SUKABUMIUPDATE.com - Warga Desa Cimahi, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi dipaksa harus merasakan kekeringan selama hampir satu tahun lebih dampak dari jebolnya bendungan di Sungai Leuwi Kacapi yang tak kunjung diperbaiki.
Diketahui, ada sekira empat kampung dua ke-RW-an dengan jumlah kurang lebih 500 Kepala Keluarga (kk) yang menggantungkan kebutuhan airnya dari aliran sungai melalui bendungan tersebut.
Tokoh masyarakat Ujang Fahrudin (55 tahun) yang dipercaya untuk memimpin masyarakat dalam pembangunan saat ditemui di lokasi bendungan mengatakan bahwa sebelumnya masyarakat datang kepadanya untuk meminta tolong agar dibantu untuk membangun bendungan.
Baca Juga: Timsel Umumkan 10 Besar Calon Anggota KPU Kokab Sukabumi
"Hampir 4 kali gagal panen, lebih dari 1 tahun. Masyarakat datang diwakili oleh beberapa masyarakat datang ke saya, katanya tolong bantu untuk bikin bendungan secara swadaya, saya tidak memberikan jawaban. Hanya kemudian, Alloh menghendaki ini berjalan, dan itu sudah kepastian," ujar Fahrudin kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (29/7/2023).
Menurutnya, permintaan itu bukan tanpa sebab, melainkan dampak dari kekeringan yang dirasakan oleh masyarakat selam satu tahun lebih itu sudah sangat memprihatinkan. Pasalnya, selama itu masyarakat mengalami hampir empat kali gagal panen, sumur-sumur warga sudah mengering, bahkan ada beberapa masjid yang terpaksa harus dikunci karena suda tidak dipergunakan lagi.
Masih kata Fahrudin, pembangunan bendungan itu dilakukan secara swadaya masyarakat yang dibangun selama 34 hari penuh sejak Senin 26 juni 2023 lalu hingga Sabtu 29 Juli 2023 bendungan itu diresmikan. Pembangunan bendungan itu diperkirakan menghabiskan anggara kurang lebih sekira Rp 112 juta yang dikumpulkan secara swadaya masyarakat.
Baca Juga: Wenseslaus Manggut: AMSI Konsisten Bangun Ekosistem Media Sehat dan Berkualitas
"Alhamdulillah di tanggal 10 muharom ini 1445 Hijriyah (29/7/2023) bendungan dinyatakan selesai. Sejak hari pertama pengerjaan itu sampai hari ini air sudah mengalir, durasi pengerjaan bendungan itu ada sekitar satu bulan empat hari atau 34 hari alhamdulillah selesai," ungkap dia.
"Kalau di rata-ratain pembangunan bendungan ini menghabiskan anggara kurang lebih Rp 112 juta untuk bangunan saja tanpa dihitung upah pekerja," tambahnya.
Selanjutnya, Fahrudin juga mengatakan bahwa masyarakat merasa kecewa terhadap pemerintah daerah yang dianggap abai terhadap keluhan masyarakat. Pasalnya berulangkali mengajukan pembangunan bendungan tersebut, hingga kini tidak ada realisasinya.
"Sebetulnya kami juga melalui pihak Desa sering mengajukan untuk pembangunan bendungan ini cuma sampai saat ini tidak pernah ada jawaban," kata dia.
Baca Juga: Menengok Tradisi Suraan Warga Keturunan Jawa Tengah di Ciracap Sukabumi
Kendati demikian, kekinian masyarakat merasa senang dan bersyukur atas pembangunan bendungan tersebut. Kini, air sudah dapat dialirkan ke kampung-kampung yang selama satu tahun lebih menderita kekeringan.
"Saking nikmatnya gak terasa air mata itu bercucur, cape selama pekerjaan itu hilang semua ketika melihat hasilnya dan bendungan ini bisa mengairi kembali kampung kami," ucapnya.
Kami harap kedepannya, tutur Fahrudin, kepada pemerintah untuk respek lah sama keluhan-keluhan masyarakat jangan diabaikan.
Diketahui, setelah peresmian bendungan tersebut, warga menamai bendungan itu dengan sebutan "Bendungan Swadaya".