SUKABUMIUPDATE.com - Empat nelayan mengalami nasib buruk saat perahu yang mereka gunakan karam dihantam ombak di perairan Samudra Hindia tepatnya di laut Ujunggenteng Tengah, Kabupaten Sukabumi Jumat, 19 Januari 2024.
Keempat nelayan asal Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, itu adalah Deden (27 tahun), Hadsur (54 tahun), Deris (43 tahun), dan Sulaeman (33 tahun).
Tiga orang berhasil diselamatkan oleh kapal tongkang MV Martha Baruna tujuan Lampung yang saat itu sedang melintas di perairan Karang Potong Cianjur pada Sabtu 20 Januari 2024 sekitar pukul 17.00 WIB, sedangkan satu lainnya yaitu Deden, masih dalam pencarian.
Salah satu nelayan yang selamat, Hadsur menceritakan bahwa peristiwa nahas itu bermula saat dirinya bersama ketiga rekannya melaut menggunakan Kapal Motor (KM) HDR dan berangkat dari Ujunggenteng bada salat Jumat.
Baca Juga: Satu Masih Hilang, Kronologi Tiga Nelayan Sukabumi Terombang-ambing di Samudra Hindia
Diketahui saat itu, Hadsur berperan sebagai nakhoda dan tiga lainnya anak buah kapal (ABK). Mereka melaut bertujuan untuk mencari keong laut.
"Berangkat sesudah Jumatan, sekitar pukul 14.00 WIB, perjalanan juga belum jauh. Kapal tersebut miring jalannya, karena kondisi ombak dan angin kencang. Saat itu juga kami menyuruh ABK, untuk membuat pelampung dari kotak styrofoam untuk wadah keong laut, untuk dipegang masing masing," ucap Hadsur saat ditemui sukabumiupdate.com di kediamannya, Rabu (24/1/2024).
Melihat kondisi badan perahu sudah mulai karam, kata Hadsur, salah satu ABK yakni Deden meminta untuk lebih dahulu loncat ke laut dengan tujuan berenang ke daratan meminta pertolongan.
“Diperkirakan pukul 15.00 WIB. Saya sempat melarangnya, lebih baik bareng bareng saja, namun Deden loncat berenang duluan menggunakan pelampung, sempat beberapa menit kelihatan mengarah kedaratan, lalu hilang karena jarak ," ungkapnya.
Tidak lama perahu karam, Hadsur bercerita bahwa ia dan dua ABK lainnya kemudian memutuskan loncat ke laut dan berenang menggunakan pelampung bertali yang diikatkan ke tangan masing masing.
“Sedangkan saya tidak diikatkan ketangan. Jadi dari leher hingga ujung kaki terendam air. Selang beberapa menit daratan masih terlihat, tapi arus bawah dan angin cukup kencang, lambat laun daratan sudah tidak terlihat lagi, dan kami bertiga sekuat tenaga tidak terpisah," tuturnya.
Baca Juga: Masih Nihil, Pencarian 2 Orang Hilang di Samudra Hindia Dilanjutkan
Saat memasuki malam, lanjut Hadsur, ia hanya bisa pasrah, berdoa, dan berusaha agar tidak terpisah dengan kedua rekannya.
“Bahkan ABK Sulaiman sudah lemas. Sampai akhirnya menemukan gundukan sampah di tengah lautan dan menemukan batang bambu, menemukan pelampung bulat dari piber. Kami sedikit bisa lega, ada batang bambu dijadikan rakit,” tuturnya.
Untuk bertahan hidup saat lapar dan haus, Hadsur menyebut dua rekannya memilih memakan kepiting mentah dan minum air hujan.
“Saat menggunakan bambu, tidak bisa jalan, karena bambunya nyangkut pada potongan jaring yang ada digundukan sampah. Namun tidak lama ada dua batang kayu ukuran tangan dewasa, panjang sekitar 3 meter, lalu kedua batang kayu diikat dibuatkan rakit, sehingga kami bertiga, posisi Sulaiman dibelakang, saya ditengah agar bisa lihat kedepan dan kebelakang, dan Deris didepan, bisa mengayuh dengan tumpuan kayu itu," katanya.
Malam terlewati, kata Hadsur, hingga lautan terlihat terang, namun saat itu dirinya belum juga melihat daratan.
“Saat terus terombang ambing, saya melihat ada warna putih, kadang ada terlihat, terkadang terlihat dan seakan berjalan, kami punya firasat bahwa itu kapal. Lalu kami bertiga berenang untuk mendekatinya, ternyata benar itu kapal,” ujarnya.
“Sekuat tenaga terus kami mengayuhkan tangan, agar bisa mendekat, dan terlihat oleh mereka, hingga teriak, dan melambaikan baju. Alhamdulilah pada akhirnya mereka melihat kami, dan memberikan bantuan. Kalau dari informasi bahwa kami ditemukan di Karang Potong perairan Cianjur Selatan, sekitar 90 mil dari TKP kejadian," terangnya.
Total ada 27 jam mereka terombang-ambing di laut sebelum kemudian dievakuasi kapal tongkang.
"Namun kami kaget, dikira informasi semua ini atas laporan Deden, yang sudah sampai kedaratan. Semoga Deden bisa diketemukan segera dengan keadaan selamat," imbuhnya.
Ketiganya kemudian dijemput Polairud Polres Sukabumi dari Lampung dan pulang ke rumah masing-masing pada Minggu 21 Januari 2024.