SUKABUMIUPDATE.com - Wisata alam Curug Cimarinjung dengan tinggi sekitar 97 meter berada di Kampung Ciporeang Desa Ciemas Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi.
Air Curug Cimarinjung bersumber dari aliran Sungai Cimarinjung dengan hulu sungai di Gunung Hanjuang Kiara Dua Kecamatan Simpenan. Dan beberapa sungai lainnya, diantaranya Sungai Cihaur Desa Cihaur Kecamatan Simpenan, serta Sungai Ganitri Desa Ciemas, Sungai Cicurug - Sungai Cigembong - Sungai Cibatu Desa Girimukti Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi.
Seorang warga Kampung Tegal Pari Desa Ciwaru Kecamatan Ciemas, Dadih (78 tahun) mengatakan bahwa Curug Cimarinjung memiliki cerita turun temurun.
"Curug Cimarinjung dulunya bernama Curug Goong. Menurut cerita orangtua dulu di curug tersebut merupakan lokasi menyimpan alat-alat gamelan. Bahkan setiap malam Jumat, sering terdengar pengajian, dan malam Selasanya terdengar suara gamelan," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (15/12/2023).
Baca Juga: Ngeri! PPATK Ungkap Transaksi Janggal Triliunan Rupiah di Kampanye Pemilu 2024
Dadih mengatakan pada tahun 1970 an, di kawasan Curug Cimarinjung masih berupa hutan belantara, warga tidak ada yang berani masuk, apalagi sampai kedalam mendekati curug. Baru sekitar tahun 1980, mulai ada tamu atau pengunjung yang ingin melihat curug, itupun mereka tidak berani berenang, hanya melihat batu-batu, bahkan tidak berani walaupun hanya mengambil potongan batu kecil.
Selanjutnya, kata Dadih, pada tahun 1986 - 1987 tiap bulannya selalu ada tamu, waktu itu, jelas dia, jalan menuju curug masih jalan tanah setapak menyusuri selokan, yang kini jadi saluran irigasi.
"Hampir tamu yang mau ke curug, selalu diantar sama saya," tuturnya.
Dadih mengaku, dirinya pada tahun 2002 sempat menjadi ulu-ulu atau pengurus air irigasi untuk pertanian dari curug. Ia menuturkan dari cerita sesepuh atau kokolot lembur, bahwa Curug Goong atau Curug Cimarinjung merupakan tempat istirahat (paniisan) seorang dalem dari Kuningan bernama Haji Eyang Kosasih.
"Sesepuh lembur Wa Sorun, pernah bercerita bahwa dulu yang menjaga kawasan curug, adalah Haji Eyang Kosasih, dan kawasan curug itu dijadikan tempat istirahatnya. Namun Wa Sorun tidak menjelaskan panjang lebar terkait Haji Eyang Kosasih," ungkapnya.
Baca Juga: Tingkatkan Konektivitas di Sukabumi Selatan, PU Dapat Penanganan Jalan dari PUPR
Kemudian, kata dia, sebelum tahun 2013, mereka yang berkunjung ke curug, kebanyakan melakukan Tadabbur alam.
"Mereka melakukan sholat, dzikir, serta baca sholawat, di atas batu. Ini salah satu cara untuk lebih mengenal tanda-tanda kebesaran Allah SWT dengan merasakan dan hadir langsung melihat ciptaan-Nya yang indah dan mengagumkan. Baru pada tahun 2015 dibuka sebagai kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu," jelasnya.