup luas, air melimpah dan disediakan juga makanan dari luar. Penginapan dikelola oleh Nyonya Bagnol yang kemudian menaikan tarif menjadi 4 gulden per malam.
Penginapan kemudian beralih kepemilikan kembali, pada tanggal 23 Juni 1915 penginapan dibuka dengan nama Hotel Pension Tjipellang, dengan menyematkan hotel yang berarti fasilitasnya mulai diperbarui. Pemilik barunya Bernama "Grandpere" Jean Fournier Ferdinand yang datang ke Sukabumi dengan istri dan anak-anak Bernama Georgette, Francine dan Andre Gustave.
Baca Juga: Toserba Tiara Sukabumi Resmi Tutup, Apakah Masyarakat Kini Lebih Suka Belanja Online?
Mereka tinggal disebuah rumah di antara toko Schuttevaer dan Lodjiweg. Francine yang dipanggil Bibi Gemuk dan fasih berbahasa perancis dan melayu ini menikah dengan Gerrit Mulder dan mengelola hotel ini. Hotel dibuka dengan harga 4 gulden, disediakan juga makanan dan persewaan mobil serta dipasangi telpon dengan nomor 121.
Hotel juga memberikan potongan yang cukup tinggi untuk masa inap bulanan dan kamar bersama sehingga seringkali tamu tinggal dalam waktu lama. Misalnya saja bulan Juni 1931 sempat diadakan Latihan militer di Sukabumi Selama seminggu dengan membawa Batalyon Infanteri 15 dari Bandung. Para petugas yang melakukan persiapan maupun penutupan, termasuk para perwiranya ditempatkan di Hotel Tjipelang, sedangkan juniornya ditempatkan di kampung-kampung.
Bahkan awal kemerdekaan hingga tahun 1950an, mengingat situasi di perusahaan perusahaan dan perkebunan genting akibat perang gerilya maupun pemberontakan DI TII maupun Bambu Runcing, maka banyak pengurus dan karyawan perusahaan di wilayah Sukabumi berdomisili di Hotel Merdeka Tjipelang yang saat itu sudah mulai berganti nama menjadi Hotel Merdeka.
Baca Juga: Tutup Permanen, Toserba Tiara Sukabumi Pernah Jadi MPP dan Sediakan 105 Layanan
Perubahan nama Hotel Tjipelang menjadi Hotel Merdeka terjadi pasca hengkangnya pasukan Belanda dari Sukabumi, sebelumnya nama hotel Merdeka ini disematkan pada Hotel Victoria di dekat alun-alun Sukabumi. Namun ketika diduduki pasukan Belanda, namanya kemudian diganti kembali mengingat hotelnya dikelola oleh tentara pendudukan secara langsung.
Hotel Tjipelang sendiri yang juga mulai dinamai Hotel Merdeka oleh masyarakat, kemudian dikelola oleh CV HONET (Hotel National and Tourism) bekas lembaga yang diberi tugas untuk melanjutkan hotel-hotel bekas milik Belanda atas keputusan wakil presiden Bung hatta. Secara resmi hotel dibuka dengan nama Hotel Merdeka pada tanggal 4 April 1951 seperti hotel lain di bawah CV HONET yang tersebar di seluruh Indonesia.
Orang-orang Eropa banyak yang senang tinggal di Hotel Merdeka ini, dalam kasus rencana makar yang dilakukan oleh sempalan APRA, sebagian simpatisannya sempat tinggal di Hotel Merdeka Sukabumi. Sehingga pada awal tahun 1954 hotel ini dirazia dan kemudian ditangkap beberapa orang Belanda seperti J. Knuit, inspektur distrik Jakarta dan sekitarnya, karyawan Unilever S. L. P. dan Metzge, pegawai toko kacamata di yang sedang dalam perjalanan bisnis dan menginap di hotel Merdeka Sukabumi.
Baca Juga: Tiara Toserba Resmi Tutup, Ini 7 Rekomendasi Tempat Belanja di Sukabumi!
Hotel ini cukup dikenal sehingga tahun 1956 disebut Hotel terbesar di Kota Sukabumi dengan kamar dan kamar mandi yang besar. Seiring dengan perubahan nomor jalan, maka alamatnya berubah dari Jalan Raya No 1 menjadi Jalan Raya no 78 dengan telepon 121-279. Karena dianggap hotel terbaik maka seorang aktris Top era 1950-an yang disebut juga pujaan Bung karno bernama Tien Sumarni sempat tinggal beberapa lama di hotel merdeka kamar 25.
Hingga tahun 1960-an Hotel ini banyak diminati, termasuk untuk pertemuan pertemuan misalnya Rapat kodam kodam se Indonesia pada tanggal 17 juli 1961 di dilakukan di Hotel Merdeka Sukabumi. Pertemuan ini dihadiri antara lain oleh Kodam IV / Sriwijaya , Kodam V / Jaya dan Kodam VI / Siliwangi . Hadir juga dalam rapat ini Deputy Menteri Traskopemada Urusan Khusus dan Kepala Jawatan Koperasi Daswati I Jawa. Waktu itu orang awam mengenali lokasinya dengan jalan Cipelang , perapatan jalan Benteng , dimuka bioskop Taruna .
Tahun 1970 hingga 1980an Hotel ini masih diperhitungkan dan dianggap setara dengan Selabintana, lokasinya memang berseberangan dengan bioskop yang kemudian bernama bioskop nusantara yang sering memutar film India sehingga mudah mencari hiburan bagi para pengunjung hotel.
Baca Juga: Toserba Tiara Resmi Tutup, Ini 7 Kelebihan Toserba Dibanding Pasar Tradisional
Sesudah tahun 1990an Hotel ini sempat menjadi diskotik kelas bawah dengan music-musik dangdut yang kemudian ditutup, dan kemudian bangunannya diruntuhkan. Kemudian tahun 2000 barulah berdiri Toserba Tiara di bekas reruntuhan bangunan hotel Merdeka ini yang pada awalnya cukup ramai. Kondisi persaingan dan keadaan ekonomi memaksa sebagian bisnis berhenti, mudah-mudahan bisnis baru berdiri kembali di lokasi ini sehingga mendukung perekonomian masyarakat Sukabumi.