SUKABUMIUPDATE.com - Kekeringan melanda dua kecamatan di Kota Sukabumi. Penyebabnya musim kemarau panjang dan adanya fenomena El Nino.
Berdasarkan data yang diperoleh BPBD Kota Sukabumi, dua kecamatan yang mulai mengalami kekeringan hingga krisis air bersih yaitu Kecamatan Lembursitu dan Kecamatan Cikole.
"Kekeringan di Kota Sukabumi sekitar 2 minggu ke belakang mulai ada riak-riak kebutuhan air bersih. Pertama di wilayah kecamatan Lembursitu, berlanjut kemarin terakhir kita membantu di wilayah Kecamatan Cikole," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Novian Rahmat Taufik kepada sukabumiupdate.com, Selasa (15/8/2023).
Krisis air bersih tersebut, kata Novian, akibat air di sumur galian milik warga mulai surut. Bahkan dalam sepekan kebutuhan air bersih mencapai 35 ribu liter.
"Memang di sumur-sumur mereka sudah tidak ada air atau dari PDAM tidak nyampe ke warga. Ada sekitar 3 sampai 4 kali dalam seminggu, kurang lebih sekitar 7 x 5000 total 35 ribu air yang di salurkan," ungkap dia.
Baca Juga: Sukabumi Mulai Kekeringan, 15 Ribu Liter Air Bersih Dikirim ke Padaasih
Selain itu menurut Novian, kekeringan lahan pertanian terjadi di wilayah pertanian warga di Kelurahan Subangjaya Kecamatan Cikole.
"Yang saya pantau secara kasat mata baru di wilayah Subangjaya. Saluran irigasinya kering sehingga ke pesawahannya kering. 5 hektare," ucap dia.
Novian menuturkan, terkait kondisi kekeringan di Kota Sukabumi dinilainya masih relatif aman dan dapat dikendalikan. Kendati demikian pihaknya terus berkoordinasi dengan intansi terkait sebagai upaya penanggulangan atas kondisi yang ada.
"Hasil koordinasi kami sebelumnya dengan PDAM, PUTR dan Pertanian. Kalau air bersih dominan lebih dominan dengan PDAM. Kalau irigasi persawahan lebih dominan dengan PUTR bidang SDA dan Pertanian," ucapnya.
"Wilayah kota masih dianggap relatif aman untuk masalah kekurangan air atau kekeringan ini. Saya juga umumkan barangkali ada rekan-rekan di wilayahnya krisis air bersih untuk segera melaporkan di Tanggap biar pihak PDAM segera membantu," tambahnya.
Adapun terkait puncak El Nino, kata Novian, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berada di bulan Agustus ini.
"Menurut perkiraan BMKG puncaknya di Agustus, September itu sudah mulai turun hujan. Memang kalau kemarin itu hujan masih ada, tapi di Juli Agustus, murni kering, hujan sekali-sekali di daerah atas, mudah-mudahan kemarau panjang tidak berkelanjutan," pungkasnya.