Diguncang 55 Kali Gempa, Mengenal Gunung Salak dan Sejarah Kerajaan Perak Sunda

Jumat 15 Desember 2023, 10:13 WIB
Lanskap pemandangan dari Puncak Salak 1 Gunung Salak, Minggu, 27 November 2022. | Foto: SU/Oksa Bachtiar Camsyah

Lanskap pemandangan dari Puncak Salak 1 Gunung Salak, Minggu, 27 November 2022. | Foto: SU/Oksa Bachtiar Camsyah

SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan telah terjadi 55 kali gempa bumi di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor, tepatnya di sekitar kawasan Gunung Salak. Ini berdasarkan hasil monitoring BMKG sejak 6 hingga 14 Desember 2023 pukul 07.57 WIB.

Pernyataan itu dikeluarkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat konferensi pers online, setelah gempa tektonik 4.6 magnitudo terjadi pada Kamis, 14 Desember 2023 sekira pukul 06.35 WIB. Guncangan ini merupakan rangkaian aktivitas gempa secara beruntun di sekitar kawasan Gunung Salak sejak 6 Desember 2023.

Gunung Salak dan Kerajaan Perak

Berada di wilayah administratif Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Gunung Salak oleh masyarakat Sukabumi dianggap pelindung di sisi barat, selain Gunung Gede Pangrango di bagian utara. Dalam beberapa keterangan, gunung dengan puncak setinggi 2.211 meter di atas permukaan laut itu dikaitkan dengan Salaka Nagara yang artinya kerajaan perak. Ini ditengarai sebagai pemerintahan awal masyarakat Sunda.

Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan kata Salaka yang berkembang di tanah Sunda pada awalnya berasal dari bahasa Sanskerta. Salaka Nagara ini juga dianggap sebagai negeri argyre/perak yang dimaksud Claudius Ptolemaeus (ahli geografi). Ptolemaeus dalam bukunya "Geographia" mencatat Argyre sebagai kerajaan kuno tertua di Nusantara yang berdiri sejak 130 Masehi. Kata argyre berarti perak karena produk andalannya adalah perak.

Baca Juga: Gempa Gunung Salak, BMKG Catat 55 Guncangan Sejak 6 hingga 14 Desember

Dalam bahasa Sunda, perak juga diistilahkan dengan Salaka. Soendaneesch-Hollandsch woordenboek 1884 menyebutkan Salaka dalam bahasa Sunda berarti perak, zilver, zilveren. Salaka memang berasal dari bahasa Sanskerta. Namun, pola pelafalan bahasa Sanskerta yang menyebar ke tanah Sunda mengalami sedikit perubahan terutama pada vokal di belakang seperti Tarum menjadi Taruma. Kerajaan Tarumanagara kemungkinan berasal dari kata Tarum (pohon yang bisa menjadi pewarna pakaian). Juga kemudian muncul toponimi Citarum.

"Pelafalan ini juga umum seperti nama Arjuna di Sunda. Ternyata di India dibaca Tarum tanpa vokal a di belakang. Salaka Nagara sebagai kerajaan juga ditengarai berasal dari kata Salak yang kemudian menambah huruf vokal di belakang menjadi Salaka," kata Irman yang juga penulis buku "Soekaboemi the Untold Story" kepada sukabumiupdate.com beberapa waktu lalu.

Salaka dalam arti perak (selain juga emas) merupakan komoditas unggulan awal wilayah Jawa, sebelum ramainya rempah-rempah. Irman mengungkapkan, bisa jadi, saat itu rempah-rempah belum menjadi komoditas utama sehingga perdagangan dengan Tiongkok tercatat berupa emas, salaka, dan gading. Tetapi, setelah jalur sutra ditutup, rempah-rempah menjadi dagangan utama yang menarik minat para kolonialis.

Kerajaan Salaka Nagara sendiri menjadi kontroversi karena termuat dalam Wangsakerta (naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara dalam 26 jilid yang konon ditulis pada sekitar 1677 dan 1698). Di luar kontroversi tersebut, patut digali mengenai peradaban perak terkait keahlian pakar pembuat/pengolah logam pada waktu itu.

Jika dikaitkan dengan prasasti Sanghyang Tapak yang betahun 1030 masehi dengan tarikh tertulis 952 saka, maka runutan ke belakang untuk tahun 1 saka adalah sekitar 78 masehi. Sementara sebagian berpendapat kerajaan Salaka Nagara berdiri pada 150 masehi.

Tidak terlalu jauh dari peradaban penanggalan yang muncul pada 22 tahun sebelum kerajaan berdiri dan menguasai peradaban perak di teluk lada Pandeglang. Konon pula, kata Pandeglang berasal dari kata Panday (ahli/pakar pembuat) dan Geulang (perhiasaan/aksesoris/perkakas) artinya ahli/pakar pembuat gelang.

Versi lain menyebutkan pula satu bagian kaki Gunung Salak terlihat keperak-perakan begitu terkena sinar matahari, maka kerajaan ini disebut Salaka Nagara. Oleh karena itu, kuat dugaan Gunung Salak yang dimaksud bukanlah berasal dari buah salak, tetapi dari salak bermakna perak alias gunung perak. Lebih jauh lagi buah salak, yang jika kita lihat dari kejauhan terkena cahaya berkilat layaknya perak. Bisa jadi dulu dianggap sebagai buah perak.

Baca Juga: Geothermal Picu Gempa Gunung Salak? BMKG: Belum Terpetakan dan Perlu Kajian

"Namun muncul juga pendapat bahwa Salaka berasal dari kata Saloka. Sa artinya Esa atau tunggal, Loka artinya tempat, sehingga dianggap sebagai Tempat Sanghyang Tunggal. Apalagi terkait Gunung Halimun dan Lebak Cawene yang disakralkan. Pendapat ini terutama merujuk kepada Gunung Salak yang dianggap sakral, selain Gunung Gede sebagai tempat Sanghyang Tunggal. Banyaknya tempat sakral di tanah Sunda di mana Sanghyang Tunggal juga memunculkan istilah Parahyangan. Pendapat ini agak berbeda dengan istilah Prayangan yang mengkaitkan istilah ini dengan menyerahnya Sumedang kepada Mataram," ujar Irman.

Di balik kontroversi itu, Gunung Salak memang menyimpan kesakralan dan misteri yang tiada henti. Hingga Andries de Wilde harus bernegosiasi terlebih dulu dengan juru kunci sebelum mendaki puncaknya karena ada larangan bagi orang Eropa untuk menaikinya. Cerita ini tertulis dalam buku "De Preanger Regentschappen Op Java Gelegen" yang dirilis Andries de Wilde pada 1829. Bahkan ketika pasukan milisi Belanda yang bergerilya melawan Jepang tahun 1942 di sekitar halimun salak, akhirnya tidak tahan dan menyerah.

Kesakralan itu terasa hingga kini dengan mitos-mitos mengenai kecelakaan pendaki maupun pesawat di sekitar Gunung Salak yang kini memiliki tiga jalur pendakian resmi: Pintu Cidahu, Pasir Reungit, dan Cimalati.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Bola18 Januari 2025, 16:00 WIB

Prediksi Madura United vs Barito Putera: Duel Dua Tim Papan Bawah!

Madura United akan menjamu Barito Putera dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 pekan ke-19 malam ini.
Madura United akan menjamu Barito Putera dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 pekan ke-19 malam ini. (Sumber : Instagram).
Sukabumi18 Januari 2025, 15:45 WIB

Buruh dan Pelajar Collab Edarkan Hexymer-Tramadol di Sukabumi, Ditangkap saat Transaksi

Barang bukti yang disita adalah empat paket hexymer dan lima setrip tramadol.
Kedua terduga pelaku kasus obat keras terbatas yang ditangkap di Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Polsek Sagaranten
Sukabumi18 Januari 2025, 15:23 WIB

Lindas Material Longsor, Truk Terguling di Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi

Longsor ini sempat menutup Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua.
Truk terguling di Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cisarakan, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Istimewa
Inspirasi18 Januari 2025, 15:00 WIB

Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Cook Sushi, Cek Kualifikasinya Disini!

Apabila kamu tertarik dengan lowongan kerja ini, segera daftarkan diri sekarang juga!
Ilustrasi - Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Cook Sushi, Cek Kualifikasinya Disini! (Sumber : Freepik.com/@ASphotofamily)
Sukabumi18 Januari 2025, 14:58 WIB

Pengendara Terjebak Berjam-jam, Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi Buka Tutup Pasca Longsor

Saat ini jalan sudah dibuka, tetapi dengan sistem buka tutup.
Antrean kendaraan di Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Dokumen Pengendara
Sukabumi18 Januari 2025, 14:13 WIB

Pulihkan Ekosistem Pasca Bencana, Penanaman Pohon di DAS Sungai Cikaso Sukabumi

Kegiatan ini untuk mencegah bencana serupa di masa depan.
Penanaman pohon di DAS Cikaso, Desa Cibadak dan Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Dokumentasi Panitia
Food & Travel18 Januari 2025, 14:00 WIB

Menikmati Deburan Ombak di Pantai Karang Tawulan, Wisata Eksotis Mirip Tanah Lot di Tasikmalaya

Tersembunyi di wilayah selatan kabupaten, pantai Karang Tawulan menawarkan keindahan alam yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kota.
Pantai Karang Tawulan adalah sebuah destinasi wisata pantai yang menarik di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Sumber : Instagram/@riskardr/@dadanwardana99).
Bola18 Januari 2025, 12:00 WIB

Prediksi PSM Makassar vs PSBS Biak di Liga 1: H2H, Susunan Pemain dan Skor

PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025.
PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025. (Sumber : Instagram/@psbsofficial/X/@psm_makassar).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:57 WIB

Satpam Asal Sukabumi Tewas di Rumah Mewah Bogor, Keluarga Temukan Banyak Luka Serius

Korban sempat menghubungi istrinya melalui pesan singkat.
Rumah duka Septian (37 tahun) di Kampung Cibarengkok RW 01, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Ilyas Supendi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:36 WIB

Daftar SKPD dengan Aduan Terbanyak pada 2024, Menurut Data Diskominfo Kota Sukabumi

Pemerintah Kota Sukabumi menerima 106 aduan masyarakat sepanjang 2024.
Apel di Lapang Setda Balai Kota Sukabumi pada Senin (15/7/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi