SUKABUMIUPDATE.com - Destinasi wisata Curug Cigangsa di Kampung Batu Suhunan, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi selain memiliki keindahan dan keunikan berupa bebatuan yang bersusun membentuk undakan, juga menyimpan cerita awal mulanya berdiri Surade.
Seorang tokoh Pajampangan, Ki Kamaludin (72 tahun) mengungkapkan bahwa Curug Cigangsa masih erat hubungannya dengan kisah berdirinya Surade.
"Masih kisaran kisah Surade yang tidak bisa dipisahkan," ucapnya kepada Sukabumiupdate.com, Rabu (26/7/2023).
Menurut Ki Kamaludin, kisah asal-usul Curug atau Kampung Batu Suhunan (dulu disebut Susuhunan) tertulis pada buku Sejarah Surade. Arti Batu Suhunan sendiri adalah; 1. Batu bersusun diatas atau istilah "batu disuhun" (bahasa sunda), 2. Batu tempat pemujaan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca Juga: Air Sungai Keruh, Diduga Tercemar Limbah Tambang Emas di Waluran Sukabumi
Dan ke-3, kata Ki Kamaludin, asal usul Batu Susuhunan adalah Batu yang ditemukan pertama masa evakuasi Sunan Nalagangsa (lihat piagam Sunan Nalagangsa), sehingga nama aliran sungai disebut atau dinamai Cigangsa, tempat evakuasi Sunan Nalagangsa alias Aria Dalem Santri hingga air terjunnya pun disebut Curug Cigangsa.
Aria Dalem Santri atau Eyang Santri Dalem setelah lengser menjabat Dalem di Ladeuh (Talaga, Majalengka) kemudian diberi gelar Sunan Nalagangsa oleh Kasultanan Cirebon dan Mangukuhan di Kaligangsa-Brebes sekitar tahun 1811.
"Aria Dalem Santri beserta warga ketika itu mengungsi dan sampailah ke Curug Batu Suhunan tersebut. Tiba pada hari Jumat di Leuwi atau Curug tersebut yang kemudian mereka membuka kampung sehingga nama kampung tersebut sampai sekarang disebut Kampung Batu Susuhunan," tuturnya.
Baca Juga: Penampakan Merkurius dan Venus 26 Juli, Bisa Diamati Setelah Matahari Terbenam
Curug Batu Suhunan seluruhnya 75 meter terdiri ada 4 tahap (25 meter +20 meter +15 meter +15 meter, dan 5 tahap paling dasar ada 3 meter, ujar Ki Kamaludin, Curug tersebut merupakan bekas pemandian, bahkan pernah dijadikan tempat salat Kanjeng Sunan Nalagangsa. Termasuk tempat mandi dan nyuci nyai Suradewi.
"Kisah asal-usul Kampung Batu Suhunan itu terjadi perkiraan sekitar tahun 1811-1817, yaitu dari distrik Ladeuh yakni wilayah Wado antara Sumedang-Kuningan-Cirebon-Mandirancan-Kaligangsa Brebes. Berbarengan dengan peristiwa pembuatan jalan Anyer-Panarukan pada zaman Kolonial Belanda masa Gubernur Van Daendels," tutur Ki Kamaludin.
Pada saat kerja rodi pembuatan jalan Anyer-Panarukan, kata Ki Kamaludin, ada kejadian pencabutan patok di Ladeuh Talaga-Majalengka sekitar tahun 1816. Peristiwa itu terjadi sebelum peristiwa Cadas Pangeran Kornel (P. Kusumadinata III Bupati Sumedang) dan peristiwa Perang Diponegoro 1825-1830.
Karena ada peristiwa kerja rodi pembuatan jalan Anyer-Panarukan, batas-batas (patok-patok putih atau batok putih) Pos itu dirusak oleh warga Ladeuh sehingga Belanda marah terlebih ada petugas Belanda yang mati akibat perselisihan di Ladeuh.
Baca Juga: Pembakaran Al Quran Kembali Terjadi, Kini di Kedutaan Turki dan Mesir di Denmark
Piagam Sunan Nalagangsa
Adapun bunyi piagam Sunan Nalagangsa perbaris, kata Ki Kamaludin adalah sebagai berikut:
1. Penget pukukuh
2. Saking susuhunan Nalagangsa
3. Pratingkahing "batok putih "
4. Lulugena hing Ladeuh, ba -
5. Tok putih yen, hana
6. Mantri manukan kukuhana (maksudnya mangukuhan = tempat tinggal)
7. Hing Ladeuh
8. Penget pukukuh Panembahan Ladeuh
9. Hing Mataran :" Raja Mataram
10." Sun titip anak putu nisun
11. Sabada isun sing sapalaku "gambeyok"(dipenjara )
12. Astawelu jamang (mahkota dalem dilucuti) tepung kang sapa kang
13. Sambewara
14. Ingsun tineda
15. Angulah ngulah (melarang) kapineda ora suluran (jangan ada pengganti mau dipenjara)
16. Besuk Mataram kang
17. Dadi alang alang.
18. Penget pukukuh saking Panghulu Wilandana
19. Sampun kaluarraken
20. Hing mangke kang jamang
21. Tepungan lan gambeyok lan
22. Astawelu kang
23. Dudu dudu Kang sambewara
24. "Dudu, anak putu ladeuh ----dudu anak putu
Kondisi terkini Curug Luhur Cigangsa
Curug Luhur Cigangsa sempat viral dan dikunjungi banyak pengunjung. Bahkan diarea curug sudah ditata dan disediakan fasilitas penunjang, berupa MCK dan bangunan tempat beristirahat bagi para wisatawan.
Namun kini, destinasi wisata yang berada di kelurahan Surade tersebut nampak tidak terawat dan menjadi sasaran vandalisme.