SUKABUMIUPDATE.com - Seni tradisional Tari Cepet dan Kuda Lumping merupakan seni budaya yang berasal dari Jawa Tengah, dan kemudian tumbuh berkembang di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
Tradisi itu kemudian dilestarikan dengan berdirinya beberapa sanggar budaya lingkung seni Kuda Lumping, tersebar di Desa Pangumbahan, Desa Ujunggenteng, serta Desa Gunungbatu, Kecamatan Ciracap.
Awal keberadaan seni kuda lumping dibawa oleh penduduk Desa Kajoran, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen pada zaman penjajahan Belanda. Mereka sejatinya akan dibawa ke Pulau Borneo Kalimantan untuk dipekerjakan di perkebunan kelapa sawit. Ternyata mereka dibawa ke perkebunan yang berada di Desa Ujunggenteng dan Desa Pangumbahan Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, dengan kapal laut dan bersandar di Bagal Batre Pantai Ujunggenteng.
Baca Juga: Nobel Perdamaian 2023 Untuk Aktivis Perempuan Iran, Narges Mohammadi
"Sesepuh kami mulai memainkan kuda lumping, saat itu sebagai hiburan rakyat , seperti hari kemerdekaan, suraan, tetangga yang hajat tanpa bayaran, cuma dikasih makan saja," kata Ketua Sanggar Seni Kuda Lumping Fajar Muda, Lamijan (60 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (7/10/2023).
Lamijan yang merupakan generasi keenam itu mengatakan Kuda Lumping dan Cepet sebagai seni helaran berawal dari kisah dua pemuda yang mendirikan sanggar Purwajati pada tahun 1974. Mereka adalah Saman dan Nawi, yang berinisiatif melestarikan ritual cepet dari leluhur mereka kepada generasi penerus.
"Selain Kuda Lumping, juga ada Cepet atau tarian topeng. Dan sebelum tahun 1974, juga sudah mulai berlatih dan hiburan, selepas bekerja di perkebunan kelapa sawit. Akhirnya pada tahun 1974 berdirilah sanggar seni cepet Purwajati, dan sanggar seni Kuda Lumping Fajar Muda pada tahun 1975, yang sebelumnya pada tahun 1971 bernama sanggar seni Kuda Lumping Fajar.
Baca Juga: Panen Melon di Sukabumi, Ayep Zaki Bahas Manfaat Greenhouse untuk Petani
Kemudian, kata Lamijan, pada tahun 1990 an, banyak berdiri sanggar seni kuda lumping di Kecamatan Ciracap. Dan baru pada tahun 2010, pentas Cepet dan Kuda Lumping menjadi idola hiburan bagi warga Pajampangan. "Banyak yang hajatan syukuran pernikahan, sunatan, dan acara lainnya yang menampilkan pentas Kuda Lumping dan Cepet," ujarnya.
Dari sekedar hiburan rakyat, lanjut Lamijan, saat ini sudah ada apresiasi terhadap kesenian tradisional Cepet dan Kuda Lumping, banyak warga yang mengadakan syukuran pernikahan, sunatan dan acara lainnya, yang mengundang kami untuk pentas, tentunya dengan bayaran atau tarif yang disesuaikan.
Dalam wilayah Kecamatan Ciracap, tarif rata-rata Rp5 juta lebih, tinggal main saja, sudah termasuk sound system, dan keperluan pentas yakni sesajen. Sedangkan untuk luar Kecamatan Ciracap, tinggal tambah transportasi saja, bisa dinego.
Baca Juga: Sudah Firasat? Curhat Wanita Sukabumi yang Tewas Dianiaya Anak Anggota DPR
Menurutnya sebelum tampil yang harus disediakan sesajen berupa kembang kenanga, soka, mawar merah, mawar putih, minyak duyung, kemenyan, air kelapa, padi, pisang raja bulu, pisang ambon, teh manis, teh pahit, kopi manis, kopi pahit, air bening, daun dadap, telur ayam kampung dan kinangan daun sirih.
"Anggota sanggar sebanyak 40 orang lebih yang terdiri dari penari, pemain gamelan dan pawang. Adapun berbagai kreasi tari dipertunjukkan ada Tari Cepet, Bendrong dan Tari Baladewa," imbuhnya.