SUKABUMIUPDATE.com - Calon lokasi dibangunnya titik nol kilometer Kabupaten Sukabumi yakni Alun-alun Palabuhanratu di Jalan Siliwangi ternyata memiliki catatan sejarah yang menarik. Selain akan berfungsi sebagai penanda geografis wilayah di waktu yang akan datang, tempat ini juga memiliki nilai filosofi yang sudah ada sejak dulu.
Hal itu diungkapkan pengamat sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah. Irman mengatakan titik nol kilometer yang nantinya akan berdiri tugu setinggi tiga meter bernama Monumen Swasti Saba Kabupaten Sukabumi tersebut adalah lokasi pemberhentian kuda pos di zaman Herman Willem Daendels (Gubernur Hindia Belanda pada 1808-1811) yang berkembang dengan keberadaan garnisun militer dan pesanggrahan (peristirahatan pejabat).
Irman juga menilai pemilihan Alun-alun Palabuhanratu sebagai titik nol kilometer Kabupaten Sukabumi sudah tepat karena lokasi ini merupakan pusat administratif pemerintahan lokal. Pemilihan ini juga seiring sejalan dengan perpindahan ibu kota Kabupaten Sukabumi dari yang asalnya di wilayah Kota Sukabumi menjadi di Kecamatan Palabuhanratu.
"Alun-alun itu kebetulan di zaman Daendels adalah tempat peristirahatan kuda pos. Alun-alun juga memiliki pesanggrahan (rumah peristirahatan). Termasuk ada Pendopo yang menjadi pusat administratif Kabupaten Sukabumi," kata Irman yang juga penulis buku "Soekaboemi the Untold Story" kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (19/8/2023).
Baca Juga: Guling Munding dan Kekejaman Burnaby Lautier Bangun Jalan Kerbau di Sukabumi
Irman mengungkapkan keberadaan alun-alun sebagai pusat pemerintahan juga tidak terlepas dari konsep alun-alun Macapat sebagai pusat spasial kota dengan empat arah mata angin.
Irman yang merupakan Ketua Yayasan Dapuran Kipahare juga membahas bagaimana persebaran masyarakat Islam di wilayah Palabuhanratu yang saat ini tempatnya menjadi calon lokasi titik nol kilometer Kabupaten Sukabumi. Cerita ini terjadi saat pasukan Dipati Ukur gagal menyerang Batavia. Sebagian dari mereka yang diancam hukuman oleh Sultan Agung Mataram kemudian melarikan diri ke Palabuhanratu.
"Pasukan Dipati Ukur menyerang Batavia atas perintah Sultan Agung Mataram. Tapi mereka gagal melakukan penyerangan sehingga akan dihukum dan melarikan diri ke arah Banten, kemudian ke Palabuhanratu. Akhirnya pasukan Dipati Ukur itu tinggal di Palabuhanratu dan berkembang menjadi entitas Kampung Kaum, tidak jauh dari dermaga baru yang sekarang disebut Dermaga Gadobangkong. Jika merujuk pantun Bogor, ada pula entitas masyarakat yang berkumpul di wilayah Cidadap (Kecamatan Simpenan), namun di zaman kolonial keramaiannya berpindah ke alun-alun sekarang dan menyebar," ujar dia.
Sebelum dipilih Alun-alun Palabuhanratu, Irman menyebut ada empat lokasi lain yang juga memiliki nilai sejarah dan menjadi calon titik nol kilometer Kabupaten Sukabumi. Keempat lokasi tersebut adalah Cidadap, kaki Gunung Jayanti, Gadobangkong, dan Karang Pamulang.
"Tapi hasil dari kajian ternyata yang paling kuat itu di Alun-alun Palabuhanratu dibandingkan lokasi lain, meski yang lain juga ada nilai sejarahnya," kata Irman.
Rencana pembangunan titil nol kilometer Kabupaten Sukabumi ditandai dengan penancapan patok oleh Bupati Sukabumi Marwan Hamami yang ditemani jajaran perangkat daerah terkait hingga Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Yudha Sukmagara pada Kamis, 17 Agustus 2023.