SUKABUMIUPDATE.com - Seekor paus yang belum diketahui jenisnya (sempat disebut paus kelabu abu-abu) terdampar di pesisir pantai Citepus Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, Rabu (9/8/2023). Butuh waktu 3 jam, untuk mengembalikan mamalia laut ini ke perairan teluk palabuhanratu.
Warga pesisir pantai citepus, dikejutkan dengan penampakan paus sepanjang 3 meter, terdampar di perairan dangkal. Paus yang diduga memiliki bobot hingga 3 kuintal lebih terdampar tersebut, terdampar di pantai di tengah ‘amukan’ gelombang tinggi perairan selatan Sukabumi.
Kasat Polairud Polres Sukabumi AKP Tenda Sukendar mengatakan saat ditemukan paus tersebut masih dalam kondisi baik namun mulai lemas. Ditemukan sejumlah luka-luka di bagian tubuhnya, diduga akibat gesekan pasir dan bebatuan pantai.
Baca Juga: Kaca PN Cibadak Sukabumi Berlubang Misterius, Pegawai Dengar Bunyi Keras
Dibantu warga, relawan dan wisatawan, upaya mengembalikan paus tersebut ke tengah laut langsung dilakukan. Menurut Tenda, dari pukul 10.00 WIB kurang lebih, upaya mendorong mamalia laut tersebut ke perairan cukup sulit, karena kondisi pesisir selatan Sukabumi, tengah dilanda gelombang besar akibat cuaca ekstrim.
“Kondisi ombak pasang, kemungkinan terdampar kebawa ombak dan ikan belum bisa ke tengah. Setelah kurang lebih tiga jam, jajaran HNSI sama mitra nelayan akhirnya menggunakan perahu untuk menarik paus itu ke tengah, alhamdulilah bisa," ungkap tenda.
Pasca ditarik ke laut, kondisi paus masih dipantau oleh nelayan dan warga di pesisir. “Tadi masih dipantau karena dikhawatirkan kembali terseret ke darat. Alhamdulilah paus sudah berenang ke kedalam laut. Semoga terus sehat,” beber Tenda.
Baca Juga: SDN Citangkil Sukabumi Rusak Parah, Siswa Terpaksa Belajar Pindah Kelas
Terkait penyebab mamalia laut ukuran besar seperti paus bisa terdampar, Kementerian Kelautan dan Perikanan, lewat Dirjen PRL (Pengelolaan Ruang Laut), Tb. Haeru Rahayu dalam Webinar Mamalia Laut Terdampar Massal di Indonesia, pada Maret 2021 silam menjelaskan perairan Indonesia merupakan salah satu jalur migrasi mamalia laut (paus, lumba-lumba, duyung) dunia.
Dari 90 jenis mamalia laut yang ada di dunia, 35 jenisnya ada di Indonesia.
“Salah satu ancaman terhadap mamalia laut di Indonesia adalah banyaknya mamalia laut yang terdampar di wilayah perairan Indonesia dari waktu ke waktu,” ujar Haeru di Jakarta dikutip dari tempo.co.
Baca Juga: Info Loker Sukabumi Staff Ticketing untuk Lulusan SMA/SMK Sederajat
Data KKP yang dihimpun oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (Dit. KKHL) mencatat pada tahun 2015 terjadi peristiwa terdampar 103 ekor mamalia laut, kemudian tahun 2016 tercatat sebanyak 255 ekor, tahun 2017 ditemukan sebanyak 143 ekor, tahun 2018 sebanyak 154 ekor, tahun 2019 sebanyak 142 ekor, dan tahun 2020 sebanyak 107 ekor.
Sedangkan di tahun 2021 hingga Februari telah tercatat 66 individu mamalia laut yang terdampar, termasuk kasus terdamparnya 52 ekor Paus pilot di Desa Patereman, Modung, Bangkalan, Madura.
Tebe menjelaskan, kecepatan dan ketepatan dalam penanganan setiap kejadian terdampar hidup menjadi hal yang sangat penting dan berdampak besar terhadap keselamatan biota laut tersebut. Meskipun demikian Tebe berpesan kepada para relawan di lapangan agar tetap mengutamakan keselamatan para responder saat melakukan upaya penanganan di lapangan.
Baca Juga: Gelandang Persib Dalam Daftar 23 Pemain yang Disiapkan Untuk Piala AFF U-23
“Mengetahui penyebab kejadian mamalia laut terdampar sangat penting untuk penanganan ke depan. Karenanya, saya mengajak para pakar dari Unair, IPB, WSI, RASI, dan Flying Vet untuk mendiskusikan fenomena ini,” katanya, menjelaskan.
Dalam kesempatan yang salam Direktur KKHL, Andi Rusandi menyampaikan untuk menjawab persoalan terdamparnya mamalia laut, KKP bersama para mitra telah mengembangkan jejaring penanganan dan bimbingan teknis penyelamatan mamalia laut terdampar baik yang dilakukan di pusat maupun di Unit Pelayanan Teknis (UPT).
“Tugas penyelamatan mamalia laut terdampar ini bukan hanya tugas pemerintah tapi juga membutuhkan dukungan, komitmen dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat pesisir sebagai garda terdepan penyelamatan,” kata Andi.
Baca Juga: Pertolongan Pertama Hentikan Pendarahan Pada Luka, Lakukan 6 Hal Ini
Ahli biologi Yayasan Konservasi RASI, Danielle Kreb saat memberikan penjelasan dalam forum tersebut menegaskan pentingnya mamalia laut bagi keseimbangan ekosistem laut. Menurutnya, mamalia laut memberikan sumbangan ekologis yang sangat penting bagi ekosistem di bumi dan manusia yang memanfaatkan atau berasosiasi dengan biota tersebut.
“Dari segi ekologi, kotoran paus sperma merupakan carbon sink bagi samudera. Gangguan terhadap populasi mamalia laut dan predator utama lainnya menyebabkan pergeseran dominasi predator utama yang pada akhirnya menyebabkan terganggunya rantai makanan. Sehatnya mamalia laut juga mencerminkan sehatnya lautan,” ucap Danielle.
Peneliti Whale Stranding Indonesia (WSI), Putu Lisa Mustika mengatakan secara umum ada 11 penyebab kejadian mamalia laut terdampar, yaitu akibat terjebak di air surut, penyakit, predasi, kebisingan, aktivitas perikanan, tertabrak kapal, pencemaran laut, gempa dasar laut, cuaca ekstrim, blooming alga, dan badai matahari.