SUKABUMIUPDATE.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan tim ke lokasi bencana pergerakan tanah yang rusak lima rumah warga di Desa Bencoy Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi, Selasa (12/12/2023).
Pantauan langsung sukabumiupdate.com di lokasi sekitar pukul 16:30 Wib, terlihat para petugas PVMBG menyisir sejumlah lokasi retakan tanah, melakukan pengukuran, pengecekan lengkungan retakan, hingga pengambilan gambar melalui udara.
Diketahui, alat yang digunakan dalam proses penelitian itu merupakan dosimeter GPS, pengambilan sampel batuan hingga fotogrametri atau pengambilan gambar menggunakan drone.
Surveyor pemetaan tim penyelidik pergerakan tanah PVMBG, Sumaryono menyampaikan, bahwa kedatangannya itu untuk melakukan penelitian potensi kerawanan yang ditimbulkan dari pergerakan tanah tersebut.
"Kami dari PVMBG bersama tim utamanya melihat pola retakannya seperti apa, kemudian potensinya seperti apa. Kemudian untuk meminimalkan dampak itu apa yang harus dilakukan, karena kan kalau melihat memang pemukimannya itu sampingnya gawir (jurang) kan, kemudian ada aliran saluran drainase di sampingnya, kemudian di bawahnya ada sawah dan lain-lain itu kami susun nanti," ujar Sumaryono.
Baca Juga: Dihantui Sesar Cimandiri, Pemkab Sukabumi Akan Relokasi Kantor Kecamatan Cireunghas
Menurut Sumaryono, penelitian ini dilakukannya untuk memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Sukabumi agar dapat menentukan langkah selanjutnya terkait lokasi terdampak bencana.
"Nanti untuk diberikan rekomendasi ke pemerintah daerah langkah selanjutnya apa yang harus dilakukan terkait kejadian longsor di lokasi ini," kata dia.
Adapun hasil sementara dari pengecekan tersebut, diketahui potensi perkembangan retakan di lokasi itu masih ada. Pasalnya selain lokasi yang berada di tebing, area resapan air dari drainase hingga cuaca hujan diprediksi masih akan terjadi dapat menjadi pemicu resiko bencana susulan.
"Kalau potensi berkembangnya masih ada, artinya potensi longsoran susulan itu masih ada. Dan kalau melihat kayak saluran drainasenya atau irigasinya tadi masih ke arah arah situ ya potensinya masih besar untuk terjadi longsor," ungkapnya.
Menurutnya, lokasi pergerakan tanah di Cireunghas masuk kategori zona kerentanan gerakan tanah atau zona menengah sampai tinggi.
"Saat ini menengah tapi ketika muncul tambahan retakan retakan banyak dan potensinya tinggi. Artinya gerakan tanah atau longsor itu bukan status (tetap) kan bisa dinamis ketika muncul tanda tanda apalagi kalau melihat tadi kan 150 meter bentuknya lengkung nah itu jangan sampai di bawah nanti ada pemukiman," ucapnya.
Berdasarkan hasil penelitiannya itu, Sumaryono menyarankan untuk memutus sementara aliran air drainase yang berada di lokasi tersebut, selain itu menyarankan kepada masyarakat untuk mengganti pola pertaniannya menjadi pertanian yang tidak membutuhkan banyak air.
"Solusi jangka pendek diputus aliran drainase tadi. Kemudian yang bagian bawah gawir tadi kalau bisa dialihkan jangan ke arah lokasi longsor tadi, kolam kolam juga dihentikan dan pola tanamnya juga diubah bukan pola tanam yang membutuhkan banyak air," kata dia.
"Solusi jangka panjang kan kita melihat perkembangan ini karena masukan air baru di awal musim hujan puncaknya masih ada Januari Februari cuman yang di dekat gawir harus waspada. Ya sebaiknya minggir dulu hati hati lah yang dekat gawir itu karena ketika longsor itu bagian atasnya ikut ketarik," pungkasnya.