SUKABUMIUPDATE.com - Viral temuan yang diduga berkaitan dengan peninggalan sejarah masa lampau di kawasan Gunung Walat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Di lokasi tersebut ditemukan batuan punden berundak, arca, hingga bekas tapak kaki di atas batu. Ini menjadi bukti menarik yang memperkaya warisan budaya.
Ketua Yayasan Jelajah Sejarah Sukabumi (JSS) Dida Hudaya mengatakan temuan ini menciptakan gambaran seperti tempat ibadah dengan susunan batu menyerupai tangga punden berundak, mirip Gunung Padang di Kabupaten Cianjur. Keberadaan menhir menjadi indikasi kuat tempat ini mungkin digunakan untuk kegiatan keagamaan.
"Kalau batu tersusun rapi, berarti ada sentuhan budaya, (mungkin) dulu untuk kepentingan ibadah atau lainnya. Sekarang (dugaannya) sudah mengarah ke sana (tempat ibadah) karena batunya tersusun rapi. Peninggalan orang tua zaman dulu atau biasa disebut karuhun. Hanya belum bisa dipastikan apakah itu (benar-benar) bekas tempat ibadah atau (bisa jadi) permukiman," kata Dida kepada sukabumiupdate.com pada Kamis, 18 Januari 2024.
Menurut Dida, tempat ini sudah ditemukan cukup lama, termasuk oleh warga sekitar. Tetapi, komunitas yang sudah mengeceknya adalah JJS, melalalui tokoh bernama Wahyu Suhendra atau Kang Asang pada 2021. Dida menyebut, sepekan lalu pihaknya kembali mengecek lokasi temuan. Hasil pantauannya, beberapa spot telah terbuka.
Baca Juga: Gunung Padang Cianjur, Bisa Jadi Piramida Raksasa yang Tertua di Dunia
"Kondisinya dari sekian persen, baru sedikit yang terbuka. Jadi harus oleh ahlinya untuk dibuka, dibersihkan, digali, dan diteliti atau dikaji. Baru kemudian akan terlihat," ujar dia.
Beberapa tahun lalu, sambung Dida, sempat ada yang merawat tempat itu karena akan dijadikan objek wisata. Namun belum diperoleh informasi terbaru bagaimana kelanjutannya sehingga sekarang kembali banyak ditumbuhi semak-semak dan terbengkalai. Tempat ini berada di Gunung Walat sebelah utara dan sedikit ke arah barat.
"Saat ini kadang-kadang dirawat, misal hari Minggu dibersihkan saja. Ada warga sekitar yang mengurus, tapi beda dengan dulu yang merawatnya sampai menginap di sana," katanya.
Dida mengungkapkan wilayah Ciheulang di Kecamatan Cibadak (tidak terlalu jauh dari Gunung Walat), dahulu adalah Kedatuan Cipamingkis atau kerajaan bawahan dari Kerajaan Pajajaran. "Cibadak memang daerah kebuyutan, termasuk Bantarmuncang yang ditemukan prasasti Sang Hyang Tapak. Cibadak ada kaitannya dengan kerajaan Sunda," terang dia.
Atas temuan tersebut, Dida menyebut pentingnya koordinasi antar-pemegang kepentingan termasuk pemerintah, supaya dapat menggalinya lebih jauh. Peninggalan batuan ini disebutnya memiliki potensi sebagai bahan kajian yang mendalam oleh para ahli. Apakah betul berkaitan dengan Kedatuan Cipamingkis atau Kerajaan Pajajaran.
"Perlu diteliti lebih dalam. (Lokasi) itu pernah diserang oleh pasukan Banten dan Cirebon serta gabungan dengan Demak yang dibakar habis. Jika dikaitkan dengan Kedatuan Cipamingkis, batuan itu minimal sudah ada pada 1527 atau adab 16, karena budaya seperti itu umumnya sebelum abad 16 seperti Tugu Gede Cengkuk dan Gunung Padang," katanya.
"Aksesnya bisa dari jalan pemancar TVRI, Segog, atau bisa dari kantor Samsat yang lama, Karangtengah. Bisa menggunakan motor, tapi tidak sampai ke lokasi, nanti dilanjutkan jalan kaki. Intinya lumayan agak jauh ke rumah-rumah warga. Agar kita semua mengetahui misteri apa yang sebenarnya bisa digali, apakah ada temuan lain dan bentuk lain seperti Candi Borobudur kan dulunya tidak begitu. Kita belum bisa berbicara banyak meskipun ada potensi," ujar Dida.