SUKABUMIUPDATE.com - Engkay Sukaesih (48 tahun) bibi dari almarhum Diki Japarudin, berbagi kisah tentang perjalanan hidup sang atlet Sepak bola amputasi berprestasi asal Kampung Pasirsitu RT 21/07 Desa Sukakersa, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi itu.
Menurut Engkay, kaki kiri keponakannya itu terpaksa diamputasi karena divonis kanker testikular sekitar dua tahun yang lalu.
"Jadi itu diamputasi juga sebelumnya kena benturan dan retak, terus diurut, kayanya salah penanganan, kan gak tau, namanya juga di kampung, jadi darah beku masuk ke tulang. Bahkan waktu itu, dia yang ingin diamputasi, mungkin karena udah sakit banget," ujar Engkay kepada sukabumiupdate.com, Selasa, 10 Oktober 2023.
Engkay menuturkan, Diki sempat dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, namun penanganannya terlambat. "Berhubung di sana telat penanganan, sampai 11 balik kesana belum ditangani," tambah Engkay.
Baca Juga: Diki Japarudin Meninggal Dunia, Atlet Sepak Bola Amputasi Asal Sukabumi
Akhirnya, proses amputasi dilakukan di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi sedangkan pengobatan kemoterapi dilanjutkan di RSUD Al Ihsan, Bandung.
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan biaya, Diki menjalani kemoterapi sebanyak yang bisa diakomodasi. "Disana disuruh enam kali kemoterapi, berhubung biayanya gak ada, jadi cuma tiga kali," katanya.
Ketika dua tahun sudah dijalani, sambung Engkay, Diki kembali menjalankan aktivitas, karena sudah merasa pulih dari sakitnya.
"Terus Diki mendapatkan informasi dari temannya, untuk ikut seleksi sepak bola amputasi, alhamdulillah di Yogyakarta dia lolos, lalu diseleksi lagi di Jakarta lolos juga, sampai di bawa ke Malaysia, mewakili timnas Amputasi Indonesia ke Piala Artalive Challenge Cup (ACC)," katanya.
Sayangnya, sebulan setengah setelah pulang dari kompetisi, Diki mulai merasakan sakitnya kembali. "Walaupun dia orangnya pendiam, tapi saya melihat ketika dia duduk, kayanya gak enak banget (merasa sakit)," kata Engkay.
Baca Juga: Bakal Jadi Pusat Kota Baru! Ini 12 Rekomendasi Wisata Kuliner yang Ada di Cisaat
Setelah beberapa rujukan dan proses operasi, Diki harus berhadapan dengan kenyataan bahwa kankernya sudah menyebar. "Di sana udah mau dioperasi, tapi belum keluar jadwalnya, hingga kabarnya dokternya sedang menjalani cuti. Jadi saya langsung ke RSUD R. Syamsudin, SH. (Bunut), berharap lebih cepat ditangani," jelasnya.
Hingga akhirnya pada Jumat 6 Oktober 2023, Diki menjalani kontrol pertama ke RSUD Bogor. "Disitu ada lagi benjolan di tenggorokan, udah gitu gak bisa menelan, seperti makan dan minum," ungkap Engkay.
Meskipun sudah kembali pulang ke rumah, Diki tetap menjalani perawatan hingga akhirnya berpulang pada 8 Oktober 2023.
"Sampai diinfus di rumah, walaupun di rumah, saya cari perawat dan diinfus disini, habis sebotol udah keluar darah, udah gitu almarhum ingin dioksigen, saya minta dari Desa karena keterbatasan," ungkapnya.
Engkay juga mengungkapkan keterbatasan finansial keluarga. Ibu Diki yang merupakan pekerja jahit bola dengan penghasilan Rp 15 ribu per hari. Kendati demikian, keluarga tetap fokus pada perawatan Diki.
"Pihak klub protes ketika Diki sudah meninggal, karena gak dikasih tahu kalau Diki mengidap kanker, kemungkinan kalau Diki punya penyakit, temannya juga takut bila Diki diberhentikan dalam kariernya. Saat itu, pihak keluarga juga fokus ngurusin Diki, gak tau harus ngomong kemana," pungkasnya.
Diki mengembuskan napas terakhir di rumahnya di Kampung Pasirsitu pada Minggu, 8 Oktober 2023, sekira pukul 05.00 WIB, tepatnya setelah waktu salat subuh. Jenazah Diki kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pasirtengah Cihereng, hari itu juga sekira pukul 09.00 WIB. Kepergian Diki meninggalkan duka bagi banyak orang, terutama keluarga.
Diketahui, sebelum Diki Japarudin meninggal dunia, ia sempat melawan penyakit kanker testikular yang dideritanya. Bahkan, kawan seperjuangan Atlet Sepak Bola Amputasi Sukabumi, Piat Supriatna turut melelang jersey kebanggaannya guna membantu biaya pengobatan Diki Japarudin.