SUKABUMIUPDATE.com - Nurjanah (33 tahun), penyintas bencana longsor di Kampung Cibatu Hilir, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, mengalami kondisi yang tak dibayangkannya. Dengan usia kehamilan sembilan bulan, Nurjanah saat ini mengungsi di tenda darurat bersama suami dan tiga anaknya.
Meski belum diperiksa resmi, tim kesehatan telah memberikan perhatian terhadap Nurjanah dengan adanya kunjungan dokter dan bidan. Nurjanah dan keluarganya sekarang mengungsi di Kampung Bolo, Desa Sekarwangi. Pasalnya, rumah mereka terancam dan berada di zona merah dengan keretakan yang sangat mengkhawatirkan.
"Kalau diperiksa soal kehamilan sih belum, tapi dari tenaga kesehatan ada yang kontrol ke sini (tenda). Ada dokter dan bidan. Semalam diperiksa, bahkan tadi kadernya ke sini lagi," kata dia kepada sukabumiupdate.com pada Senin (29/1/2024).
Nurjanah sudah mengungsi sejak tenda darurat didirikan pada Rabu, 24 Januari 2024 karena tak memiliki keluarga dekat di wilayah Cibadak. Dia takut dengan kondisi rumahnya di Kampung Cibatu Hilir lantaran sudah retak-retak. Diketahui, longsor pada Rabu lalu mengakibatkan belasan rumah tertimbun dan puluhan lain terancam.
Baca Juga: Sibuknya BPBD di Dapur Umum Longsor Sukabumi, Siapkan 1.200 Porsi Setiap Hari
"Keretakan di rumah saya sudah terlihat. Takut. Sekarang saya tinggal di tenda pengungsian bersama suami dan ketiga anak. Mau bagaimana lagi, keluarga saya jauh. Adanya di wilayah Pajampangan," ujar dia.
Terkait situasi tinggal di tenda darurat, Nurjanah mengakui kurang nyaman karena hidup bersamaan dengan warga lain. Namun, dia menyadari saat ini sedang diuji musibah. "Namanya banyak orang, banyak anak kecil yang tinggal bersama. Tapi mau bagaimana lagi, namanya pengungsian ya begini," katanya.
Nurjanah saat ini mengeluhkan kondisi air bersih, meski untuk kebutuhan makanan sudah tercukupi di tenda pengungsian.
"Ibu hamil sering ke kamar mandi. MCK darurat masih dibangun. Paling sekarang menumpang ke rumah teman yang aman. Anak ketiga saya yang masih balita sempat muntah-muntah dan buang air besar terus, mungkin masuk angin jadi sakit. Tapi sekarang panasnya sudah turun karena dokter langsung memberi obat," lanjut dia.
"Kalau sakit sih sudah biasa, tapi karena kondisinya berbeda. Biasanya kalau sakit di rumah, sekarang di pengungsian, jadi agak sedih," tambah Nurjanah.
Menurut Nurjanah, kebutuhan utama di pengungsian saat ini adalah untuk balita dan keperluan alat mandi. "Pampers sudah ada, tapi untuk minyak kayu putih dan perlengkapan mandi masih belum tercukupi. Kemarin bawa dari rumah yang sekiranya bisa dibawa, susah juga kalau lagi hamil," ungkapnya.
Baca Juga: Rumah Rusak Imbas Longsor Sukabumi Bertambah, Warga di Zona Merah Diungsikan
Ketika longsor, Nurjanah sedang di rumah, lengkap bersama keluarganya. Saat itu rumahnya belum terdampak sehingga tidak langsung mengungsi. "Pergerakan tanahnya tidak langsung, saya masih mondar-mandir sambil gendong anak, tidak jelas dan sangat panik. Saat mendengar teriakan warga yang panik, suami saya langsung melihat ke lokasi longsor, sedangkan saya bersama anak, saat itu tetap berdiam diri di rumah," kata dia.
Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi menyatakan data terakhir terdapat 13 rumah yang rusak akibat longsor tersebut. Kemudian enam rumah berstatus zona merah dan 60 rumah terancam. Sementara ini total 105 kepala keluarga mengungsi, baik sebagai korban rumah rusak, rumah terancam, maupun rumah yang berada di zona merah.