Kini Airnya Surut, Situ Gunung Sukabumi dalam Cerita Mbah Jalun dan Gunung Purba

Kamis 21 September 2023, 11:17 WIB
Kondisi surutnya danau Situ Gunung di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Rabu, 20 September 2023. | Foto: SU/Asep Awaludin

Kondisi surutnya danau Situ Gunung di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Rabu, 20 September 2023. | Foto: SU/Asep Awaludin

SUKABUMIUPDATE.com - Bencana alam kekeringan telah mematikan salah satu keindahan alam di kawasan Situ Gunung, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Danau di objek wisata dengan ketinggian 1.100-an meter di atas permukaan laut (MDPL) ini surut hingga 70 persen sejak dua bulan terakhir.

Padahal, air di telaga itu biasanya berkelindan indah dengan eksotisnya hutan damar dan menjadi ikon pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Tak diketahui pasti bagaimana danau ini terbentuk, namun cerita Mbah Jalun dan letusan gunung api purba menjadi dua hal yang bisa dibahas.

Pantauan reporter sukabumiupdate.com di lokasi, Rabu, 20 September 2023, air danau Situ Gunung mengalami penyusutan sekitar lima meter dari bibir danau. Selain itu, tanah yang mengering terlihat bermunculan seperti pulau-pulau baru. Puluhan sampan pun bersandar di tepi danau seluas 7,6 hektare tersebut.

Baca Juga: Air Situ Gunung Sukabumi Mengering, 100 Hektar Lahan Pertanian Terancam

Mbah Jalun dan Gunung Api Purba

Situ Gunung sudah dikenal sejak dulu, baik karena legendanya maupun aktivitas penelitian dan wisatanya. Pada 1881, Situ Gunung sudah menjadi perkebunan yang cukup besar. Bahkan dalam Java-bode (surat kabar yang diterbitkan di Batavia, Hindia Belanda) edisi 30 November 1888, Situ Gunung sudah disebut sebagai danau yang indah atau mooi bergmeer. Situ Gunung memiliki pemandangan danau yang indah di bawah kaki Gunung Gede Pangrango dan telah dikenal dengan transportasinya yang terjangkau.

Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan fasilitas di danau Situ Gunung saat itu sudah cukup lengkap. Kano dan rakit dapat disewa untuk mengelilingi danau karena telaga gunung seluruhnya berada di kawasan hutan lindung, sehingga airnya tidak tercemar dan bersih. Hanya bagian tengah Situ Gunung yang cocok untuk berenang karena masih banyak tanaman air di pinggir danau yang harus dibersihkan. "Situ Gunung dikenal indah," kata Irman kepada beberapa waktu lalu.

Keberadaan danau Situ Gunung tak terlepas dari sosok Mbah Jalun yang kerap dibicarakan warga setempat. Konon, danau ini dibuat oleh bangsawan Mataram bernama Mbah Jalun yang buron ke wilayah Priangan dan menetap di lereng Gunung Gede. Mbah Jalun adalah nama yang disematkan kepada Raden Rangga Jagad Syahadana atas nama anaknya, Jaka Lulunta. Mbah Jalun diperkirakan hidup pada 1770-1841. Menurut Irman, Mbah Jalun mengeruk tanah di Situ Gunung menggunakan kulit kerbau hingga menjadi danau.

"Itu dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur atas kelahiran anaknya yang bernama Jaka Lulunta," ucap Irman yang juga Ketua Yayasan Dapuran Kipahare.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya, Irman mengatakan masih ada keturunan Mbah Jalun yang hidup di kawasan Situ Gunung. Sebagian warga juga mempercayai cerita Mbah Jalun yang berhasil selamat dari hukuman gantungan Belanda di Alun-alun Cisaat pada 1814, lalu melarikan diri ke Bogor. Mbah Jalun memang dikenal ikut pergerakan perjuangan.

Masih menjadi polemik apakah kisah Mbah Jalun hanya legenda atau nyata. Virendra Nath Misra dan Peter Bellwood dalam bukunya "Recent Advances in Indo-Pacific Prehistory" menyebutkan bahwa sedimentasi di danau Situ Gunung dimulai hampir 8.000 tahun lalu. Alhasil, sejarah vegetasi yang tercatat di sana seluruhnya berada pada masa Holosen.

Irman yang sudah menulis beberapa buku tentang Sukabumi, salah satunya "Soekaboemi the Untold Story", mengatakan nama Situ Gunung sendiri mirip dengan danau Tasikardi di Banten, yang dibuat untuk keluarga kerajaan dan pengairan. Dalam "Poesaka-Soenda" keluaran 1922, dijelaskan tasik berarti situ atau talaga, sedangkan ardi artinya gunung. Sementara Situ Ardi merupakan danau buatan.

Wawancara terpisah, tokoh masyarakat setempat, Ki Padugala, mengatakan Mbah Jalun datang ke wilayah Priangan setelah terpisahnya Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian: Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesultanan Surakarta.

Tak dipungkiri ada pengaruh adu domba Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dalam perpisahan tersebut. Selama di Priangan, Mbah Jalun kerap berpindah dari satu gunung ke gunung lainnya. Hingga satu waktu bertemu wanita bernama Nyi Neglasari atau Nyi Layung Koneng di wilayah Goalpara. "Mbah Jalun menikah dengan Nyi Layung Koneng lalu pindah ke Situ Gunung," kata Ki Padugala.

Selaras dengan Irman, Ki Padugala menyebut Mbah Jalun membuat danau Situ Gunung menggunakan kulit kerbau hingga berbulan-bulan untuk menyambut kelahiran putranya.

Kepala Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Situ Gunung Asep Suganda tahun lalu mengamini soal berkembangnya cerita Mbah Jalun di masyarakat. Dia juga memperoleh kisah tersebut dari tokoh bermana Abah Oji yang meninggal pada 2019. Asep yang kurang lebih sudah 25 tahun bertugas di kawasan Situ Gunung mengatakan danau Situ Gunung dibuat Mbah Jalun supaya mengalirkan air ke perkampungan di bawahnya. Menurut penuturan Abah Oji kepada Asep, Mbah Jalun beragama Islam.

Belum bisa dipastikan apakah sosok Mbah Jalun adalah nyata atau hanya personifikasi. Sebab, hingga saat ini belum ada bukti autentik atau penelitian secara khusus yang bisa membuktikan keberadaannya. Terlebih lagi untuk membuktikan apakah danau Situ Gunung dibangun oleh Mbah Jalun atau terbentuk dengan sendirinya. Asep menyebut sampai sekarang tidak ada yang mengetahui di mana makam Mbah Jalun. "Untuk membuktikan sosok Mbah Jalun perlu penelusuran lebih jauh," kata Asep.

Terlepas cerita Mbah Jalun, Asep Suganda mengatakan adanya kemungkinan danau Situ Gunung adalah bekas kawah gunung api purba yang meletus dan cekungannya membentuk danau seperti saat ini. Pasalnya, kata Asep, terdapat jenis batuan vulkanik di sekitar danau Situ Gunung. Kemudian ada pula lapisan pasir yang menandakan bekas letusan gunung. Namun kembali, Asep menyebut belum ada pembuktian secara ilmiah terkait kemungkinan tersebut. "Belum ada riset sampai ke sana," ucap dia.

Keindahan dan keunikan Situ Gunung membuat sejumlah peneliti dunia tertarik mendatangi kawasan ini. Beberapa peneliti yang pernah datang ke Situ Gunung adalah Caspar Georg Carl Reinwardt (1819), Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn (1839), Johannes Elias Teijsmann (1839), Alfred Russel Wallace (1861), Sijfert Hendrik Koorders (1880), Melchior Treub (1891), Dr Van Leuweun (1918), Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis (1920), dan Hindelbrand. Mereka meneliti tentang alam baik flora maupun faunanya.

Pada 1933, ada kunjungan orang Batavia yang tergabung dalam program Natuur Historische Vereeniging. Lalu pada Juni 1934, seorang naturalis bernama Max Bartels membuka resort Situ Gunung yang disewa dari pemerintah. Resort ini dilengkapi bungalo dan wisata air baru, sekaligus jalan Situ Gunung supaya bisa dimasuki roda empat. Bartels juga menanam sejumlah besar ikan muda serta ikan induk, terutama ikan mas galicia, tawes, gurami, dan banyak spesies lainnya.

Sebulan kemudian, terjadi kecelakaan saat pesta malam venesia dengan menggunakan perahu. Sejumlah perahu terbalik sehingga beberapa orang tenggelam dan dirawat di rumah sakit. Selanjutnya pada Oktober 1934, dilakukan selametan yang dihadiri bupati dan asisten residen, dengan menurunkan 160 rakit dan di-film oleh The People of the Java Pacific Film Comp. Hingga kini, Situ Gunung masih menjadi tempat yang indah dan terjaga.

Mengutip penjelasan di gedepangrango.org, Max Bartels lahir di Pasir Datar, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, pada 7 Juni 1902, sebagai anak pertama dari Max Eduard Gottlieb Bartels. Max Bartels dikenal telah menyukai berburu sejak kecil dan mendapatkan pendidikan Eropa. Pada Mei 1932, Max Bartels mendapatkan gelar Dr/PhD dari Bern Switzerland dalam bidang Zoology. Keluarga Bartels adalah penemu Elang Jawa yang juga telah menemukan 21 spesies baik berupa burung, kelelawar, dan tikus.

Baca Juga: Situ Gunung Sukabumi: Kisah Mbah Jalun, Gunung Api Purba, hingga Wisata Dunia

Situ Gunung dan Pemanfaatannya

Semula Situ Gunung masuk ke kawasan Cagar Alam Cimungkad yang diresmikan pada 1889. Cimungkad sendiri saat ini dikenal sebagai kawasan konservasi Elang Jawa yang masuk ke wilayah Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Saat itu sejumlah peneliti flora dan fauna, termasuk dari Belanda, datang ke Cagar Alam Cimungkad. Ini dibuktikan lewat beberapa foto zaman Belanda yang diarsipkan. Pada 1928, Belanda disebut menjadikan Situ Gunung sebagai waterpark atau taman air.

Seiring berjalannya waktu, Asep Suganda mengatakan pada 1977, Cagar Alam Cimungkad dan Cagar Alam Cibodas di Cipanas, Kabupaten Cianjur, ditetapkan sebagai zona inti Cagar Biosfer Cibodas oleh UNESCO. Baru pada 6 Maret 1980, Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) lewat Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 736/Mentan/X/1980 dengan luas 15.196 hektare yang meliputi tiga kabupaten: Cianjur, Sukabumi, dan Bogor.

Pada 2003, TNGGP mengalami perluasan lahan menjadi 21.975 hektare. Ini disebabkan zona penyangga (hutan produksi) di TNGGP ikut ditetapkan sebagai taman nasional lewat Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 174-KPTS/II/2003. Resort Situ Gunung sendiri dengan luas 2.093 hektare menjadi bagian dari TNGGP. Luas Situ Gunung tersebut sudah mencakup danau, hutan damar, Curug Sawer setinggi 35 meter, dan beberapa spot lainnya yang kini menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Sukabumi maupun Jawa Barat.

Asep mengatakan, dari 2.093 hektare total lahan Situ Gunung, hanya 222 hektare yang ditetapkan sebagai zona pemanfaatan. Ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Aturan ini menyebut taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi.

Kawasan pelestarian alam, termasuk taman nasional, mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan taman nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai keperluan. Dalam zona pemanfaatan, dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.

"Zona pemanfaatan yang 222 hektare ini berada di ketinggian 1.050 hingga 1.200 MDPL," kata Asep.

Sementara zona inti Situ Gunung berada di dekat puncak Gunung Gede dan Pangrango. Di zona inti, setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.

Berdasarkan data pada 1980-an, Asep mengatakan luas danau Situ Gunung mencapai 12 hektare. Namun, munculnya sedimentasi serta tumbuhnya rumput dan ganggang, mengakibatkan danau ini menyempit menjadi kurang lebih hanya 7,6 hektare dengan kedalaman maksimal tiga meter. Luasan danau tersebut menjadi bagian dari pembukaan lahan di zona pemanfaatan yang diizinkan. Sebab dari 222 hektare zona pemanfaatan, hanya 10 persen (22,2 hektare)--termasuk konsesi swasta--yang bisa digunakan sebagai fasilitas wisata.

"Tujuannya supaya alam tetap seimbang dan tidak membuka tutupan lahan seluas-luasnya," ucap Asep.

Hingga saat ini, Situ Gunung menjadi objek wisata yang diupayakan masih terjaga kelestariannya. Bahkan, beberapa satwa liar endemik gunung Gede Pangrango seperti macan tutul, babi hutan, landak, kijang, rusa, hingga beberapa jenis burung, reptil dan serangga unik lainnya, terlihat di kawasan Situ Gunung. Ini terabadikan oleh camera trap yang dipasang per enam bulan. "Ada 300 hingga 500 foto," kata Asep.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkait
Berita Terkini
Science22 November 2024, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 22 November 2024, Siang Hari Turun Hujan

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024.
Ilustrasi Hujan. Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024. (Sumber : Pixabay)
Sukabumi Memilih21 November 2024, 22:29 WIB

Dukungan Istri, Dibalik Optimisme Asep Japar Menjemput Kemenangan Pilkada Sukabumi

Asep Japar, calon bupati Sukabumi nomor urut 2, melangkah dengan penuh semangat dalam menghadapi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Sukabumi
Asep Japar dan istri | Foto : Sukabumiupdate
Sehat21 November 2024, 21:00 WIB

7 Penyebab Gagal Jantung Sisi Kiri : Simak Diagnosis dan Cara Penanganannya

Gagal jantung sisi kiri terjadi ketika ventrikel kiri jantung tidak bisa memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
Ilustrasi gagal jantung sebelah kiri (Sumber : Freepik/@wayhomestudio)
Jawa Barat21 November 2024, 20:40 WIB

Gempa Beruntun Guncang Cianjur, Sejumlah Gedung Sekolah Dilaporkan Rusak

Gempa tektonik terjadi secara beruntun, Kamis 21 November 2024. Warga yang merasakan getaran gempa itu pun terbatas wilayahnya yaitu Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gempabumi Cianjur, Kamis (21/11/2024) | Foto : Pixabay
Sukabumi21 November 2024, 20:18 WIB

Sempat Tertutup Longsor, Akses Ke Pondok Halimun dan Goalpara Sukabumi Kembali Normal

Dua bencana longsor terjadi dampak hujan deras di Kabupaten Sukabumi. Longsor dan pohon bambu tumbang di jalan menuju wisata Pondok Halimun di Kecamatan Sukabumi, dan longsor di jalan Cisarua - Goalpara, Kecamatan Sukaraja.
Longsor di Jalan Pondok Halimun, Kecamatan Sukabumi | Foto : Istimewa
Food & Travel21 November 2024, 20:00 WIB

Wisata Populer di Banten, Kamu Harus Kunjungi 5 Tempat Ini Saat Liburan!

Dengan beragam pilihan destinasi, mulai dari pantai yang eksotis hingga peninggalan sejarah yang kaya, Banten mampu memanjakan setiap wisatawan.
Pulau Peucang, Banten memang menyimpan segudang pesona wisata yang sayang untuk dilewatkan, terutama saat liburan. (Sumber : tnujungkulon.menlhk.go.id)
Sehat21 November 2024, 19:30 WIB

Gagal Jantung Sisi Kiri : Ketahui Jenis dan Gejalanya

Gagal jantung sisi kiri adalah kondisi di mana sisi kiri jantung tidak mampu memompa darah dengan efisien ke seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan darah menumpuk di paru-paru dan menimbulkan gejala seperti sesak napas.
Ilustrasi gagal jantung sisi kiri (Sumber : Freepik/@msgrowth)
Food & Travel21 November 2024, 19:00 WIB

Pesona Sunset dan Pasir Putih, Wisata Pantai Santolo Garut HTM Cuma Rp10.000!

Pantai Santolo Garut memiliki pasir putih yang lembut dan bersih, yang sempurna untuk berjemur dan bermain air.
Sunset di Pantai Santolo Garut. Foto: IG/ummifatravelling
Sukabumi21 November 2024, 18:46 WIB

Kesurupan Massal Ratusan Karyawan PT GSI Cikembar Sukabumi

Peristiwa kesurupan massal menggemparkan PT Glostar Indonesia (GSI) I Cikembar, Kamis (21/11/2024) pagi. Ratusan karyawan di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Pelabuhan II, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Ratusan karyawan GSI Cikembar Sukabumi kesurupan massal | Foto : Istimewa
Entertainment21 November 2024, 18:30 WIB

Profil Girl Grup 2NE1 yang Bakal Konser Dua Hari di Jakarta

Girl grup asal YG Entertainment, 2NE1 akan menggelar konser di Indonesia bertajuk WELCOME BACK selama dua hari, pada 22 dan 23 November 2024 di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta.
Profil Girl Grup 2NE1 yang Bakal Konser Dua Hari di Jakarta(Sumber : Instagram/@_minzy_mz)