SUKABUMIUPDATE.com - Jampang Kulon adalah salah satu kecamatan di Sukabumi Selatan, dengan luas wilayah 7285,79 hektar, dan memiliki 10 desa dan 1 Kelurahan, yakni: Desa Tanjung, Desa Padajaya, Desa Mekarjaya, Desa Nagraksari, Desa Cikarang, Desa Ciparay, Desa Bojongsari, Desa Cikaranggeusan, Desa Karanganyar, Desa Bojonggenteng, serta Kelurahan Jampang Kulon.
Tokoh Pajampangan, Ki Kamaludin (72 tahun) mengatakan sejarah berdirinya Jampang Kulon, yang dipakai sebagai rujukan adalah catatan harian kompeni atau Daghregister Kompeni dan dalam tulisan Arie Suhanda di Majalah Mangle 446.
Menurut Ki Kamaludin, merujuk dari dua dokumen tersebut diketahui bahwa yang merintis babad alas adalah Pangeran Jampang Manggung.
Saat menjelang akhir hayatnya Pangeran Jampang Manggung mewariskan wilayahnya kepada tiga orang putranya, yakni Raden Surianata Manggala, Raden Puradibrata, dan Raden Bratamanggala atau Raden Bungsu, tapi (dalam kedua rujukan diatas) tidak menyebutkan kapan momen pembagian warisan tersebut. Dan tidak menyebutkan anak cucu keturunannya, dan dimana titik pusat atau sentral perkampungan, apa di Kampung Purwasedar, apa di Kampung Sabda Tegas, misalnya.
Baca Juga: 2024, Perumdam TJM Sukabumi Alokasikan 5.000 Sambungan Air Bersih Gratis
"Jadi, belum ada kepastian kapan berdirinya Jampang Kulon, masih perlu penelusuran, kapan Surat Keputusan atau SK, Sprint pembukaan hutan belantara di Jampang, atau kapan pemekaran atau tanggal pembentukan district Jampang oleh VOC,” ujar ki Kamaludin kepada sukabumiupdate.com, Rabu (17/1/2024).
Namun, kata Ki Kamaludin, waktu yang mungkin bersamaan adalah saat Sersan Scipio dari VOC bersama Letnan Tanujiwa membuka kampung baru (Bogor) seperti Cicurug, Parungkuda termasuk wilayah pemekaran. Wilayah VOC ada pada sejarah Bogor, tataran Kedung Badak, Kedung Halang ditempati tentara Mataram pada zaman Amangkurat menyerang VOC 1677, mereka menetap, tidak pulang ke Mataram. Sedangkan di Cisadane Kulon ditempati oleh tentara Banten.
"Pada waktu itu VOC memberikan kebijakan dengan melakukan pemekaran distrik distrik, ada Distrik Cicurug, Distrik Cibadak, Distrik Jampang Kulon, hingga ada 9 distrik, saat itu dimulai dari Kampung Baru, yang sekarang jadi Kabupaten Bogor," ungkapnya.
Selanjutnya, Ki Kamal mengungkapkan bahwa dalam catatan kompeni atau Daghregister Kompeni sebagai rujukan nama Djampang Koelon sebagai nama suatu district di daerah aliran sungai Tjimandiri paling tidak sudah dilaporkan pada tahun pada tahun 1706 (lihat Daghregister 1 April 1706).
Baca Juga: KPU-AMSI Teken Nota Kesepahaman Pelaksanaan Cek Fakta Dalam Penyelenggaraan Pemilu
Disebutkan bahwa Anga Nata pemimpin Djampang berhasil dilumpuhkan di rumahnya di Djampang. Anga Nata masih sebagai pemimpin, Hoofd van Djampang hingga tahun 1715 (lihat Daghregister 2 April 1715).
District Palaboehan dan District Djampang Koelon
Anga Nata pernah mengirim surat ke pihak VOC tahun 1715 (lihat Daghregister 21 Mei 1715). Lalu Captain (lieutenant) VOC Soetta Djaja dikirim ke Djampang. Dalam surat Soetta Djaja menceritakan perilaku Anga Nata (lihat Daghregister, 2 Agustus 1715). Besar dugaan Anga Nata telah melakukan perlawanan, atau paling tidak melakukan protes terhadap VOC. Catatan: Angka diduga adalah nama gelar (Anga, Anga Bey, Ngabehi?).
Baca Juga: Asyik Buat Berenang, Air Terjun Niagara Mininya Jampangkulon Sukabumi
Sejauh ini, jelas Ki Kamaludin, nama Djampang hanya satu kesatuan wilayah, belum terbentuk Djampang Wetan dan Djampang Koelon, dan adanya pemekaran dengan terbentuknya Djampang Tengah.
“Ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk district-district, wilayah Djampang dibagi dua yakni Djampang Wetan dan Djampang Koelon,” tambahnya.
Kemudian, sambung Ki Kamaludin, berdasarkan peta peta 1830 (lihat kumpulan Peta de Haan) district Djampang Wetan berada di bawah (Bupati) Tjiandjoer. Sedangkan district Djampang Koelon bersifat independen.
Baca Juga: Heboh Pajak Hiburan Naik 40-75 Persen, Luhut Minta Kenaikan Ditunda
“Ketika terjadi reorganisasi tahun 1870, district Djampang Wetan masuk Afdeeling Tjiandjoer dan district Djampang Koelon dimekarkan dengan membentuk district Djampang Tengah yang mana kemudian kedua district dan lima district lainnya disatukan di dalam Afdeeling Soekaboemi,” tuturnya.
Kata Ki Kamaludin, Nama Djampang baru satu abad kemudian muncul pada tahun 1821 (lihat Bataviasche courant, 07-04-1821).
"Tapi, ini masih perlu penelusuran dan penelitian. Masih perlu sumber primer Daghregister VOC, harus dicari dari tahun 1680 sampai tahun 1726," tandasnya.