SUKABUMIUPDATE.com - Pada masa pergerakan dulu panggilan untuk pemuda atau pria adalah Bung. Sedang panggilan untuk perempuan adalah Zus.
Ternyata panggilan tersebut dibawa terus sampai tahun-tahun berikutnya bahkan hingga saat ini masih sering dipergunakan.
Melansir dari arikel Suara Merdeka yang terbit 6 Juni 1978 seperti dikutip Koleksi Surat Kabar Lama Perpustakaan Nasional RI bahwa dulu Bung Karno Karno pernah menjelaskan bahwa kata "Bung" berasal dari bahasa Belanda "Broer" yang artinya Mas atau Kakang dalam bahasa Jawa.
"Karena lidah orang Jawa kesulitan melapalkan huruf "r" yang bergandengan dengan huruf "b" jadinya berubah menjadi "boer". Dan ucapan "oer" biasa diucapkan menjadi "oeng", seperti halnya kata "Poer" menjadi "Pung". Jadinya kata "Boer" ini berubah menjadi "Bung"," tulisnya.
Kapan panggilan Bung ini muncul? masih menurut artikel tersebut, salah satu tokoh pergerakan bernama Cak Dul Arnowo yang juga kawan Bung Karno, panggilan ini muncul ketika Bung Karno masih sekolah di HBS atau sekitar tahun 1917.
Sedangkan kata "Zus", seperti dikutip dari id.quora.com itu merupakan kata serapan dari bahasa Belanda dan artinya adalah saudara perempuan (Jones 2007 s.v.). Kata ini merupakan kependekan dari kata zuster.
Kata zuster juga diserap dalam bahasa Indonesia sebagai ‘suster’ (Jones 2007 s.v.). Suster artinya agak berbeda dari zus.
Namun ada versi lain yang menyebut kata asal panggilan laki-laki berawalan "Bung". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti sapaan "Bung" adalah abang atau panggilan akrab kepada seorang laki-laki.
Melansir dari bobo.grid.id, panggilan "Bung" ini berasal dari wilayah Bengkulu. Kata "Bung" yang artinya Kakak.
Panggilan "Bung" ini sudah dipakai oleh para keluarga di Bengkulu sekitar tahun 1850, jauh sebelum panggilan ini dipakai secara luas.
Sampai kini, panggilan "Bung" ini masih dipakai di Bengkulu. Di samping itu, kata "Bung" digunakan oleh seorang istri untuk memanggil suaminya. Terutama, bila keluarga istri tidak memiliki kakak laki-laki dalam keluarganya.
Nah, panggilan "Bung" ini mulai dikenal luas ketika Ibu Fatmawati sebagai orang Bengkulu menikah dengan Ir. Soekarno. Bu Fatmawati pun memanggil Ir. Soekarno dengan panggilan Bung Karno.
Panggilan "Bung" ini pun populer karena Bung Karno adalah tokoh nasional yang sangat dikagumi saat itu. Akhirnya, panggilan "Bung" ini pun mulai dipakai, bukan hanya orang dari Bengkulu saja, tapi oleh semua masyarakat.
Arti Kata Bung
Sapaan "Bung" dalam bahasa Melayu Ambon mempunyai arti Tinggi atau Dihormati. Sama seperti "Mas" dalam bahasa Jawa, "Kang" dalam bahasa Sunda, atau "Cak" dalam bahasa Madura.
Sapaan tersebut juga amat popular dalam ciri kebudayaan Ambon pada tahun 1940 hingga 1950-an.
Jika panggilan "Bang" lebih merupakan sebutan kekerabatan terhadap kakak, atau sebutan umum untuk menuakan seseorang, maka "Bung" justru berkesan menghapus jenjang itu.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, makna panggilan "Bung" bergeser ke sikap egalitarian, yaitu meninggikan seseorang tanpa merendahkan diri.
Kata "Bung" banyak dipakai pada saat perjuangan meraih kemerdekaan, karena dinilai lebih setara. Orang yang lebih tua pun bisa memanggil orang yang lebih muda dengan sebutan "Bung", dan begitu juga sebaliknya.
Sehingga panggilan "Bung" lebih disukai sebagai sapaan laki-laki zaman dulu. Kini, sebutan "Bung" jarang terdengar sebagai panggilan publik bagi pemimpin kita.
Sumber : Berbagai sumber