SUKABUMIUPDATE.com - Musim kemarau panjang membuat Sungai Ciletuh mengering dan retak-retak. Sungai di kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi ini menjadi andalan warga Kecamatan Ciemas, Waluran, dan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Masyarakat biasa memanfaatkan Sungai Ciletuh untuk pertanian, mencuci, mandi, saat kemarau.
Selama kemarau, warga turun ke Sungai Ciletuh untuk keperluan mandi dan mencuci. Beberapa di antaranya mengangkut air dari sungai ini menggunakan sepeda motor, memasang mesin sedot atau menggunakan pipa. Warga memanfaatkan Sungai Ciletuh yang membelah Desa Caringinnunggal (Kecamatan Waluran) dan Desa Tamanjaya (Kecamatan Ciemas).
"Sudah biasa saat musim kemarau panjang sumur warga mulai mengering sehingga pasti mereka mengambil air ke Sungai Ciletuh," kata Agus (42 tahun) warga Desa Caringinunggal kepada sukabumiupdate.com, Senin (25/9/2023).
Menurut Agus, saat ini air di Sungai Ciletuh juga menurun drastis, bahkan sebagian dasar sungai terlihat mengering dan retak. Kondisi ini jauh berbeda dengan tahun sebelumnya atau saat kemarau panjang 2019. Ketika itu debit air Sungai Ciletuh masih banyak dan menutupi dasar sungai. Pada 2018, bendungan Sungai Ciletuh dikeruk karena pendangkalan.
Baca Juga: Sungai Ciletuh Meluap Rendam Jalan Penghubung Dua Desa di Sukabumi
Pengerukan itu merupakan pemeliharaan berkala dari Dirjen Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). "Saat itu sampai kedalaman 4 meter dengan panjang sekitar 400 meter," ungkapnya.
"Bendungan Ciletuh ini mengalir ke beberapa desa di Kecamatan Ciracap, Ciemas, hingga bermuara di Pantai Palangpang dan Pantai Cikadal, Kecamatan Ciemas. Sumber air (Sungai Ciletuh) dari hutan Puncak Buluh dan Pasirpiring," katanya.
Kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi atau lengkapnya Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp) tersebar di 74 desa di delapan kecamatan di selatan Kabupaten Sukabumi yakni Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Waluran, Ciemas, Ciracap, dan Surade.