SUKABUMIUPDATE.com - Empat guru honorer SDN Cijoho di Kampung Puncak Jengkol RT 01/08 Desa Tegalbuleud, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, terpaksa diberhentikan sementara. Keputusan ini diambil lantaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membayar upah mereka tidak ada.
Kepala SDN Cijoho, Sugandi, menyebut dirinya baru bertugas di sekolah ini pada Juli 2023 dan proses serah terima jabatan dengan kepala sekolah sebelumnya dilakukan satu bulan berikutnya atau Agustus. Ketika Sugandi menjabat Kepala SDN Cijoho, saldo rekening sekolah sudah dalam kondisi nol rupiah alias kosong.
Penyaluran dana BOS atau kini bernama Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) reguler 2023 dijadwalkan dua kali dalam setahun. Penyaluran dilakukan dua tahap yaitu paling cepat Januari dan Juli (masing-masing 50 persen). Tahun ini BOSP SDN Cijoho adalah Rp 50.400.000 per enam bulan atau Rp 100.800.000 per tahun.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Dana BOS, SMP Swasta di Sukabumi Ini Digeledah Jaksa
"Benar kami telah mengambil keputusan untuk memberhentikan sementara empat tanaga honorer (guru) karena kondisi keuangan yakni dana BOS untuk September, Oktober, November, dan Desember, tidak ada," Sugandi kepada sukabumiupdate.com pada Kamis (24/8/2023).
Sugandi mengatakan keputusan tersebut sudah disampaikan ke pihak komite sekolah dan wali murid dalam rapat bersama pada Kamis ini. Menurut Sugandi, semuanya paham terkait diberhentikannya empat guru honorer karena kondisi keuangan sekolah yang tidak memungkinkan membayar upah mereka tanpa dana BOSP.
"Keputusan ini diambil agar sekolah tidak punya beban, begitu juga kami yang baru bertugas di SDN Cijoho. Kalau mempekerjakan mereka berarti kepala sekolah yang harus bayar. Sementara ini kami akan mengoptimalkan guru yang ada yaitu satu PNS dan satu lagi PPPK," ujar dia.
Baca Juga: Kronologi Penangkapan Oknum PNS Pemilik 25 Gram Sabu di Sukabumi
SDN Cijoho berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) memiliki 112 siswa untuk kelas I hingga VI. Selain itu, ada lima siswa yang belum masuk Dapodik dan masih proses peng-input-an. Dengan jumlah siswa tersebut, sekolah ini punya enam guru: empat honorer, satu Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan satu Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Kini, SDN Cijoho hanya memiliki dua guru, setelah empat orang yang berstatus honorer diberhentikan. Keempatnya adalah Yulianti (mulai mengajar tahun 2011), Eman Sulaeman (mulai 2016), Ar Suryani (mulai 2020), dan Samsul (mulai 2020). Dua guru yang tersisa saat ini harus mengajar masing-masing tiga kelas.
Ketua Komite SDN Cijoho, Budin, memaklumi keputusan sekolah yang terpaksa memberhentikan sementara empat guru honorer. Namun, kata dia, pihak komite sekolah akan mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan keberlangsungan kegiatan pembelajaran para siswa, salah satunya dengan urunan.
Baca Juga: Warung Milik Warga Jayaniti Kota Sukabumi Dirusak OTK
"Kepala sekolah yang sekarang memang tidak salah mengambil keputusan seperti itu. Kami juga akan mengambil langkah untuk menyelamatkan keberlangsungan belajar anak-anak agar ada yang membimbing. Rencana kami mau udunan (urunan) untuk membayar honor mereka," ujar dia.
Empat guru honorer yang mulai diberhentikan sejak September dan rencananya sampai Desember 2023 ini menerima upah berbeda mulai Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu per bulan.
Salah satu guru honorer, Eman, mengaku tidak masalah jika dirinya tetap mengajar meski tidak dibayar selama empat bulan. Eman sendiri sudah mengabdi di SDN Cijoho selama kurang lebih tujuh tahun. "Kalau masih diberi kesempatan, kami akan tetap mengajar, kasihan anak-anak. Masalah honor tidak jadi masalah, insya Allah ikhlas," katanya.
Baca Juga: 12 Tips Bahagia Meskipun Hidup Sendirian, Dijamin Tak Kesepian!
Selain persoalan guru honorer, SDN Cijoho juga memiliki beberapa ruangan yang sudah rusak berat. Ada sembilan ruangan di sekolah ini, di mana empat digunakan belajar, satu ruang guru sekaligus kantor, satu perpustakaan, satu gudang, dan dua lainnya adalah ruang kelas yang sudah rusak parah sehingga tidak dipakai. SDN Cijoho juga memiliki toilet, namun tidak berfungsi lantaran rusak dan tidak tersedia air. Sementara ini empat ruang kelas yang ada digunakan belajar oleh siswa kelas I hingga VI .