SUKABUMIUPDATE.com - Para petani Manggis di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi mengeluhkan adanya parasit pengganggu sejenis bercak kotoran yang muncul pada daun Manggis. Kotoran tersebut menutup daun-daun manggis seperti debu jalanan.
Kepala Desa Hegarmanah, Ujang Natadireja mengatakan fenomena bercak kotoran pada daun manggis itu sudah muncul sejak beberapa bulan terakhir. Menurutnya, hampir semua pohon manggis diwilayahnya, juga daun-daun pohon yang lainnya seperti daun pohon Jati mengalami kejadian yang sama.
Menurut Ujang, saat ini di wilayahnya sedang memasuki musim Manggis. Jadi fenomena itu menjadi perhatian masyarakat terutama para pemilik kebun Manggis. Bahkan sebagian diantara warga merasa khawatir hal tersebut dapat mengganggu kualitas dan hasil panen Manggis pada waktunya.
Baca Juga: Kepala SD-SMP di Kota Sukabumi Diingatkan Soal Korupsi Dunia Pendidikan
Ujang menatakan, warga menyebut kotoran pengganggu ini dengan virus atau parasit. "Saya gak tahu ini mengganggu atau tidak pada kualitas buah manggis. Sebenarnya kotoran pada daun ini bisa dibersihkan. Tapi bagaimana caranya melakukan pembersihan secara masif?," kata Ujang kepada sukabumiupdate.com, Jumat (3/11/2023).
Saat dikonfirmasi, Kepala Balai Penyuluh Pertanin (BPP) Kecamatan Cicantayan, Muhammad Ali melalui Binwil Desa Cicantayan Yuli Rosmiati Dewi menyampaikan bahwa pihaknya sudah melaporkan fenomena tersebut ke pusat (dinas).
Menurutnya, tim BPP Kecamatan Cicantayan sudah dua kali meninjau ke lokasi kebun Manggis bersama dengan tim ahli dari Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) untuk melakukan pemeriksaan dan penelitian.
Baca Juga: Puluhan Rumah Terendam, Kondisi Terkini Banjir Bugel di Tegalbuleud Sukabumi
"Untuk saat ini kami belum bisa menjawab terkait fenomena (parasit/kotoran) yang menimpa daun manggis tersebut. karena hal itu harus dibuktikan dengan hasil penelitian," jelas Yuli kepada sukabumiupdate.com melalui sambungan telepon, Senin (6/11/2023).
Sementara itu, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH Jawa Barat) yang bertugas di Kecamatan Cicantayan, Uden Tagiman menyebutkan bahwa fenomena itu bisa dikenal dengan "Bercak daun alga".
Menurutnya, itu merupakan penyakit baru di Sukabumi. Pertama kali muncul diketahui tahun 2020 di Parungkuda Kabupaten Sukabumi. "Saat itu pertama kali terlihat ada di daun Dukuh di Parungkuda. Kemudian tahun 2021 baru diketahui ada di Cicantayan," ungkap Uden kepada sukabumiupdate.com.
Saat ini, kata Uden, fenomena itu sedang menimpa daun Manggis yang ada di Cicantayan. Dari total 180 Hektar (tersebar di 3 desa: Hegarmanah, Sukadamai dan Cimanggis) hampir semuanya terdampak.
Baca Juga: Mengenal Istilah Depresi dalam Islam dan Cara Mengatasinya
Namun, jelas Uden, ia tidak menemukan hal yang menghawatirkan dari fenomena itu. Karena menurutnya, itu adalah semacam penyakit daun yang paling sering terlihat di daerah beriklim hangat dan lembab atau di rumah kaca.
"Organisme penyebabnya adalah Cephaleuros virescens, alga parasit hijau yang inangnya biasa adalah tumbuhan berdaun kasar seperti cotoneaster, magnolia, hollies, rhododendron, dan viburnum. Bercak daun alga kadang-kadang disebut ketombe hijau karena bercak tersebut mungkin tampak berkerak, tidak jelas, atau bersisik," paparnya.
Selanjutnya, kata Uden, beberapa tanaman inang mungkin juga mempunyai ranting dan cabang yang sakit dan kerdil serta tubuh buahnya berwarna coklat kemerahan. Bintik-bintik tersebut umumnya berdiameter 1/2 inci atau kurang meskipun mungkin menyatu membentuk koloni yang lebih besar. Jaringan daun bisa mati di bawah bintik-bintik itu dan daun bisa menguning dan rontok sebelum waktunya.
Saat cuaca basah, sambung Uden, alga menghasilkan spora yang disebarkan oleh angin dan percikan air hujan. Spora menginfeksi jaringan daun menyebabkan bintik-bintik kecil melingkar kehijauan yang mungkin berubah menjadi coklat muda atau coklat kemerahan.
Baca Juga: Lengkap! Nama DCT DPRD Kabupaten Sukabumi Dapil IV dari 18 Parpol
"Bintik-bintik tersebut mungkin tampak menonjol dan halus. Ganggang tersebut akan menahan musim dingin atau bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya di bercak daun termasuk pada daun yang berguguran," kata dia.
Lantas, kata dia, bagaimana strategi pengendaliannya? Yaitu dengan melakukan beberapa cara, diantaranya:
1. Mendorong tanaman sehat dengan teknik budidaya yang baik . Penyakit ini paling merusak pada tanaman yang pertumbuhannya lambat atau lemah.
2. Bersihkan daun-daun yang gugur dan singkirkan daun-daun yang sakit dari tanaman . Praktik sanitasi yang baik akan membantu mengendalikan penyakit ini.
3. Meningkatkan kekeringan daun dengan meningkatkan sirkulasi udara dan drainase . Jika perlu, pangkas tanaman yang terlalu banyak secara selektif. Hindari menyemprotkan air ke daun.
4. Gunakan semprotan fungisida yang mengandung tembaga jika pengendalian kimia diperlukan
Sebagai informasi, Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat terkenal sebagai Sentra Manggis. Setidaknya ada dua desa yang menjadi sentra penghasil utamanya yaitu Desa Cimanggis dan Desa Hegarmanah.
Baca Juga: 131 Nama DCT Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi Dapil III Pemilu 2024
Dari kedua desa ini manggis tak hanya menyebar ke seluruh Indonesia tapi juga diekspor hingga mancanegara, Thailand dan China.
Pemkab Sukabumi bahkan sudah menetapkan desa Hegarmanah dan Desa Cimanggis menjadi daerah agro wisata. Pada tahun 2020 sempat diadakan Festival Manggis yang dilaksanakan di Kp Nangela, Desa Hegarmanah.
Pada kesempatan Festival Manggis tersebut, Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengingatkan supaya kualitas buah manggis dijaga dan terus ditingkatkan sehingga melebihi standar mutu internasional, sehingga nilai ekspor akan meningkat.