SUKABUMIUPDATE.com - Kasus stunting yang kini menjadi isu nasional, dalam penanganannya melibatkan semua steakholder kesehatan pada semua tingkatan, tak terkecuali Puskesmas Cipari di wilayah Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Kepala Puskesmas Cipari, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi dr. Bagus Jatiswara menyampaikan komitmen pihaknya untuk menangani Stunting secara serius sesuai dengan amanat dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan.
Menurut Bagus, Puskesmas Cipari yang meliputi 5 desa di wilayah kerjanya, yaitu Bangbayang, Cisaat, Caringin, Mekarsari dan Tenjolaya menjadi posisi penanganan sekunder dalam upaya mengatasi stunting. Sementara itu, posyandu atau desa bertindak sebagai pencegahan utama, dan rumah sakit berperan sebagai penanganan tersier.
Baca Juga: Pemuda Pemudi Ciracap Sukabumi Digembleng Pelatihan Wirausaha Pertanian
Bagus menjelaskan bahwa di posyandu, tugas utamanya adalah melakukan pendeteksian dini dengan melakukan penimbangan dan pengukuran anak-anak setiap bulan.
"Jika ditemukan anak-anak dengan potensi atau risiko stunting, intervensi segera dilakukan dengan memberikan pemberian PMT lokal (Pemberian Makanan Tambahan lokal) kepada anak-anak yang mengalami gizi kurang atau berat badan kurang," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (26/7/2023).
Dan bilamana ditemukan penyakit selain stunting, kata Bagus maka puskesmas pun akan menanganinya. Apabila tidak mampu atau belum bisa ditangani oleh puskesmas, rujukan ke rumah sakit akan dilakukan.
"Kita juga terus melakukan perbaikan dari sisi pengukuran dengan menggunakan alat pengukuran tinggi badan dan berat badan yang telah diberikan oleh Dinas Kesehatan dan Kementerian. Hal ini memungkinkan untuk mendeteksi lebih cepat risiko stunting pada anak-anak," imbuhnya.
Baca Juga: Wabup Iyos Terima Tim Rechecking Gagah Bencana Peduli Stunting Jabar
Selain itu, ujar Bagus, Puskesmas Cipari juga menerima alat penimbangan yang lebih tepat untuk anak-anak balita. Dalam proses penimbangan, baju dan pampers anak dilepas untuk menghindari kesalahan pengukuran yang bisa mempengaruhi hasil.
"Jika anak tidak mengalami penambahan berat badan selama dua kali penimbangan berturut-turut, itu sudah menjadi indikator risiko stunting. Ketika berat badan terus berkurang, anak tersebut beresiko stunting karena kurang gizi," jelasnya.
Selanjutnya, Ia mengatakan Puskesmas Cipari berfokus pada perbaikan metode penimbangan dan pengukuran di posyandu serta memberikan pemberian PMT lokal. Hasilnya menunjukkan bahwa sejauh ini ada 154 anak yang mengalami gizi kurang, dan sudah mendapatkan PMT.
Menyongsong tahun 2024, Bagus menuturkan, Puskesmas Cipari memiliki target untuk mengurangi angka stunting di bawah 14 persen, sesuai dengan Instruksi Presiden dalam Perpres 72 tahun 2021.
Baca Juga: Sekda Sukabumi Minta OPD Kompak dalam Penilaian Kabupaten Sehat
"Dengan komitmen yang kuat, Puskesmas Cipari berupaya keras melakukan deteksi dini pada semua posyandu untuk anak-anak balita usia 0 hingga 5 tahun. Diharapkan, dengan penanganan yang tepat dan tepat waktu, stunting di wilayah kerja Puskesmas Cipari dapat diminimalkan, bahkan diharapkan tidak ada kasus stunting baru di masa mendatang," pungkasnya.