SUKABUMIUPDATE.com - Ratusan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insani yang berlokasi di jalan Karamat, Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, terlantar usai guru melakukan aksi mogok mengajar. Akibatnya proses kegiatan belajar mengajar pun harus terhenti.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, aksi mogok mengajar yang dilakukan oleh puluhan guru itu dilatarbelakangi adanya pemecatan yang sepihak oleh pihak Yayasan terhadap tiga orang dewan guru atau manajemen sekolah. Ketiga orang tersebut yakni Muhammad Deni Irawan, Herra Taufik dan Dini Anggraeni.
Kepada sukabumiupdate.com, Herra Taufik mengungkapkan bahwa aksi mogok mengajar yang dilakukan oleh para guru itu dilakukan secara sukarela tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak manapun.
"Per Tanggal 25 Agustus 2023 kemarin hari Jumat diberhentikan dengan dikeluarkannya SK (Surat Keputusan), atas dasar itu kemudian guru-guru yang memiliki rasa perasaan terhadap kami yang selama ini membimbing mereka, atas dasar itulah mereka bergerak tanpa ada paksaan, tanpa ada dorongan dari kami, kemudian mereka melakukan aksi sehingga bergeraklah aksi hari ini mereka tidak melakukan belajar mengajar sebagaimana mestinya," kata Herra, Senin (28/8/2023).
Baca Juga: Tuntutan Dipenuhi, Guru Honorer Kabupaten Sukabumi Hentikan Aksi Mogok Mengajar
Selain itu, lanjut dia, pemecatan yang dilakukan oleh Yayasan itu dilakukan secara sepihak dan tanpa alasan yang jelas. Berdasarkan keterangan yang didapatnya dari pihak Yayasan, bahwa pemecatan ini dilakukannya atas dasar tidak adanya komunikasi yang baik antara dewan guru dengan pihak yayasan.
"Saya mengatakan permasalahan ini, kenapa kami diberhentikan itu (kata pihak yayasan) atas dasar komunikasi yang dibangun kurang baik," kata dia.
Herra berasumsi bahwa ada dua kemungkinan yang dimaksud oleh pihak yayasan terkait komunikasi kurang baik itu, diantaranya ketika acara kelulusan SMA dan pada saat pihak sekolah tidak dilibatkan dalam rapat yang membahas tentang kebijakan-kebijakan sekolah.
"Yang pertama adalah acara kegiatan wisuda SMA kami tidak menghadiri itu, kemudian dewan kualitas beserta yayasan dan ada unsur TU menyampaikan bahwa kami tidak menghargai undangan dari pihak SMA kemudian kalau lah pihak manajemen (sekolah) ada disini kami akan marah-marahi bahasanya seperti itu," ungkapnya.
"Kemudian kejadian kedua, adalah permintaan dari yayasan kepada komite untuk bertemu tanpa sepengetahuan pihak sekolah yang notabene dalam rapat itu akan dibahas tentang kebijakan-kebijakan sekolah, maka sepantasnya yang hadir di situ juga adalah pihak sekolah, tapi sebelum itu ada bahasa kepada komite bahwa sekolah tidak berkoordinasi dengan yayasan terhadap anggaran KBM yang disampaikan kepada orang tua," sambung dia.
Terpisah, para orang tua siswa yang protes akibat anaknya terlantar dan tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya menuntut pihak yayasan untuk mencabut SK yang dikeluarkannya kepada tiga dewan guru tersebut.
"Saya sebagai orang tua siswa disini harapannya hanya satu, kembalikan kegiatan belajar mengajar seperti semula, dari tadi kita bicara bahwa, clue nya cuman satu dari tadi kita bicara bahwa kembalikan 3 orang yang sudah di PHK secara sepihak dan secara otomatis ketika mereka dikembalikan kegiatan belajar mengajar pun akan berjalan, termasuk kembalinya ustadz ustadzah yang 40 orang, kita minta pemenuhan itu aja," ujar Irwansyah salah satu orang tua siswa di sekolah.
Lebih lanjut ia mengaku bahwa mendapatkan kabar guru mogok mengajar ini mendadak dari grup media perpesanan whatsapp.
"Ini cukup mendadak yah, pagi hari kami dapat info di grup wa itu sekitar jam 7 kurang 15 (06:45), kami dapat kabar waktu itu kegiatan belajar mengajar dihentikan karena ustadz dan ustadzahnya atau dewan guru dan sebagainya mogok mengajar dengan alasan karena adanya pemecatan sepihak dari pihak yayasan terhadap manajemen sekolah," tutur dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Roni Abdulrahman mengatakan bahwa sebelumnya Pihaknya banyak menerima aduan dari orang tua siswa yang mengatakan bahwa banyak anak-anak yang hadir di sekolah tapi tidak ada guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar.
"Kedatangan kami di sini dari Dinas Pendidikan katanya banyak laporan baik melalui telepon dan WA. Yang mana hari ini terjadi para ortu (orang tua) melaporkan bahwa anak-anak siswa SDIT Insani terlantar. Hadir ke sekolah tapi tidak ada guru di sekolah sehingga kami mencoba dari awal berkomunikasi mengirimkan utusan dari Disdik menyikapi permasalahan yang dilaporkan ortu ke Disdik," ucap Roni.
Adapun hasil dari pertemuan sementara yang dilakukannya bersama beberapa pihak terkait, Roni mengatakan bahwa pertemuan yang dilakukannya di sekolah belum tuntas dan akan dilanjutkan besok.
"Sementara sore ini kami datang tanpa diundang tetapi masih banyak ortu yang menelpon kami untuk bisa memfasilitasi atau memediasi pembicaraan atau musyawarah antara pihak yayasan dengan pihak orang tua siswa makanya kami hadir meskipun kami tidak diundang untuk bisa melihat seperti apa permasalahan yang terjadi dari kedua belah pihak," kata dia.
"Alhamdulillah meskipun belum tuntas secara benar-benar tuntas, insyaallah besok kami akan memediasi mereka, komunikas antara yayasan dengan pihak dewan sekolah termasuk komite sekolah," pungkasnya.