SUKABUMIUPDATE.com - Korban musibah longsor hingga menimbun sepuluh rumah warga di Kampung Cibatu Hilir, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, pada Rabu (24/01/2024), sekitar pukul 06.30 WIB menceritakan saat detik-detik menjelang longsor terjadi. Tanah bergetar dan terdengah suara aneh (misterius).
Evan (34 tahun) yang saat itu sedang berada di dalam rumah bersama istri dan dua anaknya, mengaku merasakan getaran aneh. Lantas ia melihat ke luar untuk memastikan apa yang terjadi. Dan Evan mendapati suara pohon bambu patah.
Tanpa ragu, kata Evan, ia naik ke atas rumah keponakannya untuk mengecek situasi.
"Saat itu hujan, suara keretak-keretak patahnya pohon bambu terdengar. Saya lari ke atas rumah keponakan untuk melihat, dan langsung kembali ke dalam, untuk menyelamatkan keluarga," ungkap Evan.
Baca Juga: 3 Tahun Pergerakan Tanah di Ciherang Sukabumi, Penyintas Dambakan Hunian Tetap
Evan mengaku sambil berteriak langsung berlari menyelamatkan keluarganya. Dengan cepat, dia mengambil bayi berusia 2 bulan dan anak paling besar berusia 7 tahun, serta istri.
Teriakan Evan membangunkan warga sekitar, dan dalam hitungan detik, keluarga-keluarga berdekatan berlarian menyelamatkan diri.
"Saat semua keluarga berlarian, kemudian terjadi longsor dan beberapa rumah tertimbun, termasuk motor saya," katanya.
Evan mengatakan bahwa terdapat 10 rumah di sekitar tempatnya hancur akibat longsor. Hanya pakaian yang digunakan yang bisa diselamatkan, dan warga sekitar membantu dengan memberikan pakaian kering.
Saat ini, Evan dan keluarganya mengungsi di rumah warga terdekat, namun untuk malam akan mengungsi di tenda. "Keluarga saya sekarang berada di posko, mencoba menenangkan diri setelah peristiwa traumatis ini, karena masih kebayang, mungkin karena saya juga melihat semuanya langsung. Harapannya, bantuan bisa segera datang," pungkas Evan dengan penuh harapan.
Baca Juga: Warga Waswas Bangunan Ruang Kelas SDN 2 Bojong Sukabumi Rusak Berat
Terpisah, salah satu korban lainnya, Mauludin (60 tahun), menceritakan pengalamannya saat kejadian tersebut.
"Pagi itu, tanah sudah kedengaran bunyi sekitar pukul 06.30 WIB. Baru kemudian, tanah itu merosot turun. Saya melihat dua rumah sudah tidak terlihat," ucapnya.
Mauludin menjelaskan bahwa kebanyakan longsor berasal dari tanah paling atas. "Saya baru menyadari tanah itu tiba-tiba muncul di depan saya," katanya.
Ketika rumahnya hampir roboh separuh, Mauludin segera masuk untuk mengambil pakaian, namun kemudian dievakuasi oleh RT dan RW setempat. "Saya tidak sadar, hanya kedengaran suara. Baru ketika diberi air gula, saya sadar kembali," ungkapnya.
Kata Mauludin, dari 12 rumah yang rusak, rumahnya menjadi yang paling terakhir terkena dampak longsor. "Rumah saya yang paling terakhir rusak, dan saat itu tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Saya hanya sempat mengambil pakaian," tambahnya.
Di dalam rumah, Mauludin menyebut bahwa ada empat orang. Semuanya berhasil dievakuasi, termasuk saudaranya yang sedang sakit dan tidak dapat bangun. Mauludin kini mengungsi di rumah saudaranya.