SUKABUMIUPDATE.com - Kasus dugaan Bullying atau perundungan terhadap siswa kelas III Sekolah Dasar (SD) swasta di Cikole, Kota Sukabumi akhirnya berakhir damai usai mediasi yang difasilitasi oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Sukabumi.
Proses mediasi tersebut dilakukan di lingkungan sekolah terkait yang langsung dihadiri semua pihak terkait meliputi Dinas Pengendalian Penduduk. Keluarga Berencana, Perlindungan Perempuan dan anak (DP2KBP3A), korban dan orang tuanya, dua terduga pelaku dan orang tuanya, Pihak Sekolah, Komite Sekolah dan UPTD PPA, pada Kamis (28/9/2023).
Selama proses mediasi, DS (43 tahun) orang tua korban menceritakan semua dugaan perundungan itu yang ia ketahui dari anaknya. Ia mengatakan sebelumnya sang anak sempat ketakutan untuk menceritakan hal tersebut.
"Anak saya berungkali kali bilang takut ayah marah. (Saat itu) kita datang ke PPA, setelah itu hasil dari pertemuan Pak Dikdik akan datang ke sekolah melihat sosialisasi anak saya dengan dua anak terduga pelaku. Kejadian itu meski anak sudah akur tapi permasalahan itu tidak selesai sampai di situ," ujar DS kepada sukabumiupdate.com pada Kamis (28/9/2023).
Baca Juga: Ayah Sebut Anaknya Trauma, Siswa SD di Sukabumi Di-Bully hingga Patah Tulang
"Saya tanya ke anak benar di dorong sama siapa? Terus kenapa nggak bilang? Takut katanya. Ini sudah terjadi. Kita sudah ceritakan semuanya, hari ini ada tujuan lain (menyelesaikan masalah)," sambungnya.
Pihak sekolah, Agustuna Dede Mite akhirnya buka suara terkait adanya dugaan perundungan tersebut, sebelumnya ia mengatakan permohonan maafnya atas ketidakcermatan pihaknya terhadap apa yang dibutuhkan oleh orang tua korban.
"Saya mohon maaf bahwa kurang cermat dan peka atas apa yang dibutuhkan oleh orang tua L. Dalam proses terakhir, itu kami bergulat berkomunikasi baiknya bagaimana untuk melakukan tindakan selanjutnya. Ada niat mempertemukan seperti ini, tapi mengingat kondisi emosi waktu itu akhirnya saya mengurungkan niat sambil menunggu waktu untuk bisa mendapatkan waktu terbaik dan akhirnya keterlambatan itu yang menambah atau memperkeruh (permasalahan)," kata Dede.
Ia mengaku sebelumnya tak tahu adanya kasus dugaan perundungan itu. Kendati demikian Pihaknya sempat menyambangi kediaman korban dan membujuknya untuk kembali bersekolah. "Jujur memang saya tidak mendapatkan berita yang sesungguhnya, Ini menjadi pembelajaran yang baik untuk kami pihak sekolah terutama," ucapnya.
Baca Juga: Kak Seto Soal Kasus Bullying Siswa SMP Cilacap: Pelaku Harus Diberi Efek Jera
Menurutnya, dalam hal penjagaan dan pengawasan terhadap anak, tidak cukup dilakukan hanya oleh pihak sekolah saja, melainkan semua untur yang ada di lingkungan anak harus ikut terlibat dalam pengawasan.
"Kami juga tidak mengatakan bahwa kami yakin seyakin-yakinnya kami akan menjaga, menjami keamanan anak-anak selama berada di sekolah, berusaha semampu kami, tapi ternyata ada juga kejadian seperti ini, karena kami juga ada keterbatasan, guru sekian, anak sekian," tuturnya.
Kemudian, ia berharap setelah proses mediasi ini selesai, ketiga anak yang terlibat dalam dugaan perundungan ini dapat kembali menjalin pertemanan. "Harapan kami semua bapak-ibu guru untuk L, J dan K itu tetap dapat menjadi teman-teman yang baik," kata dia.
Sementara itu, tenaga ahli Psikolog UPTD PPA Kota Sukabumi, Dikdik Hardy mengatakan hasil dari proses mediasi itu berjalan baik dan semua unsur yang terlibat bersikap legowo dan menerima untuk saling memperbaiki diri.
"Hasilnya alhamdulillah baik, semua pihak legowo untuk menerima dan saling memperbaiki diri walaupun pada akhirnya seperti itu, harus ada komunikasi apapun itu yang ujungnya ke arah perbaikan," kata Dikdik.
Baca Juga: 14 Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua untuk Mempersiapkan Masa Depan Anak
Kemudian ia juga mengungkapkan dalam proses mediasi itu terungkap bahwa tidak ada yang mengetahui persis kejadian dugaan perundungan tersebut. "Yang benar adalah kejadian itu tidak ada yang tahu persis," ujarnya.
"Yang paling menarik ketiga anak ini pola asuhnya tidak bermasalah, baik-baik saja. Satu sama lain menunjukkan rasa care (peduli) walaupun berproses dengan kondisi emosi naik turun dan ketidakpastian," pungkasnya.