SUKABUMIUPDATE.com - Tugu Palagan di Kampung Pasirkarang, Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, menjadi saksi sejarah perjuangan masyarakat Pajampangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Tugu setinggi kurang lebih 6 meter yang diperkirakan dibangun pada 1978 itu berada tidak jauh dari jalan kabupaten ruas Cibarehong-Cibungur. Tugu ini berdiri di atas lahan seluas 70 meter persegi. Di atasnya terdapat bambu runcing dan senjata api yang diikat bendera merah putih.
Bambu runcing dan senjata yang bersilang mengarah ke udara ini melambangkan perjuangan tentara bersama laskar bambu runcing dan rakyat semesta di wilayah Surade-Jampangkulon. Keterangan sejarah ini diungkapkan oleh tokoh Pajampangan, Ki Kamaludin (72 tahun).
"Tugu Palagan didirikan 1978. Ini inisiatif para veteran dan Pemuda Panca Marga (PPM). Tugu dikelola keluarga besar veteran Surade yang diketuai Bapak Iri Suganda dan putranya selaku Ketua PPM, Pak Yahya," kata dia kepada sukabumiupdate.com, Selasa (8/8/2023).
Baca Juga: Membaca Kembali Kisah Cibadak Sukabumi yang Hancur oleh Bom Pesawat Inggris
Ki Kamaludin mengatakan tugu ini mengalami pemugaran oleh Kodim 0607/Kota Sukabumi pada Agustus 1994. Pemugaran disaksikan veteran asal Kecamatan Surade yakni kakak beradik Suganda dan Sugandi (90 tahun). Menurut Ki Kamaludin, Suganda saat ini sudah meninggal.
Suganda merupakan veteran yang juga penulis sejarah perjuangan. Arsip tulisannya, lanjut Ki Kamaludin, kemungkinan tersimpan di kantor Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surade. Sementara Kampung Pasirkarang adalah lokasi pertempuran melawan NICA Belanda.
Ki Kamaludin mengatakan Kampung Pasirkarang menjadi tempat pertempuran Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bersama rakyat melawan tentara sekutu NICA yakni pasukan Gurkha pada 2 Januari 1948. Dalam pertempuran ini tentara dan masyarakat bersenjatakan bambu runcing, golok, bom batok, dan katapel. Sementara musuh menggunakan tank, panser, dan dengan kekuatan 300 orang, dipimpin Kapten Karl van De Leigh atau disebut Tuan Kelewih.
"Ketika itu pasukan musuh konvoi menuju Ujunggenteng. Kemudian ada kabar yang diterima rakyat dan pejuang bahwa konvoi ini akan melewati Karetjajar, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade. Alhasil terjadilah pertempuran yang diawali lemparan granat dan rentetan tembakan sejak pukul 07.00 dan berakhir 15.00," ujar dia.
Dalam pertempuran itu, pasukan rakyat bersama TKR Kompi III Batalion III/C dipimpin Kapten Rojak dengan Komandan Balation D Sukindar. Ki Kamaludin menyebut wilayah operasi Kompi III ini adalah Sukabumi selatan mulai Cikembar, Jampangtengah, Sagaranten, Jampangkulon, Surade, Ciracap, dan Ciemas.
Tak hanya di Kampung Pasirkarang, masyarakat Surade juga ikut pertempuran lain dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berdasarkan catatan, masyarakat Surade pernah membantu tentara pada 1944-1945 menyerang pos Jepang di wilayah Nyomplong.
Kemudian, masyarakat juga ikut bersama tentara dan laskar bambu runcing menyerang pos pertahanan Belanda pada 1946-1949 saat Agresi Militer I dan II. Sebanyak kurang lebih 300 orang Surade, kata Ki Kamaludin, juga ikut dalam pertempuran Bojongkokosan di Kecamatan Parungkuda dan di Gekbrong pada 1946-1947.
"Tokoh-tokoh Surade saat itu adalah Pak Ganda Sasmita, Pak Ahya, dan lainnya. Pertempuran di Pasirkarang terjadi sebelum TNI hijrah ke Yogyakarta. Pasukan TNI dan warga selamat, bahkan dapat 12 pucuk senjata dan 7 pucuk senjata jenis brand serta beberapa mortir," katanya.
Ki Kamaludin mengungkapkan beberapa pertempuran yang terjadi di wilayah Surade seperti di Desa Citanglar tiga kali; di Kampung Cirangkong, Desa Jagamukti; sebelah utara SPBU dekat Jembatan Pangsor; di Kampung Pasirtamiang; di Kampung Cigodobros; dan lainnya.