SUKABUMIUPDATE.com- Sungai Cidolog di area perkebunan Pasir Kancana yang berdekatan dengan Kampung Bobojong Desa/Kecamatan Cidolog Kabupaten Sukabumi ternyata menyimpan cerita mitos turun temurun tentang seekor sidat bersisik pemangsa bayi.
Warga setempat Aris Wanto (50 tahun) mengatakan, berdasarkan cerita dari orang tua dahulu, letak sidat bersisik atau disebut warga dengan lubang rintit itu selalu berdiam diri di salah satu pusaran air Sungai Cidolog bernama Leuwi Liang.
Tembusan air leuwi tersebut konon hingga ke Goa Dahu arah Leuweung Kenit atau hutan wadah air. Letak leuwi tersebut dahulu terhampit dua pohon jambu kopo kiri dan kanan.
Aris kemudian menceritakan terkait sebuah kisah pilu yang menimpa seorang anak bayi dari pengembala kambing. Saat itu, bayi tersebut tengah dibawa ibunya mengembala tak jauh dari kali Cidolog.
“Tempat pengembalaan kambing tersebut kini menjadi lapangan bola Tridaya Bakhti Kencana. Menurut cerita penuturan sesepuh di Cidolog,” kata Aris kepada Sukabumiupdate.com, Selasa (26/12/2023).
Baca Juga: Pantai Karanghawu Sukabumi, Tempat Indah Sarat Cerita Mitos
Kala itu musim kemarau membuat air sungai Cidolog terlihat berwarna jernih dan suasana alam sangat sejuk.
Saat itu bayi tersebut sempat digendong oleh sang ibu dengan kain sarung bercorakan batik atau orang Sunda biasa menyebutnya dengan sarung keubat.
Dengan tidak ada rasa curiga, ibu pengembala kambing itu meletakkan bayinya pada ayunan kain sarung yang diikat pada salah satu pohon di pinggiran kali. Bayi pun terlihat tertidur lelap.
Setelah itu, kemudian bayi tersebut ditinggal ibunya dengan maksud untuk melihat kambing peliharaannya. Hal itu untuk memastikan apakah kambing itu masih berada di area wilayah tersebut. Setelah selesai, tidak lama ibu tersebut kemudian kembali bermaksud untuk melihat sang anak yang ditinggalnya di atas ayunan.
"Namun apa yang terjadi, ibu bayi itu menjerit histeris, karena bayinya hilang dalam ayunan tersebut," ujarnya.
Sambil menangis tersedu-sedu ibu itu melihat ada bekas lendir yang menempel pada kain ayunan itu. Selain itu, tercium juga bau amis dan terlihat rumput di pinggir kali terkoyak menunjukan ada bekas hewan besar yang turun ke sungai. Selain itu air sungai yang tadinya jernih menjadi berwarna keruh terlihat dari hilir menuju hulu.
Setelah menelusuri dan memastikan, ibu itu melihat arah air keruh itu bertitik akhir di Leuwi Liang. Singkat cerita, kejadian ini membuat geger seluruh warga Cidolog kala itu.
"Upaya pencarian menyisir sungai tiap hari terus dilakukan oleh warga masyarakat upaya menemukan bayi tersebut namun hasilnya nihil. Sehingga Orang tua bayi tersebut mengikhlaskan anaknya pasca kejadian itu,” ujar Aris.
Beberapa pekan setelah kejadian aneh hilangnya bayi, ada petir besar menyambar ke arah area leuwi tersebut yang dilihat langsung oleh warga setempat.
Terlihat dari dalam air mengeluarkan gelembung dan mengeluarkan bau yang sangat amis dan warna air berubah menjadi keruh dan berwarna merah seperti darah, dan diiringi dengan bermunculannya sisik sebesar piring.
“Aroma bau amis yang dipastikan itu sisik sidat bersisik atau lubang rintit yang sudah mati dan hancur akibat sambaran petir. Itu akhir cerita hewan pemangsa bayi atau orok yang menimpa salah satu keluarga pengembala kambing itu, mati disambar petir," tandasnya.