SUKABUMIUPDATE.com - Riday Radial (43 tahun), warga Kampung Pangrerekan RT 04/06 Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, mengeluhkan penggunaan mobil siaga desa yang dipasangi tarif seperti kendaraan rental. Riday menyampaikan keluhannya di media sosial Faceook pada Kamis, 21 Desember 2023.
Riday mengatakan keluhan ini dirasakan saat mengantar kakaknya yang bernama Surya ke RSUD Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis sekira pukul 10.00 WIB. Menurutnya, sang kakak yang juga ketua RT, tetap dikenakan tarif atau biaya yakni Rp 300 ribu untuk menggunakan mobil siaga Desa Ciwaru, termasuk sopir.
"Berangkat ke IGD RSUD Palabuhanratu menggunakan mobil siaga. Awalnya diberi Rp 200 ribu, tapi minta tambahan Rp 100 ribu. Katanya ongkos ke RSUD Palabuhanratu memang Rp 300 ribu. Kakak saya lalu bayar lagi Rp 50 ribu. Sopirnya cemberut," kata dia kepada sukabumiupdate.com pada Jumat (22/12/2023).
Kekesalan itu lalu diunggah Riday ke Facebook pribadinya dengan nama akun Ridal Bhalelol sehingga viral dan dikomentari warganet. Adapun setelah membayar, Riday menyebut mobil siaga hanya mengantarkan kakaknya ke rumah sakit, tidak ditunggu. Kendaraan untuk melayani masyarakat itu pun kembali ke Desa Ciwaru.
Baca Juga: Bupati Sukabumi Imbau ASN Tak Gunakan Mobil Dinas untuk Libur Nataru
"Saya kira kalau ketua RT bisa ada toleransi dari pemerintah desa. Ternyata sama wajib bayar sesuai tarif. Malah ada yang kena tarif Rp 500 ribu, hampir sama dengan mobil rental pribadi. Wajar kalau Rp 200 ribu, ada pembeda dengan rental. Mobil rental juga kalau hanya mengantar itu Rp 300 ribu, sudah bensin dan sopir," ujarnya.
Menanggapi ini, Kepala Desa Ciwaru Sirojudin mengatakan sebenarnya sampai sekarang belum ada peraturan desa yang mengatur penggunaan mobil siaga. Sementara ini pengelolaan mobil berada di bawah Satgas Kesehatan yang sudah dibentuk. Mobil siaga Desa Ciwaru pengadaannya dilakukan saat kepala desa sebelumnya.
Terkait persoalan yang dikeluhkan, Sirojudin menyatakan pihaknya tidak pernah menentukan tarif untuk pemakaian mobil siaga. "Kalau ada bukan bayar, tapi beli bensin dan kasih sopir, silakan mobil pakai. Kalau memang tidak ada, bicarakan dengan pemerintah desa," ujar dia menjelaskan soal biaya operasional penggunaan kendaraan.
Menurut Sirojudin, hakikatnya mobil siaga disediakan untuk melayani warga, terutama yang sakit. Tetapi ada biaya-biaya operasional yang saat ini belum mendapatkan alokasi dari Dana Desa (DD) sehingga perlu dipikirkan oleh pengguna. Meski begitu, ketentuan itu tidak mengarah kepada tarif yang baku seperti mobil rental umum.
"Persoalan tersebut hanya miskomunikasi atau ada hal-hal lain yang perlu diluruskan. Jangan juga ada anggapan, karena fasilitas umum, bisa semaunya digunakan. Perlu dipelihara dan dijaga. Di lapangan sudah banyak warga yang memakai mobil siaga tanpa keluar nominal. Intinya hal ini bisa dikomunikasikan," katanya.