SUKABUMIUPDATE.com - Pohon Santigi yang tumbuh di atas karang Santigi dan menjadi bagian dari zona Geopark Ciletuh Palabuhanratu Sukabumi. Berlokasi di kawasan pantai Ombak Tujuh, perbatasan antara Kecamatan Ciracap dan Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, kondisinya kini mati dan hancur (punah).
Hal tersebut diungkapkan penanggung jawab kegiatan susur pantai HUT RI ke-78, pengibaran bendera merah putih di Pantai Pulau Keris.
"Kita kehilangan salah satu spot biodiversity atau kekayaan hayati," ujar Beni Bunyamin kepada sukabumiupdate.com, Jumat (18/8/2023).
Beni menjelaskan, pada pertama kegiatan susur pantai 2015, Pohon Santigi yang eksotis ini masih tumbuh sumbur, dan merupakan penduh pantai Ombak Tujuh di Perbatasan Ciracap dan Ciemas, dan mulai dijarah sekitar tahun 2019.
Baca Juga: Disperkim: Tugu Nol Kilometer di Palabuhanratu Sukabumi Dibangun Tahun Ini
"Mulai pada tahun itu, ratusan pohon satu persatu ada yang menebang. Dan kini tersisa tinggal tunggulnya saja. Itupun ada beberapa tunggul yang dipahat, lalu diambil," tuturnya.
"Ini merupakan kabar duka, bagi dunia lingkungan," imbuhnya.
Santigi (pemphis acidula) merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh di daerah pesisir berkarang dan mempunyai tinggi rata-rata empat meter.
Karakter pohon tersebut memiliki batang berkelok dan bengkok, serta percabangan yang tidak teratur. Kulit batang berwarna abu-abu hingga cokelat tua dan bersisik (pecah-pecah).
Pohon tersebut memiliki daun tunggal dan tumbuh bersilangan, berwarna hijau pucat, berdaging tebal, berbentuk elips atau lonjong bulat telur, dengan panjang 1 hingga 3 sentimeter dan lebar 0,3 hingga 1 sentimeter.
Baca Juga: Sukakarya Dikukuhkan Sebagai "Kampung Bebas Narkoba" di Kota Sukabumi
Benyamin menuturkan, punahnya Pohon Santigi akibat ulah manusia-manusia yang serakah. Menurutnya, pohon-pohon santigi itu diambil secara berkala oleh mereka-mereka dengan alasan seni dan pemubudidayaan (dijadikan pohon bonsay).
"Siapa yang bertanggungjawab, saya sampaikan saat ini pada dunia, Santigi khas Pajampangan sudah punah," tandasnya.
Ia pun mengkritisi bahwa selama ini euforia Geopark hanya selesai pada acara-acara seremonial, sedangkan perawatan terhadap biodiversity yang langka sebagai ciri khas keragaman hayati di kawasan Geopark malah terabaikan.
"Lanjutkan saja ceremoni-ceremoni itu, dan plasma nutfah-plasma nutfah satu per satu yang ada hilang," ratap Benyamin.